Love Taste Chocolate (1)

 

Coklat itu rasanya manis 🙂 tapi ada juga coklat yang rasanya pahit 😦  Cinta itu mirip coklat terkadang manis terkadang pahit.

Jam istirahat

Terlihat seorang cewek sedang berdiri di depan mading sedang membaca sebuah iklan.

!!!BARU!!!

‘EDISI SPECIAL

(o’w‘o) COKLAT MUMU (o’3’o)

ENAK BINGITZZZ

BURUAN BELI SEKARANG!!!

NTAR KEHABISAN LHO!!!

NYESEL KALO GAK NYOBA!!!

“Pokoknya aku harus coba,” gumam cewek berpipi chubby penyuka coklat itu setelah membaca pengumuman itu.

Kantin sekolah

“Yah kantinya rame banget,” keluh cewek itu melihat suasana kantin yang begitu ramai siswa berebut menyerbu ibu kantin.

“Pokoknya aku harus dapat coklat itu,” batinnya menyemangati diri.

Cewek itu pun mencoba menerebos keramaian dan akhirnya sampai juga dibagian paling depan.

“Buk! Aku mau Chocolate Mumu nya satu!” ucap cewek itu.

Tapi karena ibu kantin terlalu sibuk melayani pesanan para siswa yang kelaparan seperti zombie, pesanan cewek itu pun dicuekin.

“Ibu! >.< aku mau Chocolate Mumu nya satu!” teriak cewek itu lagi. Tapi lagi – lagi dia dicuekin.

“Bu intelnya atu!”

“Bu nurdin atu!”

“Bu mandi atu!”

“Bu ayam goreng tapi dibakar pake kecap!”

“Bu somai pake kuah soto!”

“Bu bakso gak pake mangkok!”

“Bu pesan sate gak di tusuk 200!”

“Bu aer putih gratiskan!”

Dan masih banyak pesan – pesanan aneh lainnya yang diteriakkan siswa – siswa kelaparan seperti zombie.

Tiba-tiba dari belakang cewek itu muncul seseorang “Bu pesan Chocolate Mumu nya satu, untuk dia,” ucap seorang cowok sambil menunjuk cewek disebelahnya yang tadi memesan coklat.

“Dan aku pesan roti coklat keju dan susu kotak,” sambungnya lagi.

~oOo~

Di koridor sekolah

“Akhirnya dapat juga coklat ini,” ucap cewek itu kegirangan.

“Eh BTW cowok tadi siapa yah? Baik banget, cakep lagi. Eh kok jadi mikirin cowok sih?” guman cewek itu bingung.

“Sekarang waktunya mencicipi coklat ini!”

Nyam… “Enak banget!” >w< batin cewek itu girang.

Tiba – tiba “Sinka!” teriak seseorang.

Degh!

Uhuk uhuk membuat cewek yang sedang mencicipi coklat jadi tersedak karena kaget.

“Eh sori sori. Ini minum dulu,” tawar temannya Sinka.

Gluk gluk gluk ahh lega

“Nadila apaan sih teriak – teriak, jadi keselek tau!” sebel Sinka manyun.

“Sori deh sori. Itu, anu, si Yupi si Yupi,” ucap Paw Paw alias Nadila panik.

“Yupi kenapa!?” tanya Sinka.

“Ayo kita ke kelas sekarang!” ajak Nadila menarik tangan Sinka.

“Eh pelan – pelan!” seru Sinka.

Kelas X-3

“Yupi kenapa?” tanya Sinka pelan.

“Dia ditolak Rizal!” ketus Nadila.

“Iya dia menolak Yupi dan mengatakan ‘Dasar berisik menganggu saja!’,” sambung Viny dengan mengulang kalimat yang di ucapkan Rizal.

“Kalian ini udah deh,” ucap Yupi murung.

“Ri-zal? Siapa tuh?” tanya Sinka binun. ‘~’a

“Ya ampun Sinka, kamu gak kenal siapa Rizal?” tanya Nadila heran.

“Enggak,” ucap Sinka polos menggelengkan kepalanya.

