Buku Catatan ~ Part 1

Holla… udah lama ya gue kaga ngepost diblog ini, ahahah. berhubung temen gue ngirimin cerpen dan sayang ini cerpen klo kaga dipublish akhirnya gue minta ijin sama dia buat cerpennya di share di blog gue. langsung aja ini cerpen karya temen gue, selamat membaca ^_^

*****

Namaku Ren Kagami, aku seorang mahasiswa yang baru saja menyelesaikan kuliah kedokteranku diluar negri, hari ini aku akan pulang ke negri tercintaku, aku sudah kangen dengan Ayah dan Ibuku, dan aku juga kangen dengan Kinal, Kinal sendiri adalah pacarku sejak SMA, aku menyatakan cintaku padanya saat aku kelas 2, dan tidak kusangka ia menerimaku untuk menjadi pacarnya.

Pesawatpun mendarat di bandara, aku turun dan hendak mencari makanan di sekitar bandara, saat aku sedang berjalan “Reeeenn!” Suara itu terdengar dari belakangku, dan saat aku hendak menoleh, seorang wanita paruh baya memelukku, ternyata itu Ibu, dan kulihat di belakangnya ada Ayahku,

“Jadi, bagaimana kuliahmu nak?” Kata Ayah
“lancar yah” kataku
“Jadi sekarang, anak Ayah ini sudah menjadi dokter rupannya,haha” kata Ayah sambil tertawa ringan.
“belum yah, 6 bulan lagi aku harus mengambil ke-profesian, dan aku masih harus mengambil specialisasi, baru itu namanya dokter”, jawabku.

Kami semua bersantai di sebuah resto di bandara, kami mengobrol dengan santai lalu tiba-tiba aku teringat pada Kinal, “Hmm… dia pasti sekarang sedang ada di cafenya Dian” pikirku, Dian adalah salahsatu teman aku dan Kinal. Setelah berbincang cukup lama, kami pun lalu pulang kerumah, setelah sampai aku langsung menaruh barangku dan pamit pergi.

“Bu, aku pergi dulu sebentar bu” kataku.
“Lho, kenapa tidak istirahat dulu, pasti kau lelah setelah perjalanan tadi” jawabnya.
“Tenang saja bu, aku ini kan laki-laki, masa hanya perjalanan segitu aja udah capek?” Kataku.
“Ya sudah kalau begitu hati-hati”, kata Ibu.

Aku langsung keluar dan menancap gas mobilku ke cafe milik Dian, aku sudah tidak sabar bertemu Kinal sudah 4 tahun berlalu tanpa saling bertatap muka.

Setelah sampai disana, kulihat-lihat dari depan pintu tidak ada satupun wanita yang berciri-ciri seperti Kinal , aku sempat kehilangan semangat, saat aku hendak kembali ke mobil, kulihat seorang wanita masuk kedalam cafe, dan aku yakin kalau itu Kinal. Aku mencoba untuk masuk kedalam café itu, sesampainya didalam kulihat ada seorang wanita sedang duduk sambil membaca buku, dan tiba-tiba dia mengeluarkan hp-nya, dia mengirim pesan pada seseorang, tapi siapa? aku yang sedang memperhatikannya dari belakang terkejut oleh getaran hp-ku, ternyata itu sms dari Kinal, saat ku buka smsnya.

“Ren, kapan kau kembali? Kau janji akan kembali setelah 4 tahun, dan sekarang sudah 4 tahun”, ucap Kinal.
“aku sudah kembali” Jawabku,

Akupun mengambil beberapa langkah untuk mendekatinya, terlihat dari belakangnya kalau dia sedang mengetik pesan, selang beberapa detik aku menerima sebuah sms lagi dari Kinal.
“Hah? Benarkah? Kenapa tidak mengabariku?, sekarang kamu dimana? Apa dirumahmu?” Aku digencar dengan pertanyaan oleh Kinal.
“Maaf, aku tidak mengabarimu, sekarang aku sudah didekatmu kok” jawabku.

Kulihat dari belakang kalau ia sedikit tersontak setelah membaca sms itu, lalu ia mengangkat hp ke telinganya seperti hendak menelpon seseorang, dan tiba tiba hp-ku berbunyi, ia menoleh ke suara yang berasal dari hp yang ada di saku jaketku, ia langsung berdiri, dan langsung memeluku. Semua orang yang ada di cafe itu memandangi kami, aku sempat malu dan segera melepas pelukan Kinal, untungnya dia mau mengerti.

