“Saat Cinta Merubah Segalanya2” Part 2

Keesokkan harinya, kini Robby tengah bermalas-malasan di atas kasurnya. Karena hari ini kelasnya masuk siang, jadi begini lah. Bemanja-manjaan dengan kasur kesayangannya karena tak ada yang mau dimanjain..

Sedangkan di lain tempat, atau lebih tepatnya rumah Gre. Kini ia tengah bersiap-siap untuk membantu Shani mengurus kuliahnya.

“Shani!” teriak Gre di depan pintu kamar Shani.

“Iya sebentar, lagi makai baju.”

Gre pun menunggu Shani di ruang tengah sambil memainkan handphonenya. Tak berapa lama Shani pun keluar dari kamarnya dengan memakai baju berwarna putih motif bunga-bunga yang dilapisi dengan cardigan berwarna hitam, serta celana jeans berwarna biru malam dan ia memakai sepatu converse hitam miliknya. Ia pun berjalan menuju ruang tengah.

“Yuk Gre, kita berangkat,” ucap Shani.

Gre menengok, dan memasukkan handphonenya ke dalam tas, “Yaudah yuk.”

Mereka berangkat menggunakan mobil milik Gre, sekitar 20 menit kini mereka telah sampai di kampus Gre.

“Gimana? Lo yakin mau masuk sini?” tanya Gre memastikan.

Shani mengangguk, “Yakin kok. Kenapa gitu?”

“Ya enggakpapa sih, gue cuma mastiin doang. Siapa tau, lo mau masuk kampus mana gitu,” ucap Gre.

“Udah deh, aku udah yakin kok. Yuk temenin ngurus, nanti kan kamu ada kelas Gre,”

Gre mengangguk dan mereka pun berjalanan beriringan bersama..

~

Kini hari telah menjadi siang, Naomi mengemudikan mobilnya ke sekolah Yupi. Sekarang Yupi sudah SMA, dan sekolahnya pun sama dengan Robby dulu. Naomi menunggu Yupi di dalam mobil, kemudian ia mengirimkan pesan pada Yupi bahwa ia telah berada di depan.

ShintaNaomi : Dek, kakak udah di depan ya.

Naomi bersandar pada jok mobilnya, ia menghela nafasnya pelan. Setelah Robby pindah ke apartement miliknya, ia merasa ada yang hilang entahlah apa itu. Walaupun cuma pindah ke apartement, tapi tetap saja rumahnya kini serasa ada yang kurang. Robby sudah besar, pasti ia melakukan apa saja yang ia mau pikirnya.

Tak berapa lama, ada yang mengetuk kaca mobilnya. Naomi menoleh, ternyata itu Yupi. Naomi pun membuka kan pintu mobil dari dalam. Dan Yupi masuk ke dalam mobil tersebut.

“Udah lama kak?” tanya Yupi.

“Enggak, baru aja tadi nyampe,” jawab Naomi.

Naomi menyalakan mesin mobilnya, kemudian mulai menjalankan mobilnya dengan perlahan. Yupi mengangguk menanggapi ucapan Naomi, kemudian ia menatap Naomi.  Naomi yang risih ditatap oleh Yupi pun menoleh..

“Kenapa ngeliatin kakak kayak gitu?” tanya Naomi.

“Ke apartement yuk kak, aku kangen sama kak Robby nih,” ucap Yupi.

“Besok kita ke apartement Yup,” ucap Naomi.

Padahal Naomi sama seperti halnya Yupi, sedang merindukan adiknya itu. Adik yang selalu membuatnya kesal, tetapi disatu sisi ia sangat sayang padanya.

“Yaahhh, sekarang aja ya kak? Terus kita besok ke sana lagi,” lirih Yupi.

“Ish. Yaudah telpon dulu, nanti kita ke sana dianya malah gak ada lagi,” ucap Naomi.

Yupi tersenyum mengangguk, kemudian ia menelpon Robby.

“Halo kak?”

“Iya Yup?”

“Kakak sekarang dimana?”

“Kakak masih di kampus, kenapa gitu?”

“Yahh, kakak pulang jam berapa? Aku kangen.”

“Eh? Gak tau juga sih, kan besok ketemu Yup.”

“Maunya sekarang! Aku maunya sekarang kak.”

“Kalau malam gimana? Kakak masih di kampus ini Yup, malam aja ya?”

“Nginep tapinya ya!”

“Terserah kamu aja deh, kak Nomnom ikut juga?”

“Ikut kok, kak Nomnom juga ikut.” Yupi terkekeh geli dengan panggilan yang mereka buat itu untuk Naomi. Sedangkan Naomi memutar bola matanya malas, aneh menurutnya kalau dipanggil begitu.

“Yaudah, kalau gitu aku pulang dulu ya kak. Nanti malam aku sama kak Nomnom ke apartement, bye.

“Bye Yupii~.”

Robby meletakkan handphonenya di atas meja kantin, ia kini sedang berada di kantin bersama teman-temannya.

“Yupi Rob?” tanya Aldy.

“Iya Yupi tadi nelpon,” jawab Robby.

“Kenapa gitu?” tanya Reizo.