“Rizal itu cowok cakep, anak kelas X-8, banyak cewek sekolah kita bahkan dari luar sekolah menyukainya, tapi, sikap dia itu lho dingin banget,” ucap Viny menjelaskan.

“The-he, wajar aja aku gak tau, wong kelas X-8 kan digedung seberang. Aku gak pernah main kesana dan ketemu dia,” ucap Sinka polos.

“Dasar kamu ini,” ucap Nadila.

“Kenapa dia nolak Yupi, padahal Yupi kan orangnya baik, macanut lagi, tega banget dia!” kecam Sinka.

“Eh tunggu, macanut? apaan tuh?” tanya Viny heran.

“Manis Cantik Imut, kaya aku,” narsis Sinka mentel.

Nadila dan Viny *sweatdrop -_-‘

“Walaupun dia menolakku, tapi aku tetap menyukainya,” curhat Yupi.

“Kalau Yupi menyukainya aku dukung kok. Semoga kalian bisa jadian,” ucap Sinka menyemangati.

“Sinka! Kamu tadi beli coklat kan! Bagi dong!” pinta Nadila.

“Itu kan coklatnya Sinka! Kalo kamu mau beli sendiri dong!” seru Yupi membela Sinka.

“Eh sudah, jangan bertengkar >.< ini aku bagi bagi kok,” ucap Sinka melerai.

“Sinka memang baik,” puji Viny.

“The-he biasa aja ah, jadi malu,” ucap Sinka malu.

“Coklat ini lolly kaya aku,” narsis Yupi.

“Dasar Yupi narsis!” ketus Nadila.

“Kalian ini bertengakar mulu sih!” >.<  ucap Sinka heran.

“Tapi benerkan aku lolly?” ucap Yupi.

“Terserah,” ucap Nadila santai.

“Ish Nadila kok gitu sih,” sebel Yupi manyun.

“Yupi lolly kok,” puji Sinka.

“Iya Yupi lolly kok kaya permen,” tambah Viny.

“Yey, tuh denger sendiri kan Nadila, aku itu lolly. Wee” ucap Yupi senang.

“Iya iya kamu lolly kok, tadi aja galau gegara cowok sekarang giliran dapat coklat aja kesenengan, dasar bocah!” ucap Nadila sambil ngacak – acak poni Yupi.

“Iihhh! Nadila! Poni aku jadi rusak tau!” >.< Sebel Yupi.

Sinka dan Viny tertawa melihat itu 😀

~oOo~

Pelajaran olah raga

Lari marathon

Tap tap tap Hosh hosh hosh

“Eh Sinka mana?” tanya Yupi.

“Gak tau? nyasar kali,” ucap Nadila asbun.

“Dia paling depan tadi, anak itu semangat kali kalo udah lari,” ucap Viny.

“Iya, sampai-sampai dia ninggalin kita jauh dibelakang. Huh!” keluh Nadila.

“Dia kan paling suka lari,” ucap Yupi.

Di lapangan sekolah

Garis finish

“Ye ye aku menang! Ye ye Paling depan! Ye ye, ye ye!” teriak Sinka kegirangan lompat – lompat. Tanpa sadar ada yang sedang memperhatikannya tingkah konyolnya.

“Eh!” Sinka terkaget berhenti dari kegembiraannya O.o!

“A-apa kau melihatku dari tadi?” ucap Sinka pada orang yang memperhatikan tingkah laku konyolnya dibangku taman pinggir lapangan sekolah.

“Hmm,” ucap orang itu singkat mengangguk pelan dan memasang muka datar.

“Sepertinya aku pernah melihatnya? Tapi dimana ya?” batin Sinka coba mengingat dimana dia pernah bertemu orang yang sedari tadi memperhatikannya ternyata cowok.

“Ah, aku ingat! Kamu kan yang di kantin! Yang bantuin aku beli Chocolate Mumu!” teriak Sinka tiba – tiba.

“Oh ternyata cewek aneh yang menggangu antrianku dikantin tadi,” batin cowok itu.

“Lo suka coklat?” tanya cowok itu.

