X-World (Pt.47) : Fixing Timeline (2/2)

“ANTO!!!” Teriak Viny.

“KEJAR MEREKA KE DALAM PORTAL!” Perintah Erron dari walky talky. Sebenarnya tidak perlu diperintah pun, Sagha, Ve, dan Viny sudah akan bergerak dengan sendirinya untuk menyusul kedua temannya yang dibawa oleh musuh.

Keempat kendaraan yang dikendarai oleh teman-teman Gary berhasil masuk menyusul Dena ke dalam portal tepat sebelum portal itu tertutup. Di dalam terowongan waktu yang penuh guncangan itu, mereka berhasil menemukan mobil Dena.

Adu kecepatan di dalam terowongan waktu ini membuat semua pengendara mobil terkecuali Erron dan Dena merasakan sakit kepala karena pusing. Ini efek yang wajar bagi orang yang masuk ke dalam Zona ini. Erron pribadi sudah terlatih, jadi ia tidak lagi merasa pusing. Sementara untuk Dena… ya, dia memang bukan manusia sejak awal.

Berjuang melawan rasa pusing sambil menyetir mobil merupakan perjuangan berat bagi Ve, Viny, dan Sagha. Berkat keinginan kuatnya untuk menyelamatkan Gary, Ve berhasil mengontrol mobilnya dengan baik di dalam terowongan waktu ini, dan lagi, ia berhasil mengejar Dena.

“KEMBALIKAN GARY!!!” Ve membanting stirnya, membuat Ferrarinya menghantam mobil Dena dari kiri.

“BAGUS, VE! Terus pojokin dia! Keluarin dia lewat lubang lain di terowongan ini! Jangan sampai dia balik ke masa depan bareng Gary, atau Gary bakalan mati ditangannya!” Ucap Erron dari talky talky.

Berkat dorongan Ve, Dena gagal keluar dari terowongan waktu ke masa depan. Dorongan dari Ferrari Ve mengarahkan mobilnya ke lubang lain yang berada tidak jauh dari lubang keluar menuju masa depan. Kedua mobil itu masuk ke dalam lubang tersebut.

Mobil Ve dan Dena keluar dari dalam terowongan waktu. Lubang yang mereka lewati tadi mengantarkan mereka ke sebuah jembatan raksasa di tengah laut yang menghubungan 2 buah pulau. Di samping tiba di sebuah lokasi yang mereka tidak tau sama sekali, ada masalah lain yang harus segera mereka tangani.

Ujung lubang yang mereka lewati tadi ternyata terbuka di atas jembatan. Yap, posisi portal itu berada di tengah-tengah udara. Terjebak dalam kondisi jatuh dari ketinggian memaksa pikiran Ve agar berpikir cepat kalau ingin dirinya tetap hidup.

Walaupun ia berada di dalam mobil saat ini, tapi apabila mobil tersebut remuk saat menghantam dasar jembatan, maka nasib tubuhnya juga tidak akan jauh beda dengan nasib mobilnya.

Lain Ve, lain lagi Anto. Ingat hal terakhir yang terjadi pada anak itu? Saat ini ia juga masih terjebak dalam keadaan yang sama, ia masih berpegangan erat di atap mobil Dena.

“ANJRIIIIT!!!!” Anto berteriak histeris mendapati mobil yang ditungganginya akan mendarat ke tanah dari ketinggian yang cukup ekstrim.

Kalau ia melompat, dapat dipastikan dirinya akan segera bertemu dengan malaikat maut saat tubuhnya menyentuh tanah, tapi kalau ia tetap bertahan di atap mobil Dena, itu juga tidak menjamin nyawanya tetap aman dalam tubuhnya. Bagaimana kalau saat mendarat nanti bagian atas mobilnya yang mendarat terlebih dahulu bersama dirinya? Skak untuk Anto.

Tenang, gue belum mau ngilangin karakter Anto dari cerita gue, karena perannya masih belum selesai :v (y). Jadi santai aja, oke? Hehehehe…

Dengan posisi jatuh seperti itu, Anto buru-buru merayap dan berusaha masuk ke dalam mobil Dena. Ia menghancurkan kaca pintu kiri mobil Dena, dan memaksa masuk lewat celah yang dibuatnya.

Saat masuk, ia melihat Gary tepat di depan matanya dalam keadaan terikat. Dena yang berada tepat di sampingnya dan juga Gary hanya menatapnya tajam dengan kedua bola matanya yang berwarna merah menyala.