Setelah itu kami pun duduk berhadapan, dia terus melihati ku itu membuatku grogi, matanya, rambutnya dan sifatnya benar-benar tidak beruba, sejak terakhir kali aku mengenalnya dulu. Kinal terlahir dari sebuah keluarga yang sangat kaya raya tapi dia tidak pernah memandang orang lain sebelah mata, dulu aku sempat berpikir kalau aku akan ditolak saat aku menyatakan cintaku, dan saat aku terpaku melihatnya, tiba-tiba dia menangis, dan berkata. “Ren, kemarin, kakekku meninggal !”, aku sedikit kaget, aku kenal dengan kakeknya Kinal dia adalah seorang bisnisman hebat, kekayaan keluarga Kinal semuanya berasal dari kakeknya, keluarga Kinal menempati rumah paling besar dan mewah di komplek perumahan paling elit di kota ini, tapi aku tidak mencintai Kinal karena itu. Aku pernah makan malam bersama Kinal dan kakeknya di sebuah restoran, hari itu merupakan hari libur setelah kelulusan, kakeknya sangat baik padaku dia pernah bilang kalau aku ingin menikahi Kinal, maka aku harus menjadi orang hebat dulu dan sekolah dengan serius, aku termotivasi karena ucapannya tapi Kinal sebaliknya karena ia menganggap bahwa kakeknya ingin memisahkan kami. Kinal terus menangis, lalu aku coba untuk menenangkannya.

“Sudahlah Kinal, mungkin memang sudah takdir dari yang Maha Kuasa” kataku, tiba-tiba dia menangis lebih kencang.
“tapi, kakek meninggal karena di bunuh” jawab Kinal.

Aku sangat kaget mendengar itu, Kinal tertunduk sambil memegang erat tanganku yang berada di atas meja.

“Kumohon Ren, jangan pergi lagi, tinggalah disini bersamaku” katanya sambil meneteskan air mata, lalu aku memegang tangannya.
“Ayolah Kinal, semangatlah, jangan seperti ini, 6 bulan lagi aku harus kembali ke luar negri untuk meneruskan ke-profesian dan mengambil specialisasi, aku tidak akan tenang juka harus meninggalkanmu dengan keadaanmu yang seperti ini Kinal” kataku meyakinkannya.
“Tapi aku takut Ren, aku benar-benar takut, ada pembunuh berkeliaran di rumahku” katanya sambil terus menangis.

Aku sangat iba melihatnya tapi mau bagaimana lagi, aku sempat berpikir satu-satunya cara untuk membuat Kinal aman adalah dengan cara menikahinya dan membawanya pergi dari rumah itu dan tinggal bersamaku, tapi aku harus bisa menjadi orang hebat kalau mau membahagiakannya.

“Kinal pikiranmu sedang kacau, tenangkanlah dirimu” kataku, dia tertegun sebentar.
“maaf Ren, baru saja kau kembali dan aku sudah menambah beban pikiranmu dengan masalahku” katanya datar.
“tidak apa-apa Kinal” jawabku.
“kalau begitu, terima kasih”,katanya sangat dingin.

Aku melihat perbedaan sifat pada Kinal, dugaanku salah sepertinya Kinal memang sudah benar benar berubah dan aku sempat ragu kalau dia masih mencintaiku, karena sudah lama kami tidak bertemu mungkin saja dia sudah menemukan sosok laki-laki yang lebih baik dariku atau perasaannya padaku sedikit demi sedikit terkikis oleh waktu. Lalu aku menggenggam tangannya erat.

“Aku tidak tau”, dia melihatku, aku melanjutkan kata-kataku sambil menunduk.
“Aku tidak, tau apa kamu masih mencintaiku atau tidak?, tapi perlu kamu ketahui kalau rasa cintaku tidak berkurang sedikitpun” ucapku, Kinal tertegun melihatku, lalu aku kembali berkata.
“Tapi maaf, biarpun aku sangat mencintaimu satu-satunya hal yang tidak akan kulakunan sekarang adalah melamar-mu, pertama mungkin kamu akan menolak dan itu akan membuatku patah hati, dan aku akan berkencan dengan sembarang wanita sebagai kompensasi, kedua apa yang bisa kita lakukan? Menikah lalu bercerai, Aku belum bekerja, dan aku belum bisa menafkahi-mu, ketiga bertunangan dan menunggu sampai umur kita cukup dan aku sudah bekerja, Aku tidak bisa melalukan itu, itu membuatmu terkekang, dan membuatmu menjaga jarak kepada setiap lelaki yang kamu kenal agar tidak menyakiti hatiku, aku tidak bisa hidup seperti itu, aku ingin kau bebas dan menikmati hidupmu tanpa harus terkekang dan memikirkan bagaimana perasaanku, aku… aku lebih baik menderita, dari pada harus melihatmu yang menderita” ucapku, Kinal terpaku melihatku, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, lalu aku berkata.
“tapi, walaupun aku belum memilikimu sepenuhnya, tapi aku akan menjaga dan melindungi-mu sepenuhnya, aku tidak peduli kalau harus membahayakan diriku, tapi besok aku akan mencari tahu siapa pembunuh kakekmu”, matak Kinal berkaca-kaca.
“Ren…” ucapnya.
aku hanya tersenyum ramah dan berkata “tenang saja, lagi pula Ayahku kan kepala polisi di kota ini”, Kinal menjawab sambil menangis “maaf aku sempat meragukanmu tadi”, akupun hanya tersenyum…
~ Bersambung ^_^

Created By: @danieldwi25