Cinta Palsu, Part 8

Sebuah gang yang tidak jauh dari komplek perumahan. Tempat yang tidak asing lagi bagi Aldo.

“ekhem-ekhem…,”

Suara itu mengalihkan perhatian Aldo.

“Muka lo…kusut banget, habis kena marah mami lo ya?”

“Um…,” Aldo menghiraukannya

“Hey tunggu dulu! Gue kan cuma bercanda!” wanita itu menghalangi jalan Aldo

“Mau apa sih Nads?” ucap Aldo

“Gak ada apa-apa sih, cuma baru kali ini gue liat lo jalan lewat sini lagi setelah 5 hari yang lalu kita pulang bareng,” ucap Nadse

“Em,” Aldo terdiam

“Mau di temenin?”

“Huh…,” Aldo menghela nafasnya yang berarti ia hanya menuruti kata-kata Nadse

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan.

“Eeehh…Nads, lo udah kenal lama sama kak Yona kan?”

“Hem…gak lama juga sih, sekitar 2 bulan deh kayaknya,”

“Ah…,” Aldo tampak menggaruk kepalanya

“M-Menurut lo…dia itu orangnya kayak gimana, atau apa yang lo tau dari kak Yona yang gak orang lain tau?”

“Huh? Lo naksir dia ya?”

“Hiih! K-kagak lah!”

“Hati-hati loh kalau si Michelle anak tentara itu tau lo naksir sama dia, bisa mampus lo sama bokapnya!”

“udah dibilang gw gak naksir!” ucap Aldo memperjelas

“Kalau gak naksir, terus apa?”

“Gak usah banyak tanya! Cepet jawab aja!”

“Apaan sih! Kak Yona ya kak Yona, gak ada yang istimewa dari dia,”

“A-Ah…,” Aldo berhenti bertanya

“Kenapa Al? Apa ada sesuatu yang salah soal kak Yona?” tanya Nadse balik

“Gak ada kok, engh…gw cuma ngerasa kalau kak Yona itu murid yang benar-benar berbeda dari murid lainnya,”

“Beda apanya? Mungkin keistimewaannya hanyalah memiliki akses bebas ke semua ruangan sekolah, dan juga memiliki izin bebas untuk menggunakan alat apapun yang ada di sekolah,”

“What!? Kenapa bisa begitu!?” ucap Aldo

“Iya lah! Dia kan ketua OSIS,” Jelas Nadse lagi

“EH!? B-Bukannya cuma anggota ya?”

“Gak…dia beneran ketua OSIS,”

“Oh…um…,” Aldo terdiam

“Ah Nads, sebelumnya gw pernah nanya lo soal klub gak?”

“Hem…entahlah, kayaknya belum. Emang kenapa?” tanya Nadse balik

“Eng-Gw cuma mau nawarin lo untuk masuk ke klub jurnalis,”

Nadse tiba-tiba menutup mulutnya seperti menertawai Aldo.

“Di suruh Ayana ya?” ucap Nadse

“Nah, itu lo tau sendiri…,” balas Aldo

“Hem…kasian banget. But…im so sorry, karena gue udah ikutan klub lain,”

“Owh…,”

“Kalau temen lo yang tinggi itu…dia juga udah punya klub ya?”

“Dia satu klub sama gue,” ucap Nadse

“Huh…,” Aldo menghela nafas dan menampakan wajah kecewanya

“Kalau lo mau ngajak orang untuk masuk klub, coba ajak dia…,” ucap Nadse sambil menunjukan handphonenya

“Hah? Kontak line siapa tuh?” tanya Aldo

“Dia sekelas sama kita, cuma sekarang dia lagi turnamen basket,”

“Turnamen basket!? Jadi team basket sekolah kita lagi turnamen gitu!?”

“Iya,”

“W-Wah…,”

“Kenapa? Sampai kagum begitu,”

“Eh enggak kok, cuma salut aja team basket ceweknya bisa sampai ikutan turnamen,”

“Yah, entah kenapa para wanita itu suka banget main basket,” ucap Nadse seperti menyindir

“Y-Yaaaa…kalau gitu kayaknya gak jadi deh gw ngajakin temen lo itu,”

“Loh? Kenapa?”