“Suka!” jawab Sinka polos mengangguk.

“Lo juga suka lari?” tanya cowok itu lagi.

“Iya, aku suka berlari, rasanya bebas, angin menerpa wajah dan tubuhku sejuk rasanya. Eh tapi bukan lari dari masalah ya! Masalah itu harus dihadapi. Apa lagi lari dari kenyataan?” ucap Sinka panjang lebar kemudian tersenyum.

“Senyumnya,” batin cowok itu.

“Sepertinya lo suka semua hal?” tanya cowok itu lagi.

“Gak semua hal aku suka,”

“Apa itu?”

“Pertengkaran, kebohongan, lalu…” ucap Sinka terputus

“Orang yang bernama Rizal!” sambung Sinka.

Haaaciimmm!

“Eh, kamu gak papa? Kamu sakit?” tanya Sinka sambil mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap ingus cowok itu yang meler karena bersin?

“Sori,” ucap cowok itu.

“Oh, eh, iya gak papa,” ucap Sinka.

Tak berapa lama teman – teman Sinka pun mulai berdatangan.

“Eh yang lain sudah pada datang tuh, aku duluan ya! Lekas sembuh ya… hmm, Rully,” ucap Sinka sambil menunjuk kearah bet nama bagian dada kanan atas jeket cowok itu. Kemudian berlari menyusul teman – temannya.

“Eh! i-iya terima kasih,”

“Sapu tangannya!” teriak cowok itu. Tapi karena Sinka sudah jauh jadi dia tidak mendengarkan panggilan cowok itu.

Tak lama kemudian temannya cowok itu datang menghampiri.

“Elo disuruh istirahat di UKS eh malah duduk disini!”

“Eh elo Rul. Bosen gue di UKS. BTW thanks jeket lo,” ucap cowok itu sambil melepas jaket itu dan melemparkannya ketemannya yang punya jeket bernama Rully.

“Rizal, Rizal, Dasar batu lo, memangnya lo dah baikan?” tanya Rully pada cowok itu.

“Mayanlah,” jawab Rizal.

~Love Taste Chocolate~

Seminggu kemudian

Pelajaran olah raga… lagi…

Marathon… lagi…

“Yey lari lagi,” ucap Sinka girang.

“Hah marathon lagi! Kenapa harus marathon lagi sih pak? Capek tau! Kaya gak ada olah raga lain aja,” keluh Nadila.

“Kamu ini! Tidak ada yang boleh protes! Lihat itu si Sinka bersemangat!” ucap pak Sagha selaku guru olah raga.

“Huh hari ini kan cuacanya panas,” Yupi juga mengeluh

“Iya bisa bisa kulit kita gosong pak kebakar sinar mentari,” ucap Viny

“Kalian ini! Sudah saya bilang gak ada yang boleh protes!” bentak pak Sagha tegas.

“Iya iya,” ucap para siswa.

“Rutenya sama kaya minggu lalu. Sekarang siap – siap  berlari sesuai aba – aba dari saya,” sambung pak Sagha.

3 2 1 mulai!

Priiiit!

Semua siswa pun mulai berlari.

Tap tap tap hosh hosh hosh

“Eh Sinka kemana lagi yah? asik ngilang aja kerjanya tuh anak?” tanya Viny.

“Nyasar lagi kali,” ucap Nadila Ngasal.

“Apa mungkin dia di depan lagi?” tanya Yupi.

~oOo~

Paling belakang

“Adudut sakit,” keluh Sinka.

“Ini pasti gegara sepatu baru, kakiku jadi lecet,” batin Sinka.

“Oi,” sapa seseorang.

“Eh, Rully. Kok kamu ada disini? Bolos ya!” tanya Sinka heran.

“Bosen belajar terus,” jawab Rully alias Rizal yang identitasnya belum diketahui Sinka.

“Gue ingin ngembaliin ini,” sambung Rizal.

“Aduh kok repot repot sih. Padahal gak perlu dikembalikan” ucap Sinka.