“Dia mau ke apartement, tapi guenya masih di kampus. Tadinya ngamuk mau sekarang, tapi  udah gue bilangin malam aja lah ke apartementnya,” jawab Robby.

“Gimana kabarnya? Aku jadi kangen sama Yupi deh,” ucap Viny yang disamping Aldy.

“Baik kok, dia udah SMA sekarang. Kangen Yupi apa sama kakaknya nih? Haha,” ucap Robby menggoda Viny.

“Wey! Yang punya ada disampingnya kali Rob, nanti lo bisa masuk rumah sakit lagi haha,” ucap Benny.

“Iya nih, lo kalau ngomong enggak liat kondisi dulu deh,” ucap Reizo menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kalem Dy, becanda gue. Lagian kayak gak tau gue aja lo,” ucap Robby yang masih tertawa.

Ting!

Tawa Robby terhenti, ia menatap handphonenya. Ada pesan yang masuk dari salah satu aplikasi miliknya.

BebyChaesaraA : Dimana Rob? Masih di kantin sama yang lain?

Ya. Selain Aldy, Reizo, dan Viny ada Beby juga yang sekampus dengan Robby. Hanya saja mereka berbeda jurusan..

Robby : Masih di kantin Beb, cepet ke sini deh.

BebyChaesaraA : Iya, ini udah otw kantin. (read)

Robby meletakkan handphonenya, baru saja Beby mengirimkan chat. Kini ia telah memasuki kantin, dan langsung menghampiri mereka untuk bergabung. Beby duduk disamping Robby. Mereka membicarakan banyak hal, dari masa-masa SMA mereka dulu, kecuali Benny yang berbeda SMA. Dan itu menjadi bahan candaan mereka untuk membuat gelak tawa dari semuanya.

Dua orang perempuan kini baru saja memasuki kantin, mata Robby terfokus pada kedua orang tersebut. Errr.. bukan pada keduanya, tetapi lebih tepatnya pada salah satu dari mereka. Perempuan yang memakai baju putih dengan cardingan hitam itu, ya dia melihat kearah perempuan itu..

Robby yang melihat senyuman ditujukan untuknya pun membalas senyuman tersebut. Robby tersenyum pada perempuan itu..

“Wey! Ngeliatinnya gitu banget,” ucap Aldy.

“Sialan lo ah.” Robby merengut sebal pada Aldy.

“Iya nih, ngeliatinnya gitu banget Rob. Eh tapi itu kayaknya aku baru liat deh,” ucap Beby.

“Dia baru pindah ke sini,” ucap Robby.

“Dari mana lo tau?” tanya Benny yang menatap Robby heran.

Semuanya pun menatap Robby, seolah minta penjelasan lebih lanjut..

“Dia sepupunya Gre, kemarin gue sama Gre ngerjain tugas kelompok. Dan ya gitu deh, gue dikenalin sama Gre,” ucap Robby.

“Lo suka sama dia ya?” tanya Benny.

Robby memutar bola matanya malas, “Gue enggak suka dia kali Ben.”

“Yaa siapa tau aja kan? Gue rasa ada yang gak beres sama lo, gue baru kali ini ngeliat lo senyum kayak gitu sama cewek selain Viny sama Beby. Ya kan?”

Benar juga sih, selama ia masuk kampus. Ia jarang sekali senyum dengan perempuan lain selain Viny dan Beby, pikir Robby.

“Robby udah punya pacar kali Ben,” ucap Reizo yang menyeruput minumannya.

“Eh serius? Gue kira dia homo gitu,” ucap Benny.

“Cuman dia lagi kepisah gara-gara jarak gitu lah, iya gak Rob?” Reizo menyenggol lengan kiri Robby.

“Apaan sih senggol-senggol.”

“Becanda kali, sensi amat deh.” Reizo bangkit dari duduknya, “Gue duluan ya, mau ngejemput Yona dulu.”

“Salam buat Yona Zo,” ucap Viny.

Reizo mengangguk, kemudian meninggalkan mereka semua. Dan kini Aldy dan Viny pun bangkit dari duduknya juga.

“Gue sama Viny duluan ya, mau jalan bentar lah,” ucap Aldy.

Benny menggulung-gulung tisu yang ada dihadapannya, kemudian melemparkannya pada Aldy.

“Wuu, pacaran mulu lo.”

“Sirik aja deh lo Ben. Gue duluan ya.”

“Hati-hati Dy, Vin.”

Kini tinggal mereka bertiga, sedari tadi Beby diam saja sambil memperhatikan Robby dan tengah memikirkan sesuatu.

“Diem-dieman kan, mending gue cabut deh.” Benny bangkit dari duduknya. “Gue duluan ya.”

“Hati-hati Ben,” ucap Robby.

Dan sekarang tinggal Robby dan Beby saja berdua di sana.

“Rob?”

“Ya?” Robby menoleh pada Beby.

“Ngg, Shania gimana kabarnya?” tanya Beby hati-hati.

Robby menghela nafasnya, “Gak tau Beb, kan kamu tau aku enggak dikasih kabar lagi sama dia.”