“Kan dia udah ikutan klub basket,” ucap Aldo lagi

“Ish! Klub basket disini latihannya cuma 1x seminggu, makannya gue nyaranin lo untuk ajak dia ke klub jurnalis,”

“Ya tetep aja dia udah punya klub sendiri. Lagipula gw lebih suka kalau orangnya datang langsung untuk daftar, daripada gw yang harus nyuruh dia untuk ikutan klubnya,” Jelas Aldo

“Hem…ada aja alasannya, oke fine…,”

Nadse menghirup nafas panjang. “Gue duluan ya,” ucap Nadse

“Lah!?” Aldo terlihat kebingungan

“Bye Al!” teriak Nadse ketika mereka berpisah dipertigaan itu

“Udah nyampe sini ternyata,” pikir Aldo

~oOo~

*Jeklek!

“Aldo pulang…,”

Tidak ada jawaban…

“Sepi? Pada pergi kemana?” pikir Aldo bertanya-tanya

Aldo yang baru pulang dari sekolah langsung melempar tasnya ke sofa tersebut. Ia juga langsung menghempaskan tubuhnya disana.

Treng!

“Huah! Gak di silent!” Aldo terkejut dengan ringtone di Hpnya itu

“Line dari siapa lagi ini!” gerutunya

Lantas ia pun membuka pesan Line tersebut.

*Al…

“Hmm? Dari si jepang,”

Aldo terlihat membalasnya.

(……………………………………………………)

Al : Iya sayang?

Ay : He…M-maksud lo?

Al : Ngapain manggil gw!

Ay : um…gue cuma pengen tau, lo udah dapet belum yang dua lagi?

Al : Ah…gw cuma dapet satu

Ay : Wah! Bagus dong!

Al : Bagus-bagus pala lu peang! Dapet juga tuh orang musti gw paksa dulu

Ay : Apa?

Ay : Siapa?

Ay : Dimana?

Ay : Kapan?

Al : HEH!

Ay : Hihi…gue gak peduli siapa orangnya, tapi…Thankyou ya :*

Al : :*:*:*:*:* Love You Muach!

Ay : PREEETT!

Aldo tampak tertawa sendiri sambil asik chatting.

“Dasar jepang kampret!”

Aldo melempar Hpnya ke sofa lalu pergi.

~oOo~

*Deg…Deg…Deg…

            Suara degup jantung yang begitu keras.

-Ayana POV-

            Murid baru itu…

Kenapa dia muncul di kehidupanku!

Dan kenapa jantungku ini terus berdegup keras ketika melihat balasan chat darinya…

Ini gak mungkin…

Cobalah untuk berfikir lebih positive lagi. Atau kamu akan terus terbawa oleh suasana…

“AY! Cepet makan dulu!”

Aku berusaha untuk tidak melihat chat darinya lagi dan mencoba untuk menjernihkan otak dengan sedikit berbaring di kasur. Namun suara yang terdengar dari lantai bawah membuatku tidak bisa terus berbaring.

“Iya maaa!” balasku

*Dert!

ARGH! D-Dia bales lagi!?

(……………………………………………………………)

Al : Ay-Ay! Lo tau kan temen sekelas kita yang masuk klub basket? Tapi cewek?

            Apa! Dia naksir sama…Angel!? Tapi mereka belum pernah saling bertatap muka di kelas, mengingat Angel masih ikutan turnamen disana. Tapi-tapi yang menjadi permasalahannya adalah…kenapa aku harus memikirkan hal ini!? Kenapa aku harus peduli sama diA?

Al : Cepet bales! Gw gak suka di pending sama cewek!

Ay : I-iya, um…kenapa?

Jantungku kembali berdegup keras, tanganku jadi sedikit gemetar ketika akan membalas chat darinya. Aku mencoba untuk mengistirahatkan jari-jari ku, karena mungkin saja itu terjadi karena Tremor. Tapi setelah 5 menit beristirahat, kejadian tersebut ternyata bukanlah tremor…

Al : Ayana ku sayang! Jangan kelamaan bales chatnya! Katanya lo mau cepet-cepet dapet orang untuk anggota klub jurnalis kan!

*DEG!

            Ku lempar Hp itu ke arah bantal dan langsung pergi dari kamar. Aku merasa tidak sanggup lagi untuk membalas Chat tersebut.

~oOo~

Di pagi hari…

“Brr…dinginnya!”

“Hei!” wanita itu berteriak

“Loh, Ay? Jam segini baru nyampe, Kenapa?”

“G-Gak boleh pake baju olahraga ke kelas!” ucapnya menegur

“Dih, gak apa-apa kali! Lagian hari ini kan ada pelajaran penjaskes,”

“Aldo!” Wajah Ayana tiba-tiba memerah ketika akan menegurnya lagi

“Tetep gak boleh! Lagipula penjaskes kan jam sepuluh! Yang berarti itu merupakan pelajaran kedua!”