“Itu sudah gue cuci,”

“Baik banget sampe dicuci segala,”

“Biasa aja,”

“Eh, aku udah ketinggalan jauh nih. Aku lanjut lari lagi ya,” pamit Sinka.

Rizal hanya angguk.

Sinka pun melanjutkan larinya baru saja melangkah Sinka mengeluh lagi karena kakinya lecet.

“Aduh,” keluh Sinka.

“Lo kenapa?”

“Kakiku sakit, mungkin karena sepatu baru jadi lecet deh,” keluh Sinka 😥

“Coba gue lihat,”

“Aduh! Pelan pelan perih,” 😥

“Kaki lo lecet ini, harus segera diobati takutnya infeksi,”

“Aduh sakit,”

“Ayo naik, lo harus keruang UKS untuk diobati,” ucap Rizal dengan posisi berjongkok siap untuk menggendong Sinka.

“Ah, gak usah, nanti kamu keberatan trus kalo ada yang orang lain yang lihat kan gak enak,” ucap Sinka sungkan.

“Lo itu ringan, peduli orang kata. Buruan naik!”

“Ba-baiklah aku naik,” Sinka bersiap – siap.

“Cepatan naik!”

“Iya aku naik,” >.< ucap Sinka tapi belum juga naik.

“Hey buruan atau mau gue tinggal!”

“Gini loh!” sambung Rizal menarik tangan Sinka untuk merangkul pundaknya.

“Ah!” Sinka kaget wajahnya memerah.

“Rasanya nyaman banget ya meluk dia digendong kaya ini?” batin Sinka.

Rizal pun mengendong Sinka menuju ruang UKS.

~oOo~

Dikoridor menuju UKS

“Oi,” panggil Rizal.

“Hey aku punya nama tau. Jangan oi oi, namaku Sinka,”

“Sinka, ternyata lo berat juga ya?” ucap Rizal.

“Tuh kan aku berat! Mendingan aku turun aja deh,” ucap Sinka hendak turun dari gendongan Rizal, tapi Rizal menahannya.

“Hahaha, Dasar! Lo ini lucu,”

“BTW kenapa lo benci sama orang yang bernama Rizal? Apa dia pernah nyakiti atau gangu lo?” tanya Rizal.

“Enggak, dia gak pernah nyakiti atau ganggu aku, tapi dia sudah nyakiti hati temanku, dia udah nolak teman aku si Yupi, padahal Yupi kan orangnya baik, manis lagi, tega banget dia nolak anak sebaik Yupi. Itu yang membuat aku membencinya. Jadi aku fikir dia orang yang jahat,” ketus Sinka polos.

“Emangnya lo kenal dengan orang yang bernama Rizal itu?” tanya Rizal lagi.

“Enggak,” jawab Sinka menggelengkan kepalanya.

“Trus kalo gitu gimana lo bisa nilai dia orang jahat?”

“Karena dia udah buat teman aku sedih?”

“Masa gegara cuma buat teman lo sedih dia langsung lo cap orang jahat. Pasti dia ada alasan nolak teman lo itu,” ucap Rizal.

“Yah pokoknya gitu deh, aku sebel sama Rizal!”

Huft Rizal hanya mendengus kesal.

~oOo~

Di ruang UKS

“Akhirnya sampai juga. Lo memang beneran berat ya, badan gue pegal – pegal jadinya,” canda Rizal.

“Tuh kan aku berat, aku kan dah bilang tadi,” Sinka gembungin pipinya.

“Hahaha gue becanda. Tapi yah siapa sih yang gak cape gendong orang? apa lagi jaraknya lumayan jauh,” ucap Rizal.

“The-he makasih ya udah mau capek – capek ngantarin aku ke UKS,” ucap Sinka malu.

“Iya masam,” ucap Rizal datar.

“Masam?” tanya Sinka heran.

“Iya sama sama,” ucap Rizal mengacak rambut Sinka.

“Ish rambutku jadi kusut nih!” kesal Sinka.

“Suster tolong obati lukanya ya. Kakinya lecet tadi waktu olah raga,”

“Tenang saja, saya akan merawatnya dengan baik,” ucap perawat UKS.