“HWAAAAAAAA!!!!!” Teriak Anto saat melihat Dena secara dekat.

Kendaraan Dena mendarat di jembatan lebih dulu dibanding kendaraan Ve. Nasib baik bagi Anto dan Gary, mobil Dena mendarat dengan keempat rodanya terlebih dulu menghantam tanah. Goncangan keras masih dapat mereka rasakan, tapi setidaknya mereka tidak harus bertemu dengan malaikat maut kali ini.

Dena memalingkan pandangannya kembali ke kiri. Ia berniat untuk menuntaskan 2 orang tawanan di mobilnya, tapi saat ia menoleh… Anto dan Gary sudah tidak berada di kursi yang ada sampingnya.

………………….

“Hadeeeh… Untung pas jatoh tadi lo langsung motong talinya. Thanks banget, To.” Ucap Gary dengan nafas yang terengah-engah.

“Santai aja,” Anto mengacungkan jempolnya, “Robot aneh. Dia nggak nyadar kalo pas mendarat kita cabut lewat kaca, hahahaha.”

*BRAK!!!*

Dena menendang pintu mobilnya yang macet. Ia keluar dari dalam mobilnya dan langsung menatap kedua tawanan yang berhasil kabur dari mobilnya.

“Aih, baru juga diomongin.” Gary menyalakan kembali GN-Swordnya, sementara Anto mengambil shotgun yang tergantung di belakang punggungnya.

Belum ada satu langkah Dena bergerak, kendaraan Ve tiba-tiba jatuh menimpanya. Mungkin karena robot itu terlalu fokus dengan Gary dan Anto, ia jadi tidak memperhatikan mobil yang jelas-jelas sudah berada tepat di atasnya persis.

“YO’I! Selamat lagi cuy! HA! Gila, kombinasi hoki lo sama gue hebat juga ya, Ger.” Ucap Anto membanggakan keberuntungannya yang terjadi berturut-turut.

“Eh, itu Ve masih di dalem mobil. Ayo buruan!”

Melihat Ve yang masih berada di dalam mobilnya dalam keadaan tidak sadar, Gary dan Anto buru-buru menghampiri Ferrari berwarna merah itu dan membuka paksa pintunya yang macet untuk mengeluarkan si pengemudi.

“Ve! Sadar, Ve!” Gary berusaha membangunkan Ve dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Belum ada reaksi dari Ve. Gary berniat memeriksa keadaan jantung Ve untuk memastikan keadaanya. Saat ia hendak mendekatkan telinganya ke dada Ve….

*PLAK!!!*

“DASAR MESUM!” Gary terdiam sambil memegangi pipinya. Masih dengan wajah kebingungan, ia menatap Ve.

“Jangan salah tanggep dulu, Ve. Tadi itu Gary pengen ngecek detak jantung lo. Lagian lo digoyang-goyangin, dipanggil-panggil, nggak ada respon.” Jelas Anto.

“Aku sedang berusaha mengatur nafasku. Kalian tidak bisa sabar sedikit ya? Di dalam portal tadi kepalaku serasa diaduk mixer.” Ucap Ve.

“Lo baru pusing di dalem mobil. Lo nggak liat gue kayak peserta Fear Factor tadi pas keluar dari portal?” Ucap Anto.

Mobil Ve tiba-tiba bergetar. Gary yang tengah memangku Ve langsung menggendongnya dan pergi menjauh. Anto yang masih berada di dekat mobil berusaha mencari sesuatu yang ada di bawah kemudi mobil Ve. Ia mencabut sebuah kabel, lalu pergi menjauh dari mobil Ve.

Dena yang tertimpa mobil Ve rupanya masih hidup. Ia bangkit dan mengangkat mobil Ve dengan kedua tangannya.

“Mampus… mana kita Cuma bertiga doang lagi.”

“Tenang aja, Ger. Nggak bakalan lama.” Ucap Anto enteng.

………………….

*DUAR!!!!!*

“Apa gue bilang?” Ucap Anto sambil memainkan alisnya.

“Gokil lu, To. Btw, itu barusan kenapa dah?” Tanya Gary.

“Kau mengaliri arus ke kabel pink ya?” Tanya Ve tiba-tiba.

“Eh?”

“Yoi. Abisnya, gue pencet, tombolnya nggak mau respon. Yowes, gue picu fungsinya pake cara manual.” Jawab Anto.

“Eh, bentar-bentar. Gue masih belum ngerti. Kabel pink? Maksudnya apaan?”