Aldo tampak menatap tajam ke arah Ayana. Lalu ia tiba-tiba mendekat…leibh mendekat-dan semakin mendekat lagi dengan Ayana. Wajah mereka kini saling bertatapan.

Jantungnya kembali berdegup kencang, wajahnya tiba-tiba memerah namun masih tetap fokus memandang kedua bola mata di hadapannya. Ayana mencoba mengatur nafasnya agar tidak terbawa oleh suasana.

“Nih! Ngomong sama tangan Gw!” ucap Aldo sambil memperlihatkan tangannya TEPAT di depan wajah Ayana

Kemudian Aldo langsung pergi dari hadapan Ayana.

“Aldo! Kenapa kamu!” Ayana tidak melanjutkan kata-katanya

“Tunggu aku Al!” teriak Ayana

Ayana tampak menyusul Aldo disana.

Kini mereka berdua berjalan sebelahan.

“Hoi…,” panggilnya

“A-Ah…kenapa Al?” balas Ayana namun ia seperti tidak berani menampakan wajahnya di hadapan Aldo

“Jangan pake aku-kamu…jijik gw dengernya,”

“Um…biarin! Suka-suka gue!”

“Nah, itu pake gue lagi sekarang,”

“EH! Um…,” Ayana terdiam

“Ekhem!”

Seseorang tiba-tiba menghalangi jalan mereka berdua.

“Duh…um Ay, lindungi gw…,” Aldo tiba-tiba bersembunyi dibalik punggung Ayana

“K-kenapa Al!?” Wajah Ayana kembali memerah

“Hey-hey! Jangan coba-coba lo rebut pelayan gue itu!” teriaknya

“Hah! Apa maksud lo! K-Kita cuma jalan bareng ke kelas kok,”

“Huft…Al! Kenapa lo gak bales Line dari gue!” teriaknya

“M-Um…Chelle jangan teriak-teriak lah, malu…,” ucap Aldo

“Cih! Sini lo!” ucap Michelle

“Ya ampun…,” Aldo dengan terpaksa menghampiri Michelle

“Al! J-Jangan!” ucap Ayana

Aldo menghiraukan kata-kata Ayana itu.

“Gue itu majikan lo! Berani-beraninya lo main Belakang!”

“Hah? Belakang?” ucap Aldo

“EH!” Michelle tiba-tiba menutup mulutnya

Lalu Michelle berbalik membelakangi Aldo.

“Chelle?” panggil Aldo

Michelle hanya diam…

“Aldo! Ayo kita ke kelas!” Ayana tiba-tiba menarik tangan Aldo

“Loh! Hey!” Aldo tidak menahan Ayana, melainkan ia hanya mengikutinya

“Tu-Tunggu!” ucap Michelle

Michelle langsung berhadapan dengan Ayana dan Aldo.

“Gue ada urusan sama dia!” ucap Michelle

Ayana terdiam.

“Ayo Al!” Michelle langsung merebut Aldo dari Ayana

Michelle kini telah membawa Aldo pergi jauh dari Ayana. Sementara Ayana…

“Uhm!”

“AH! N-Nadse! Pake ngagetin segala!” ucap Ayana tampak terkejut

“Kenapa diem disini?”

“Um…gak kenapa-kenapa,” balas Ayana

“Ay?” ucap Nadse sambil memegang kedua pipi Ayana

“A-Apa!?” ucap Ayana

“Habis di tembak cowok ya?”

“Kek! Enggak Nads!” balas Ayana yang wajahnya langsung memerah

“Kenapa lo ngira kalau gue baru di tembak cowok sih!” ucap Ayana

“Habis, muka lo keliatannya menampakan kekecewaan, tapi juga ada sedikit dari rasa bahagia akan sesuatu entah apa itu,”

“Ek…G-Gue ke kelas duluan!” Ayana langsung pergi meninggalkan Nadse

“Loh! Ay!” teriak Nadse dan langsung mengerjar Ayana

Sementara itu…

*

*

“Chelle!” Aldo menarik tangan Michelle

Mereka pun tiba-tiba berhenti karena perlakuan Aldo tersebut. Kini mereka ada di bawah tangga menuju perpustakaan.

“Kenapa lo malah!”