“Gue balik kekelas dulu ya,” pamit Rizal sambil menyerahkan selembar kertas yang dilipiat ke pada Sinka.

Sinka pun membaca pesan itu.

KALO LO ADA WAKTU PULANG SEKOLAH NANTI GUE TUNGGU DI BELAKANG SEKOLAH

KALO LO GAK BISA DATANG LINE GUE

ID : XXXXXX

Tak lama kemudian Viny, Nadila dan Yupi pun datang melihat keadaan Sinka. Sinka buru buru menyimpan pesan yang didapatnya dari Rizal.

“Sinka kamu baik – baik saja?” tanya Nadila.

“Eh, aku gak papa kok, tadi waktu lari kakiku lecet,” ucap Sinka.

“Beneran kamu gak papa?” Tanya Yupi.

“Humm,” Sinka mengangguk.

“Kalo gitu pulang sekolah nanti kamu ikut kami pergi ke mall gak?” ajak Viny

“Sepertinya aku gak bisa aku ada urusan lain. Lagian kakiku masih sakit. Gak papa kan kalo aku gak ikut?” ucap Sinka.

“Okelah kalo begitu. Semoga kakimu cepat sembuh ya,” ucap Yupi.

~oOo~

Pulang sekolah

Dikelas Sinka

“Sinka kamu yakin gak mau ikut?” tanya Viny lagi.

“Maaf ya aku gak bisa ikut,” jawab Sinka.

“Yowes klo gitu kami pergi dulu ya,” sambung Yupi.

“Kamu hati – hati jalan pulang,” ucap Nadila.

“Iya, kalian have fun ya!” teriak Sinka.

Mereka pun berpisah dikoridor. Sinka pun beranjak pergi kegedung belakang sekolah.

~oOo~

Gedung bagian belakang sekolah

Sinka pun berdiri di depan pintu sebuah ruangan. Perlahan membuka pintu ruangan tersebut menimbulkan suara decitan kemudian masuk kedalamnya.

“Hai maaf aku telat ya? Tadi nunggu teman aku pergi dulu,” ucap Sinka begitu masuk ruangan dan menemukan seseorang yang sudah menunggunya dari tadi.

“Santai aja gue juga baru datang,” ucap Rizal.

“Wah ternyata dibagian belakang gedung ada ruangan seperti ini yah?” ucap Sinka takjub sambil melihat sekeliling ruangan.

“Lo baru pertama kali yah masuk ke sini?” tanya Rizal.

“Iya,” Ucap Sinka polos.

“Ini dulunya lab science. Jarang dipake jadi terbengkalai, jadi gini deh,” jelas Rizal.

“Memangnya disini ada apa? Kok ngajak ketemuan disini? Kan serem tempatnya,” sambung Sinka.

“Gak serem lah tadi udah gue bersihin dikit dan disini ada bilik rahasia,” jelas Rizal.

“Bilik rahasia?” ucap Sinka heran.

“Yups. Ini pintu masuknya. Silakan masuk,” ucap Rizal sambil menujuk kolong meja.

Mereka berdua pun masuk ke dalam bilik rahasia. Yang dimaksud bilik rahasia adalah tumpukan meja yang tersusun rapi menutupi sebagian ruang yang membentuk sekat dan membentuk sebuah ruangan kecil di pojok ruangan. Bayangin aja dah.

“Wah benaran disini ada bilik rahasia!” ucap Sinka terkagum.

“Wah ada banyak makanan juga!” sambungnya lagi.

“Gue gak tau lo sukanya apa, jadi gue beli aja semua,” ucap Rizal.

“Kalau makan seperti ini terus aku bisa tambah dudut,” ucap Sinka.

“Emang lo dudut, tadi aja gue gendong berat banget,”

“Ish tuh kan,” sebel Sinka. Rizal hanya terkekeh melihatnya seperti itu menurutnya itu lucu.

“Gimana kalau setiap hari, sepulang sekolah kita ketemuan disini?” pinta Rizal.

“Humm boleh” ucap Sinka mengangguk setuju.