“Tadi gue mau pake fitur penghancuran mobil, Ger, tapi pas gue aktifin lewat tombol nggak mau respon. Jadinya gue potong kabelnya yang warna pink, trus gue sambungin sama kabel starter yang masih ada arusnya.” Jelas Anto.

Gary hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Anto. Kobaran api bekas ledakan tadi masih menyala di tengah jembatan. Sepertinya inilah akhir dari konflik lintas waktu ini.

Portal yang menjadi jalan mereka datang ke jembatan raksasa ini masih terbuka lebar di atas. Gary, Anto, dan Ve terdiam dan berpikir bagaimana cara mereka mencapai portal itu agar bisa kembali ke masa mereka.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Erron, Sagha, dan Viny muncul dari dalam portal dan mereka bertiga mengalami hal yang serupa dengan Anto, Gary, dan Ve saat mereka keluar dari dalam lubang berwarna hitam itu (Lubang portal woy! Bukan lubang yang lain).

Ketiga kendaraan yang baru muncul itu jatuh dari ketinggian. Peterblit yang di kendarai Sagha dan juga Aston Martin yang di kendarai Viny langsung hancur begitu mendarat.

Bagaimana dengan Erron? Apa dia jatuh juga sama seperti yang lain? Ya. Apa mobilnya juga hancur seperti yang lain? Tidak.

Sebuah parasut berwarna putih terbuka dari atap mobil Erron. Jeep milik koboy itu mendarat ke tanah dengan perlahan. Andela dan Erron yang ada di dalam kendaraan itu selamat, sementara Viny dan Sagha mengalami sedikit luka ringan akibat pendaratan mereka. Beruntung airbag yang terpasang di kedua kendaraan itu berfungsi dengan baik untuk mengamankan si pengemudi.

“Vin, lo gapapa?” Tanya Anto.

“Ngh… Aku tidak bisa merasakan tangan kananku.” Mendengar keluhan Viny, Anto segera memeriksa keadaan tangan kanan temannya itu.

“Oh, tangan kanan lo gapapa kok. Ini kayaknya Cuma geser dikit.” Anto membantu Viny berdiri. Tidak jauh dari mereka berdua, Gary membantu Sagha keluar dari dalam truk Peterblitnya yang terbalik.

“Lo semua gapapa?” Tanya Erron.

“Kita bertiga baik-baik aja, tapi Sagha kayaknya drop gara-gara ngelewatin portal tadi. Trus si Viny lengannya cedera gara-gara jatoh tadi.” Jawab Gary.

Erron dan Andela membawa Sagha dan Viny ke dalam Jeep. Gary, Ve, dan Anto masih berdiskusi di depan jeep mengenai cara agar mereka bisa kembali ke masa mereka. Di tengah diskusi yang serius itu, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Sebuah suara pelan dan aneh menggema di tengah jembatan sepi itu. Perhatian Gary dan teman-temannya lantas tersita dan mereka langsung milirik sekitar untuk mencari sumber suara tersebut. Andela merasakan firasat buruk kembali, dan entah kenapa matanya kini tertuju pada kobaran api besar yang masih menyala jauh di belakangnya.

Matanya menangkap sesuatu dari dalam kobaran api itu. Sebuah bayangan hitam yang samar-samar semakin jelas, membentuk sosok yang ia kenal.

*BWOOOSSH!!!*

Kobaran api besar itu terbelah setelah mendapat dorongan angin yang kuat dari dalamnya. Pemilik bayangan hitam yang dilihat oleh Andela kini terlihat jelas, dan sosok itu tengah berjalan keluar dari dalam kobaran api menghampiri dirinya dan teman-temannya.

“DENA?!!!” Ucap Andela, Gary, Ve, dan Anto bersamaan. Erron yang mendengar suara mereka bertiga menyebut Dena, langsung menoleh dan refleks mengeluarkan kedua revolvernya dari dalam kantong.

Erron kalah cepat oleh Dena. Sebelum pelatuk pistolnya dapat ia tarik, Dena sudah lebih dulu menembak kedua tangan Erron dengan laser dari telapak tangannya. Erron terjatuh mendapati kedua tangannya berlubang akibat serangan Dena. Belum puas mencetak 2 lubang di tangan Erron, Dena melancarkan siksaan keduanya pada koboy itu. Mata robot perempuan itu menembakkan laser yang melesat lurus ke arah Erron.

*BOOOM!!!*

“ERRON!!!” Andela, Gary, Ve, dan Anto yang melihat hal itu tidak tinggal diam. Mereka berempat langsung menyerang Dena dari arah yang berbeda-beda. Peluru-peluru yang ditembakkan AK47 yang dibawa Ve dan juga Shotgun milik Anto rupanya tidak berpengaruh sama sekali terhadap Dena.