“Tapi kamu masih sayang kan sama dia?”

“Kalau itu, kam-.”

Ucapan Robby terpotong karena ada yang menepuk pundak Robby, otomatis Robby pun menoleh ke belakangnya.

“Boleh duduk di sini?”

Robby menatap Beby, seolah-olah bertanya padanya meminta persetujuan. Beby mengangkat bahunya, ia tak tau harus bagaimana.

“Ngg, boleh kok Shan,” jawab Robby.

“Makasih.” Shani duduk disamping Robby, kemudian.. “Gre sini!”

Gre pun datang sambil membawa makanan dan minuman yang sudah mereka pesan. Gre duduk berhadapan Shani.

“Gue enggak ganggu kan Rob?” tanya Gre.

“Enggak kok, lagian gue juga enggak ngapa-ngapain kali Gre,” jawab Robby.

“Yaa kirain gitu, abisnya lo berdua aja sih. Kan gak enak sama pacar lo,” ucap Gre yang merasa tidak enak dengan Robby.

Robby terkekeh pelan, ia tidak menyangka bahwa ada yang mengira ia berpacaran dengan Beby. Memang sih, perempuan yang lebih dekat dengannya ya cuma Beby. Tetapi itu hanya sebatas teman tidak lebih..

“Kenapa ketawa gitu?” tanya Shani yang meminum minuman miliknya.

Robby menggelengkan kepalanya, “Dia ini bukan pacar gue, tapi temen gue kali Gre.”

“E-eh? Temen? Wah maaf ya, gue gak tau,” ucap Gre.

Beby tersenyum mengangguk, ia masih merasa asing dengan teman Robby yang baru.

“Gue kenalin ya, ini namanya Beby,” ucap Robby.

“Beby.” Beby tersenyum kearah Gre dan Shani.

“Gue Gre,” ucap Gre.

“Kalau aku Shani,” ucap Shani tersenyum.

“Dia ini temen aku dari SMA Gre, makanya keliatan deket banget ya? Haha.”

“Ngg, ya gitu deh Rob.”

Mereka berdua mencoba mengakrabkan diri dengan Beby, dan Shani pun mencoba mengakrabkan diri dengan Robby. Entahlah, ada yang menarik dari dalam diri Robby. Sehingga membuat Shani ingin berteman(?) dengannya.

~

Malam harinya, kini Yupi dan Naomi sedang berada di apartement bersama Robby. Sedari tadi Yupi bermanja-manjaan dengan Robby. Aneh, itulah yang terpikir dari Robby. Tidak biasanya ia begini.

“Yup manja banget sih,” cibir Naomi.

“Biarin, aku enggak gengsi kalaunya mau manja sama kak Robby. Bukan kayak kak Naomi, gengsian kalau mau manja,” ucap Yupi yang merebahkan kepalanya di paha Robby.

“Yupi ih.” Naomi merengut sebal pada Yupi.

Robby terkekeh pelan, “Udah ah, kamu kenapa sih Yup jadi manja gini?”

“Ya kan selama kakak pindah ke apartement, di rumah enggak ada yang ngemanjain aku. Jadi gakpapa dong kalau aku gini?” Yupi menaik-turunkan alisnya.

“Iya gakpapa kok, tapi jangan gitu ah. Kasian kak Naomi tau.” Robby mengelus kepala Yupi lembut.

Naomi menatap kedua adiknya yang ia sayangi ini. Mereka kini sudah besar, bukan anak kecil lagi. Mereka punya dunianya sendiri sekarang, tetapi kalau sudah kumpul begini. Robby tetap lah Robby, dan Yupi pun tetap lah Yupi yang manja pikir Naomi.

“Kak?”

Naomi tersadar dari lamunannya, “Hem?”

“Kenapa kakak nangis?” tanya Yupi.

Sejak tadi Yupi sudah bangkit dari rebahannya, ia dan Robby melihat Naomi yang tengah melamun. Entah itu benar atau tidak, ia melihat mata Naomi yang… berkaca-kaca?

“Enggak nangis kok,” ucap Naomi tersenyum.

Naomi mendekati kedua adiknya itu.

“Mau ngapain?” tanya Robby.

Naomi tersenyum, dan ia merengkuh tubuh kedua adiknya untuk dipeluknya.

“Kakak seneng kalau kita kayak gini.” Naomi mengelus puncak kepala keduanya dengan lembut.

Di tempat lain, atau lebih tepatnya di depan sebuah rumah. Kini seorang perempuan tengah mengamati keadaan rumah tersebut. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya..

“Lo yakin ini rumahnya?”

Perempuan tersebut mengangguk, “Gue yakin kok, dulu kan gue sering ke sini Bil.”

“Rumahnya sepi gini, jadi gimana dong?” tanya perempuan yang dipanggil ‘Bil’ tadi.

“Pulang aja deh, nanti ke sini lagi.”

Mereka pun masuk ke dalam mobil, dan pergi meninggalkan rumah tersebut entah kemana…

 

*To be continued*

 

Created by : @RabiurR

7 tanggapan untuk ““Saat Cinta Merubah Segalanya2” Part 2

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.