~oOo~

Beberapa hari kemudian

Kelas X-3

“Sinka akhir – akhir ini  sepulang sekolah kamu langsung menghilang bagitu saja?” tanya Viny curiga.

“Eh, aku gak kemana – mana kok langsung pulang. Eh, aku ke toilet dulu ya,” ucap Sinka ngeles.

“Anak itu tingkahnya makin aneh aja?” ucap Nadila.

“Iya tadi aku lihat dia SMS an waktu jam pelajaran,” ucap Yupi teman sebangku Sinka.

“Ya udah kita periksa aja HP nya.” usul Nadila usil.

“Mana HP nya?” tanya Viny.

“Mungkin di dalam tasnya, coba periksa,” tebak Nadila.

“Nah ini dia ketemu. Eh, dikunci pake sandi pola nih,” ucap Viny.

“Aku tau polanya!” seru Yupi.

Yupi pun memeriksa HP Sinka. Isi chat line nya banyak tertera nama Rully.

“Rully?” semua heran.

“Mungkin pacarnya Sinka?” duga Yupi.

“Kenapa dia gak cerita ke kita ya?” ucap Viny.

“Aku jadi penasaran sama cowoknya Sinka,” sambung Nadila.

“Gimana kalo pulang sekolah kita sikilitiki?” usul Nadila.

“Hah!” Viny dan Yupi terkejut.

“Kalian berdua penasaran kan sama cowoknya Sinka?” tanya Nadila.

“Iya sih tapi apa ini gak salah?” tanya Yupi sungkan.

“Iya masa kita curiga sama teman sendiri?” keluh Viny.

“Ya udah kalo kalian gak mau ikut, biar aku pergi sendiri,” kekeuh Nadila.

Yupi dan Viny saling pandang, “Kami ikut!” mereka kompak.

~oOo~

Pulang Sekolah

Gedung belakang sekolah

Bilik Rahasia

“Wah asik banyak makanan lagi,” ucap Sinka senang.

“Lo itu doyan makan ya,” ucap Rizal.

“Iya. Eh apa ini? Real Cacao? Ini kan pahit ya?” ucap Sinka.

“Entahlah? Coba aja,” ucap Rizal.

Nyam… uwek…

“Ternyata benaran pahit,” ucap Sinka. 😦

“Coklat itu harusnya manis,” sambung Sinka pundung dipojokan.

“Dasar cewek aneh,” batin Rizal. -_-‘

“Cinta juga harusnya manis,” lanjut Sinka.

“Lo punya pacar?” tanya Rizal.

“Gak punya, tapi…  ada orang yang aku suka. Tapi aku langsung menyerah,” ungkap Sinka.

“Loh kok?” Tanya Rizal penasaran.

“Karena orang itu adalah orang yang disukai temanku,” ungkap Sinka.

Hening

“Sinka,” Panggil Rizal.

Sinka menoleh dan menatap mata Rizal yang memiliki tatapan tajam.

“Gimana kalau gue ini bukan Rully?” ungkap Rizal.

Tiba – tiba

Gubrak! Suara pintu dibuka secara kasar!

“Siapa disini!” ucap penjaga sekolah.

“Hah kok gak ada siapa – siapa? Tadi kayanya ada suara orang deh?”

“Hii jangan – jangan…” ucap penjaga sekolah. Mengunci pintu dan langsung kabur.

Tanpa sepengetahuan Sinka, dirinya si buntuti oleh teman temannya. Mereka bertiga bersembunyi di ujung koridor.

“Hah kok gak ada siapa – siapa di dalam?” ucap Yupi heran.

“Iya aku lihat sendiri tadi Sinka masuk kesana,” Nadila juga heran.

“Tapi kata penjaga sekolah?” Viny juga terkejut.

“Aneh,” duga Nadila.

“Kalo Sinka masih di dalam gimana cara dia keluar?” ungkap Yupi sedikit khawatir.

“Sebaiknya kita tunggu disini saja,” saran Nadila.

Sementara di dalam bilik rahasia.

“Kaget aku!” ucap Sinka terkaget.