Dengan mudahnya Dena dapat melumpuhkan Anto dan Ve hanya dengan tepukan di leher keduanya. Andela dan Gary bingung melihat kedua teman mereka dapat dijatuhkan hanya dengan sebuah tepukan. Tuntas dengan Ve dan Anto, Dena berniat membagi jatah tepukan yang sama pada Andela dan Gary.

Setelah melihat pergerakan Dena saat melumpukan kedua temannya, Gary dan Andela dapat dengan mudah menghindari tepukan yang akan dilakukan Dena pada keduanya. Pada percobaan kedua tepukan Dena pada Gary, Gary berhasil menahan dan mengunci tangan Dena dengan salah satu GN-Bits-nya.

Di situ, ia dapat melihat jelas alasan kenapa tepukan pelan Dena bisa begitu ‘maut’ sampai bisa menjatuhkan kedua temannya dengan mudah. Barisan jarum kecil yang berisi tetes-tetes obat bius menghiasi telapak tangan Dena.

“Pinter juga lo, Den, tapi gue udah muak sama kejar-kejaran ini!” Gary memotong kedua tangan Dena, lalu menghancurkannya.

Dena memberontak. Gary segera menarik GN-Bits-nya dan mundur beberapa langkah menjauhi Dena.

“PROTOKOL CADANGAN DI AKTIFKAN! LENYAPKAN TARGET, DENGAN SEGALA CARA!” Mm-mm… Kalimat itu bukan pertanda baik bagi Gary.

Ibarat manusia, pikiran Dena sudah masuk fase ‘Frustasi’ saat ini. Beberapa anggota tubuh Dena berubah. Ibarat Megazord di film power ranger yang memiliki kemampuan untuk berganti-ganti senjata di tiap anggota badan, Dena mengeluarkan setiap alat penyiksa yang terpasang di seluruh tubuhnya.

Tangan kirinya berubah menjadi bola berduri yang bisa dimainkan layaknya senjata jarak jauh dengan penghubung berupa rantai. Tangan kanannya berubah menjadi gunting raksasa. Kaki kanannya berubah menjadi gergaji mesin. Sementara kaki kirinya menjadi alat pemancar gelombang yang dapat menggetarkan permukaan seperti membuat gempa.

Pada kedua pundaknya terdapat peluncur roket dan juga senjata mesin otomatis. Satu hal yang tidak diduga dari perubahan Dena adalah, wajahnya. Dena menunjukkan wajah aslinya yang ternyata sebuah mata robotik raksasa dengan lambang segitiga merah sebagai irisnya.

“Oke, gue mulai paham kenapa Erron bisa takut sama Dena,” Gary menelan ludahnya, “Ndel, amanin yang lain! Apapun yang terjadi, jangan biarin Dena nyentuh yang lain!”

Andela mengangguk. Ia segera menarik tubuh Anto dan Viny jauh-jauh dari Dena dan Gary.

1 lawan 1 memang pertarungan yang seimbang, tapi bila 1 yang merupakan lawannya memiliki kekuatan setara 10-20 orang, maka lain lagi ceritanya.

Dena menyerang duluan. Senjata mesin otomatis di pundak kirinya mulai berputar dan membombardir Gary dengan puluhan peluru. Untuk yang satu ini, Gary tidak dapat menahannya. Ia berlari sekuat tenaga dari peluru-peluru itu.

Senjata mesin itu cukup merepotkan, tapi bagaimana dengan peluncur roket yang ada di pundaknya satunya? Yap, Dena ikut mengerahkan peluncur roket di pundak kanannya untuk menyerang Gary. Kalau kalian berpikir itu sudah cukup buruk bagi Gary, kalian salah besar.

Situasi semakin buruk begitu Dena terbang sambil melakukan serangan dengan kedua senjata pada pundaknya. DIA TERBANG!!!

Dengan motivasi tidak ingin mati, Gary mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari dan menghindari butiran-butiran timah panas dan juga benda-benda panjang berujung kerucut tajam yang ditembakkan Dena. Gary benar-benar mengharapkan bantuan dari siapapun saat ini, karena keadaan dan tempat pertarungan saat ini tidak mendukung untuk melakukan serangan balik.