“Ahaha…,” Michelle tersenyum dan kemudian berbalik membelakangi Aldo

“Yah gue…sorry ya, hihi…,”

“Gue jadi kebawa suasana,” ucap Michelle kembali

“Tapi….kenapa!?” ucap Aldo kembali bertanya

“Ah Al…pulang sekolah nanti, lo mau mampir ke rumah gue lagi kan?” Michelle tampak menghiraukan pertanyaan Aldo

“Gue sangat mengharapkan kedatangan lo…,”

“Karena…ada sesuatu hal yang mau gue bicarain sama lo,”

Aldo masih terdiam sambil melihat Michelle dari belakang.

“Wahaha! Apaan sih, kenapa tiba-tiba jadi serius begini!” Aldo tertawa sambil menepuk pundak Michelle

“Oh-Ahaha! Iya yah,” Michelle ikut tertawa

“Hallo kalian berdua?” ucap seseorang yang mengintip di atas tangga

“Bwah! Ilham!” ucap Aldo

“Kalian berdua gak berniat untuk melakukan hal-hal yang tidak senonok disekolah kan?” ucap Ilham

“Heh, jangan terlalu terbuka kalau temenan sama dia,” ucap Michelle

“Khu-khu…seperti biasa mulut lo masih kasar kayak waktu dulu, ahaha…,” Ilham tersenyum

“Terlebih lagi, sebenarnya kalian berdua ngapain di tempat sepi kayak gini? Mana di bawah tangga lagi,” ucap Ilham kembali

“Bukan urusan lo! Ini merupakan percakapan antara tuan putri dan pelayannya!” ucap Michelle lagi-lagi menjawab

“Huh…,” Ilham dan Aldo tampak menghembus nafasnya pelan

“Ngomong-ngomong Al, bantu gue bawa buku-buku ya?”

“Pelajaran pertama, umm…cih bahasa indonesia…,” Aldo tiba-tiba menjadi tidak semangat

“Gue tau lo gak bersemangat karena guru bahasa kita kayak gitu, tapi kalau kita gak cepet-cepet bawa buku paketnya ke kelas bisa-bisa nilai kita bakalan di bawah KKM,” ucap Ilham

“Huft…iya-iya gw tau,” Aldo langsung mengikuti Ilham

“Kalau gitu gue ke kelas duluan ya, um…bye-bye!” ucap Michelle kemudian pergi

“Wah-wah, seperti biasanya dia selalu ceria ya,” ucap Ilham

“Hm?” Aldo langsung menatap heran ke arah Ilham

“Whoaaaaaa! G-Gue gak nyangka, ternyata selera lu itu…,”

“Hoi! Jangan kira gue itu suka sama dia,” ucap Ilham

“Heh,” Aldo mengendus. “Kalau gitu ayo ke perpus,”

Ilham hanya tersenyum menanggapinya.

“Ngomong-ngomong Al, kenapa lo langsung pake baju olahraga?”

“Ya gak apa-apa kali, biar habis istirahat tinggal ke lapangan,” timbal Aldo

“Tapi kalau lo pake baju olahraga di kelas Bahasa, bisa-bisa lo kena pengurangan nilai,”

“WHAT!”

“NOOOOOOOOOOOOO!!!”

~oOo~

*Teng-Teng-Teng!

Lonceng berbunyi yang menandakan bahwa jam istirahat telah usai. Hari begitu cepat berlalu, jam dinding menunjukan pukul 10.30. Matahari hampir berada di puncaknya, mereka yang berpakaian olahraga berwarna ungu itu tengah bersiap-siap untuk pergi ke lapangan.

“Aldo! Aaaaaaldo!” ucapnya berulang-ulang

“Huh?” Aldo yang masih menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya itu hanya menganggapinya dengan satu kata, yaitu…”Pergi,”

“Hih! Ayo ke lapangan! Ini udah pelajaran olahraga!”

“Berisik! Bel aja belum! Masih ngantuk nih!” balas Aldo

“ERRR!!”

Wanita itu langsung menjambak rambut Aldo dari belakang.

“Eh sakit-sakit!”

“Cepetan bangun!”

“I-iya sabar dulu Ay! Duuuuh…,”

Ayana telah melepaskan jambakannya itu, Aldo terlihat sedang merapihkan rambutnya.

“Padahal kan belum bel, huh…,” ucap Aldo

“udah kok, tapi belnya pake lonceng. Mungkin masih mati lampu,” ucap Ayana

“Haaa! Males banget!”

“Duh Al…padahal tadi kamu sendiri yang kepengen cepet-cepet pelajaran olahraga,”

“…ya tadi kan karena gw gak mau masuk pelajaran Bahasa!”