“Untung kita gak ketahuan,” balas Rizal.

“Rully gimana cara kita keluar dari sini? pintunya dikunci dan hari semakin sore,” Sinka cemas.

“Kita keluar lewat jendela itu,” ucap Rizal menunjuk jendela dipojok ruangan.

“Hah! Je-jendela itu kan lumayan tinggi,”

“Tenang aja, gue bantu,” ucap Rizal.

Grasak grusuk

“Eh suara apa itu? asalnya dari balik ruangan ini,” ucap Yupi.

“Iya aku juga dengar,” balas Nadila.

“Ayo kita periksa,” sambung Viny.

Semetara itu Sinka mencoba keluar dari bilik rahasia yang dibantu oleh Rizal.

“Sssttt, jangan berisik nanti ketauan orang,” bisik Rizal.

“I-iya tapi ini tinggi banget aku takut,” ucap Sinka pelan.

“Apanya yang tinggi? Ini cuma 2 meter, setinggi badan lo lebih dikit,” ucap Rizal pelan.

“Cepat lompat nanti gue tangkap!” Sambung Rizal.

 

Sinka pun lompat dari jendela Rizal coba menangkap Sinka tapi karena tidak seimbang akhirnya mereka berdua pun terjatuh dengan posisi Rizal dibawah dan Sinka diatas. Sinka menahan tubuhnya dengan tangannya, tapi Rizal malah menarik tangan Sinka sehingga wajah mereka berdekatan. Kaya di pilem pile gitu. XD

“Sinka gimana kalo gue ini buka Rully?” bisik Rizal kemudian mencium kening Sinka.

Degh! Sinka terdiam dengan wajah memerah.

Disisi lain tanpa Rizal dan Sinka sadari Yupi, Viny dan Nadila tekejut melihat adegan itu . Yupi pun langsung berlari meninggalkan TKP.

“Tunggu!” Seru Nadila dan Viny.

“Eh ada orang!” Sinka terkaget dan langsung berdiri.

“Ayo kita pulang,” ajak Rizal

“Rully kenapa dia ngomong kaya gitu ya?” batin Sinka binun.

~oOo~

Keesokkan harinya

Kelas X-3

Terlihat Sinka memasuki kelas.

“Pagi,” sapa Sinka pada ketiga sahabatnya Yupi, Viny dan Nadila.

Bukan jawaban yang didapatkan malah tatapan sinis yang diterima Sinka.

“Hai kalian kenapa pada diam? Terus kenapa ngeliatin aku seperti itu? Ada apa? Ada yang salah?” tanya Sinka heran melihat temannya menatapnya seperti itu.

“Sinka tega banget kamu nusuk teman dari belakang!” kecam Nadila.

“Kasihan Yupi,” ucap Viny sedih.

“Yupi, memangnya aku ada salah apa?” tanya Sinka.

Brak! “Kamu pura – pura bodoh atau memang bodoh!” ucap Nadila emosi dengan nada tinggi menggebrak meja.

“Kamu diam – diam ketemuan sama cowok yang disukai Yupi kan!” sambung Viny.

“Maksud kalian apa? Aku gak ngerti? Cowok yang Yupi suka?” tanya Sinka binun belum mengerti kesalahannya.

“Alah gak usah ngeles deh!” labrak Nadila emosi mendorong bahu Sinka.

“Sinka bisa kita bicara sebentar?” pinta Yupi.

“Yupi kamu gak marah sama dia?” ucap Viny sambil nunjuk Sinka.

“Biarkan aku berbicara berdua sama Sinka, kalian disini saja,” ucap Yupi sambil menarik tangan Sinka keluar kelas.

Diluar kelas

“Sinka sebenarnya cowok yang kamu temui pulang sekolah kemarin itu adalah Rizal cowok yang aku suka,” jelas Yupi.

“Ta-tapi dia itu Rully,” elak Sinka.

“Bukan, dia itu Rizal,” jelas Yupi.

Degh!

Sinka pun langsung berlari mencari Rully eh Rizal , h pokonya itu lah itu.