Kaki Gary mulai kelelahan untuk berlari. Ia pun memutar otak sebelum kakinya benar-benar berhenti bergerak karena kelelahan. Ia mengambil salah satu GN-Bits miliknya, lalu ia menengok sesaat ke arah belakang.

“Jaraknya terlalu jauh. Gue harus bisa deketin dia tanpa bikin dia curiga sama serangan gue.” Pikir Gary.

GN-Bits yang diambilnya ia sembunyikan di dalam lengan jaket yang ia kenakan. Gary memaksakan kakinya untuk tetap berlari saat ini.

Ada yang berubah dari gerakan Gary. Bukannya menjauh dari Dena, ia malah mendekati Dena. Gerakannya benar-benar mencurigakan tapi tidak bagi Dena, karena ini malah mempermudah pekerjaannya.

“HEA!!!” Gary mengeluarkan GN-Bits yang ia sembunyikan di bawah lengan jaketnya dan melempar benda kecil mematikan itu ke arah Dena. Taktiknya berhasil.

Benda itu berhasil mengenai target yang diincar Gary yang tidak lain adalah senjata mesin otomatis di pundak kiri Dena.

Senjata itu meledak dan untuk sesaat membuat keseimbangan Dena yang tengah melayang di udara sedikit terganggu. Gary memanfaatkan kesempatan ini untuk melemparkan satu lagi GN-Bits dari sabuknya dan melemparnya ke arah peluncur roket di pundak kanan Dena.

BULLSEYE! Gary berhasil menghancurkan kedua senjata yang sempat membuat dirinya kerepotan, tapi itu bukan berarti ia bisa tenang karena masih ada 5 instrumen penyiksaan yang terpasang pada tubuh Dena.

Tidak dapat melakukan serangan jarak jauh lagi, Dena memutuskan turun ke tengah jembatan untuk melenyapkan Gary lewat kontak fisik dengan senjata-senjatanya yang masih tersisa.

Dena mematikan jet di kakinya dan menjatuhkan dirinya begitu saja, apa maksud tindakannya itu?

Begitu Dena jatuh ke tengah jembatan, terlihat alat yang terpasang pada kaki kirinya menyala dan BUM!!! Seluruh permukaan jembatan bergetar dengan keras. Gary sempat jatuh dan sedikit terpental akibat goncangan yang diciptakan oleh senjata Dena.

Saat Gary berusaha bangkit dan mengangkat kepalanya, bola penghancur berduri milik Dena telah melesat cepat ke arahnya. Ia langsung berguling ke belakang untuk menghindari senjatakan mematikan tersebut.

“Gila, dikira gue bawang putih kali yak sampe pengen dikeprek pake alat kayak gitu.” Gary bangkit dari posisinya, dan tepat setelah itu Dena datang dari depan sambil mengacungkan lengan guntingnya yang telah terbuka, siap untuk memotong Gary menjadi 2.

Dengan sigap, Gary menunduk, tapi lagi-lagi ia mendapat serangan tidak terduga. Dena melayangkan kaki kanannya yang bersenjatakan gergaji mesin ke arah Gary.

Tidak siap menerima serangan itu, refleks Gary hanya bisa menggerakan tangannya untuk memanfaatkan GN-Sword sebagai modal bertahan dari gigi-gigi tajam yang seharusnya mendarat tepat di kepalanya yang sedang dalam posisi jongkok.

Dampak serangan Dena memang gagal melukai fisik Gary secara langsung, tapi benturan dari gergaji mesin dengan GN-Sword yang digenggam Gary membuat tubuh Gary terpental dan berguling di atas permukaan aspal jembatan yang kasar. Sekarang Gary benar-benar sudah kehabisan tenaga dan akal untuk melawan balik Dena.

Kondisi tubuhnya yang dipenuhi lecet akibat gesekan aspal ditambah nafasnya yang hampir habis itu membuat dirinya tidak mampu melanjutkan pertarungan atau bahkan bangkit semula untuk berdiri. Dena menghampiri Gary sambil menyeret bola penghancur di tangan kirinya dan berkali-kali membunyikan gunting di tangan kanannya.

“Sialan… Ron, sori banget gue nggak bisa menuhin ekspektasi lo untuk tetap hidup. Kayaknya masa depan buruk lo bakalan dateng lebih awal.” Gumam Gary.

Putus asa, inikah akhir dari Gary Muller?

*WOOOSH!!! SRAK!!!*

“Hah? Apaan tuh?” Gary mengangkat kepalanya sejenak untuk melihat penyebab suara yang baru saja ia dengar.