“Y-yaudah sekarang ayo ke lapangan!” Ayana menarik-narik lengan Aldo

“Iyaaaaa! Heeeeeeehh!” Aldo geram dan langsung mengacak-acak rambut Ayana

“Loh! HEY!” Ayana yang kesal langsung berlari mengejar Aldo

Kemudian…

“ALDO!”

“Huah! Jangan mukul-mukul!”

“Salah sendiri pake ngacak-ngacak rambut orang! Mana gak bawa sisir lagi,”

“Ciaaaattt!”

*BRAH!

*KYAAAAAAAAA!

            Ayana menjerit karena Aldo tiba-tiba mengangkat tubuhnya layaknya seorang penculik yang sedang menculik anak kecil. Posisi kepalanya berada di belakang dan kakinya berada di depan.

“Tu-Turunin aku!” teriak Ayana

“Kita harus cepet-cepet ke lapangan!”

“K-kalau kamu mau gendong aku…jangan begini caranya!” ucap Ayana lagi

“Huh?”

Kemudian…

*HUP!

“Gimana?”

“Jangan salah pegang! Uh-umm…,” Ayana menyembunyikan wajahnya di balik punggung Aldo

“Halah salah pegang gimana siiih…,” *Puk!

Aldo menepak tangannya ke arah sesuatu.

“KYAAAA!” Ayana lagi-lagi menjerit

*GEPLAK!

            Tamparan keras pun mendarat di pipi Aldo.

“Aduuh…,” Aldo langsung mengusap-usap pipinya

“K-Kenapa kamu pegang pantat aku!”

“Ya maaf gw terpaksaaaaa! Lo itu lagi di gendong orang tapi kaki lo manjang begitu! Tekukin napa!”

“Hiiih! Biarin dong suka-suka aku!”

“Errrr!” Aldo geram

“udah ayo cepetan kita ke lapangan!” ucap Ayana

“T-Tapi…kita kan udah di…lapang-an…,” Mereka berdua tiba-tiba terdiam ketika tau di lapangan tersebut tidak ada siapapun selain mereka

“Loh kemana!?” ucap Ayana

“Gimana kalau hari ini tuh tes lari! Dan mereka semua udah pada berangkat!” ucap Aldo

“Mana mungkin!” ucap Ayana sambil mencubit pipi Aldo

“Jangan di cubit sakit!”

“Terus sekarang gimana dong Aaaallll!”

“Loh, kalian masih disini?” ucap seseorang

“He? Anin?” ucap Aldo

“Kenapa…lo pake baju olahraga?” tanya Aldo kembali

“Hari ini kelas kita kan di gabung, jadi pelajaran penjaskesnya di pindahin ke lapang basket,”

“HAAAAH!” ucap Aldo dan Ayana bersamaan

~oOo~

“Aldo Gilindra Abiyoga!”

“HADIR PAK!”

Seseorang tiba-tiba berteriak di tengah kerumunan itu.

“Ya ampun, kamu ini habis darimana saja sih? Sudah berkali-kali saya panggil,”

“M-Maaf pak, tadi perut saya bermasalah jadi…,”

“Baik-baik, saya tidak mau mendengar alasan apapun. Selanjutnya, Ayana Shahab!”

“Hadir pak!”

“Kamu juga?” ucap guru itu

“I-iya pak!”

“Huh…kalau begitu sekarang kita mulai pemanasan dulu ya. Siapa yang mau mimpin?”

“Saya pak,” seseorang maju ke depan

Ternyata itu adalah Ilham.

“Baik! Sebelum kita melaksanan pelajaran penjaskes, alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa menurut agama masing-masing, dipersilahkan!”

*Selesai!

Mereka kembali mengangkat kepalanya.

“Pemanasan dimulai dari kepala! SATU!”

Mereka semua mulai melakukan pemanasan.

*JDAK!

“AAARGHHH!”

“Hey-hey…,” ucap wanita itu

“HEH! Apaan sih Chelle! Sakit tau nginjek kaki orang segala!”

“Kita sekarang ada di satu kelas, gimana perasaan lo?”

“Perasaan apaan! Selama kita lagi pelajaran olahraga, jangan macem-macem ya!” ucap Aldo

“Wleeee!” Michelle hanya menjulurkan lidahnya

(Satu…Dua…Tiga…Empat…Lima…Enam…Tujuh…Delapan!)

 

To Be Continue…

Author : Shoryu_So

3 tanggapan untuk “Cinta Palsu, Part 8

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.