“Sinka tunggu!” panggil Yupi.

Sinka pun berlari menuju kelas X-8. Sesampainya disana dia mencari Rizal dengan menanya salah satu murid yang ada di luar kelas X-8.

“Permisi Rul… eh maksudnya Rizalnya ada?” tanya Sinka.

“Ada. Sebentar gue panggilin,” ucap salah satu murid X-8

Murid itu pun masuk dan memanggil Rizal.

“Oi Zal ada yang nyariin noh di luar kelas,” ucap teman Rizal.

“Siapa?” tanya Rizal sambil menoleh ke arah pintu kelas X-8

Sinka pun melihat Rizal dari luar kelas. Begitu Sinka tau siapa sebenarnya Rizal dia pun berlari sambil menangis meninggalkan kelas X-8.

“Sinka! Tunggu!” panggil Rizal mencoba mengejar Sinka, tapi Sinka sudah menjauh dari kelas X-8 dan Rizal pun hanya melihat punggung Sinka menjauh…

Di kelas X-3

“Yupi aku benar – benar minta maaf, aku gak tau kalo dia itu Rizal. Aku pikir dia itu Rully,” ucap Sinka memelas.

“Halah ngeles mulu kaya kang bajaj! Kita dah gak percaya lagi sama kamu! Dasar pembohong!” ucap Nadila marah.

“Sinka kamu kok tega sih sama Yupi?” ucap Viny.

Yupi hanya diam.

“Tapi beneran aku ga…” ucap Sinka terpotong.

“Alah udah lah. Yuk tinggalin aja dia sendirian,” ucap Nadila emosi.

Sinka hanya bisa tertunduk sedih melihat ketiga sahabatnya pergi meninggalkannya. Hiks 😥

~oOo~

Pelajaran Olah Raga

Marathon

Marathon lagi marathon lagi kek gak ada olah raga lain aje thor? -_-‘

Seterah awak lah kan awak yang nulis.

Capek euy lari mulu

Tap tap tap hosh hosh hosh

Dibagian paling depan terlihat Sinka berlari sendirian dibelakangnya menyusul dengan jarak yang tak begitu jauh ada Yupi, Viny dan Nadila.

Tiba – tiba ada yang memanggilnya.

“Sinka!” panggil seseorang.

“Gue minta maaf udah bohongi lo karena selama ini dah pura – pura menjadi Rully,”  ungkap Rizal mengakui siapa dia sebenarnya dan ucapannya itu di saksikan juga oleh Yupi, Viny dan Nadila.

“Eh ternyata Sinka gak bohong,” ucap Nadila segan.

“Duh jadi gak enak nih kita udah musuhin Sinka,” ucap Viny.

“Sinka ternyata kamu memang…” batin Yupi.

“Oh hahaha masalah itu ya. Semua itu memang salahku. Semuanya hanya kesalah pahamanku saja, karena kebodohanku,” ucap Sinka dengan senyum yang dipaksakan.

“Tapi… Aku benci pembohong! ” sambung Sinka.

“Lebih baik kita gak usah saling menyapa lagi. Anggap saja kita gak pernah bertemu dan saling kenal,” ucap Sinka mengakhiri kalimatnya dan langsung melanjutkan larinya meninggalkan Rizal yang berdiri mematung.

Hampir semua teman sekelas Sinka menyaksikan kejadian itu.

“Sinka!” seru Nadila mengejar Sinka.

“Tunggu!” sambung Viny.

“Kami minta maaf ya sudah menuduhmu,” ucap Nadila.

“Sinka. Maafin aku ya?” ucap Yupi kemudian memeluk Sinka.

“Aku gak papa kok. Maaf sudah membuat semua kesalah pahaman ini,” ucap Sinka.

“Gak, kamu gak salah kami yang salah sudah menuduh yang tidak – tidak,” ucap Nadila.

“Maafin kami ya Sinka?” timpal Viny.

Harusnya cinta itu manis seperti coklat.

  • to be continued

-Harris Marwin-

 

2 tanggapan untuk “Love Taste Chocolate (1)

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.