Sebuah lubang berukuran sedang menganga di tengah-tengah perut Dena. Di ujung lubang itu, terlihat Andela yang berdiri tegap dengan busurnya. Di sampingnya, terdapat sosok yang familiar di mata Gary. ITU ERRON! ERRON MASIH HIDUP!

“Aduh, gawat. Baru kali ini aku meleset dari target.” Ucap Andela.

“Lo nggak meleset sama sekali. Tubuh Dena dilengkapin pelindungi energi. Makanya, tadi serangan lo belok dari jantung ke perut.” Ucap Erron.

Dena tidak berhenti berjalan menghampiri Gary. Ia mengabaikan Andela yang baru saja mengganggunya. Tidak satu pun gangguan dapat membuatnya berpaling dari target utamanya. Fokusnya hanya ada 100% pada Gary.

“WOY BOCAH! MAU SAMPE KAPAN LO TIDURAN DI TENGAH JALAN?!! MAU SAMPE KAPAN LO BIKIN ADEGAN KLISE KAYAK GINI KEJADIAN TERUS? EMANG LO NGGAK BOSEN?!! TEMEN-TEMEN LO YANG BIASA NGASIH SEMANGAT UDAH PADA TEPAR!!” Teriak Erron.

“Anto cerita kejadian di bengkel waktu itu. Sebenernya lo bisa aja ngabisin Dena waktu lo baru aja sadar, tapi karena lo liat Anto dan Sagha perlu bantuan makanya lo tinggalin dia begitu aja. Lo pasti nyesel ngelepasin Dena waktu itu. Kalo lo masih punya rasa nyesel itu di dalam hati lo, gue minta lo keluarin semuanya SEKARANG!!!”

Kata-kata yang aneh untuk sebuah kalimat pembangkit semangat, tapi herannya kalimat itu justru bekerja cukup baik. Terlihat tangan kiri Gary mengepal, dan tangan kanannya berusaha meraih GN-Sword yang tidak jauh darinya.

Ia bangkit perlahan-lahan. Tidak seperti biasanya, kali ini motivasi yang di dapat Gary berasal dari penyesalan dan dendam yang ia tujukan kepada Dena. Gary mengangkat kepalanya terlihat sorot mata tajam di kedua matanya.

Melihat targetnya bangkit, Dena langsung melayangkan bola penghancurnya ke arah Gary. Dengan sigap, Gary menghindari bola penghancur itu dan bergerak zig-zag layaknya atlet melewati Dena. Loh? Apa yang dipikirkannya?

Kini di tangan Gary sudah ada 2 buah GN-Bits yang tadi ia gunakan untuk melempar Dena. Dia memasangkan kedua GN-Bits itu dan sisa GN-Bits lainnya pada GN-Sword miliknya. Fitur Buster Mode GN-Sword mulai aktif.

“Ndel, lo ngerasain sesuatu nggak?” Tanya Erron.

“Atmosfer di sekitar sini berbeda….”

“Itu karena DIA.” Erron menunjuk Gary.

Atmosfer di sekitar jembatan mendadak berubah. Tekanan udara serasa berat semenjak Gary menyalakan Buster Modenya. Bukan hanya atmosfer sekitar yang berubah, tapi juga Gary.

Pupil matanya yang semula hitam, kini berubah. Muncul pola berupa aurora dengan kilatan putih yang terus bergerak seperti bintang jatuh pada pupilnya. Pada permukaan kulitnya muncul pola-pola berbentuk sirkuit komputer berwarna hijau tosca menyala.

Gary tidak sengaja menengok ke belakang, memperlihatkan perubahan pupil matanya pada Erron dan Andela. Kedua orang itu sukses dibuat terkejut oleh Gary.

“Ma… Mata itu….” Andela sukses dibuat tercengang.

“Dia satu dari sejuta.” Ucap Erron.

Sensor optik pada kepala Dena mendeteksi anomali pada targetnya. Ia berusaha menaksir kekuatan Gary yang tengah mengalami anomali pada tubuhnya agar bisa merubah strategi untuk melenyapkannya. Saat tengah menaksir kekuatan Gary, tiba-tiba saja Gary menghilang dari hadapan Dena.

Sensor Dena berupaya melacak Gary, tetapi terlambat karena Gary sudah muncul tepat di depan Dena sebelum sensornya mengunci dirinya. Serangan super cepat dilancarkan oleh Gary. 2 dari instrumen penyiksa pada anggota tubuh Dena berhasil dihancurkannya dengan memotong kedua lengan Dena.

Gary kembali menghilang dengan kecepatan supernya. Ia menyerang Dena secara asal dari berbagai arah dengan GN-Sword-nya. Kalau Dena robot biasa, mungkin saat ini tubuhnya sudah terpotong-potong menjadi bagian-bagian kecil.

Dena mengayunkan gergaji mesin yang terpasang di kaki kanannya, dan secara tidak sengaja, ia berhasil menghentikan serangan cepat Gary. Berhasil menghentikan Gary bukan berarti ia berhasil melukai Gary.

Tubuh Gary masih seperti sebelumnya. Belum ada luka yang bertambah pada permukaan kulitnya. GN-Sword Gary dan gergaji mesin Dena saling beradu. Dena menaikan output tenaganya pada gergaji mesinnya. Alhasil, Gary kalah dalam adu serangan tersebut dan terpental sedikit ke belakang.

Walaupun Gary terpental, ia berhasil mendarat dengan aman dengan kedua kakinya. Dena semakin frustasi. Sebagai cara terakhirnya untuk melenyapkan Gary, ia menembakkan sinar penghancur lewat kepalanya.

“LARI, GER!!!” Erron berusaha memperingatkan Gary, tapi teriakannya tidak dihiraukan. Gary masih berdiri dengan santai melihat sinar penghancur yang ditembakkan Dena datang ke arahnya.

Tidak diduga-duga, seluruh GN-Bits yang terpasang pada GN-Sword Gary tiba-tiba bergerak sendiri melepaskan diri mereka dari GN-Sword. Mereka terbang ke hadapan Gary dan berkumpul membentuk lingkaran. Lingkaran GN-Bits itu mengeluarkan sebuah medan berhasil menangkal serangan Dena.

“Tidak salah lagi, Gary benar-benar mengalami mutasi menjadi seorang innovator.”

“Mungkin selama masa koma yang dia alami, radiasi partikel yang masuk ke dalam tubuhnya dan berasimilasi, membuat segala aspek pada tubuhnya meningkat dan menciptakan imunitas terhadap partikel GN. Trus dalam waktu singkat, dia juga berhasil ngembangin kemampuan innovator-nya untuk ngontrol benda berbasis partikel GN pake pikirannya.” Ujar Erron.

“Jadi kau juga tau tentang Innovator?” Tanya Andela.

“Gue pernah punya temen satu tim Innovator,” Jawab Erron

“Nggak sembarang orang bisa jadi Innovator, kecuali kalo emang faktor keturunan dari lahir. Gue heran, Gary dengan keadaan fisik seadanya bisa ngelewatin proses asimilasi. Kalo aja gagal, dia bisa bikin nyawanya sendiri ilang dari tubuhnya.” Jelas Erron.

“Ada pepatah mengatakan, ‘Kalau kau bisa menerima kelemahanmu, kau akan berkembang jauh lebih kuat dari apa yang kau bayangkan.’ Mungkin prinsip Gary yang apa adanya dan selalu menerima kelemahannya itu yang membuatnya selamat dari proses.” Ucap Andela.

Gary berlari ke samping, lalu ia menusuk Dena tepat di perutnya. Sensor optik Dena berhenti menembakkan sinar penghancur, dan GN-Bits yang sebelumnya membentuk pelindung kini terbang berpencar dan satu persatu menusuk tubuh Dena dari arah yang berbeda-beda.

Gary mencabut GN-Swordnya dari tubuh Dena. GN-Bits yang masih tertancap di sekujur tubuh Dena membawa tubuh Dena terbang ke atas. Tubuh Dena terus terangkat semakin tinggi, sementara Gary hanya berdiri diam di bawah.

Ketika tubuh Dena sudah terbawa cukup tinggi, serentak semua GN-Bits yang membawa tubuhnya naik melepaskan diri dan terbang kembali kepada Gary. Tubuh Dena jatuh dengan bebas ke bawah.

Gary merubah GN-Swordnya ke rifle mode, dan semua GN-Bits yang sudah kembali kepadanya langsung memasangkan diri mereka pada GN-Sword Gary, membuat Buster Mode kembali aktif. Gary mengangkat GN-Swordnya ke atas, dan tanpa basa-basi ia langsung menarik pelatuk senjatanya.

BUM!!! Dena hancur tanpa sisa setelah menerima serangan terakhir dari Gary.

Pola sirkuit yang menyala di sekujur tubuh Gary perlahan-lahan menghilang. Begitu juga dengan pupil mata Gary yang sempat berubah. Ia menoleh ke belakang dan berjalan ke arah Erron dan Andela.

“Misi selesai.” Ucapnya

“Buat lo… Buat gue, ini baru awal.” Ucap Erron.

“Sekarang gimana caranya kita balik?” Tanya Gary.

“Itu masalah gampang, biar gue yang urus.”

“Dengan keadaan tangan lo yang kayak gitu? Udah lah, nggak usah sok kuat. Apa susahnya sih minta tolong?” Ledek Gary.

“Mentang-mentang lo bisa ngalahin Dena, lo bisa songong ke gue gitu?”

“Kalian masih sempat berdebat di saat seperti ini?!” Andela melerai Gary dan Erron.

“Ehem… Lo, angkat temen-temen lo masuk ke Jeep! Ndel, pretelin senjata yang ada di kap mobil Dena! Kita bisa pake alat itu untuk pulang.” Perintah Erron.

Gary dan Andela melakukan apa yang di perintahkan Erron. Andela mempreteli alat pembuat portal dari mobil Dena. Dikarenakan kondisi tangan Erron yang belum memungkinkannya untuk melakukan pekerjaan yang melibatkan tangan, jadi Gary turun tangan untuk memasang dan menyetel alat pembuat portal Dena pada kendaraan Erron.

Erron mengarahkan Gary selama instalasi. Sebenarnya Gary cukup ahli dalam bidang elektronik, tapi teknologi yang ia tangani kali ini bukanlah teknologi yang ia mengerti karena berasal dari masa depan. Kurang dari setengah jam, Gary selesai memasang dan menyetel alat pembuka portal tersebut pada kendaraan Erron.

“Lo yang nyetir mobil kali ini.” Erron melempar kunci mobilnya pada Gary.

Mereka masuk ke dalam mobil. Gary menyalakan mesin. Sambil menunggu mesin mobil panas, Gary menyalakan alat pembuka portal terlebih dulu. Alat itu membuat sebuah portal di tengah jembatan. Begitu mesin mobil panas, Gary langsung tancap gas dan kembali ke zamannya melewati portal itu.

**

“Gue masih nggak percaya Gary ngalahin Dena sendirian. Seriusan, gue sama yang lain di tambah Erron aja blom cukup buat nahan dia. Sementara Gary sendiri bisa bikin dia hancur tanpa sisa, WTF cuy?!!” Ucap Sagha.

“Udah deh, Gha. Nggak usah lebay. Kalo gak ngasih kejutan ke kita-kita, namanya bukan Gary. Ya nggak, Ve?” Sahut Anto.

“Iya, sih, tapi jujur aku juga masih tidak percaya.” Ujar Ve.

“Ya habisnya, tidak satupun dari kita yang sadar saat kejadian itu terjadi. Hanya Andela dan Erron yang melihat kejadiannya.” Ucap Viny.

“Aku sendiri yang melihatnya juga masih tidak percaya kalau Gary bisa bermutasi menjadi innovator. Kasus seperti Gary jarang sekali terjadi.” Ujar Andela.

“Ngomong-ngomong soal Gary, itu anak dimana? Belom balik juga tuh anak bareng Erron. Apa jangan-jangan dia diculik sama tuh koboy kampret?” Tanya Sagha.

“Jangan berprasangka buruk pada Erron. Lagipula dia sudah membuktikan kalau dirinya datang dengan tujuan baik bukan? Kalau bukan karena dia, mungkin kita tidak akan tau tentang Dena dan tujuannya untuk membunuh Gary.” Ucap Andela.

“Sambil menunggu dia, lebih baik kita pindahkan dulu barang-barang kita ke pesawat.” Usul Viny.

Anto, Sagha, dan Ve setuju dengan usul Viny. Mereka pun beranjak dari sofa di ruang tamu rumah Andela dan pergi ke kamar masing-masing untuk mengambil barang-barang mereka.

Semenjak kejadian kemarin, tepatnya saat Gary mengalahkan Dena, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di domain Andela. Kabar tentang kematian 2 orang polisi yang mobilnya diledakan oleh Dena bahkan tidak terdengar di pemberitaan media.

Sepertinya, hilangnya Dena juga berarti hilangnya semua hal yang berhubungan dengan dia, tapi bagaimana dengan ingatan-ingatan yang dialami oleh Gary dan teman-temannya? Hmm… Ini masih menjadi misteri.

Di sebuah pom bensin yang tidak jauh dari rumah Andela, terlihat Erron tengah menunggu mobilnya yang tengah mengisi bahan bakarnya. Sementara itu, Gary terlihat sibuk dengan tangannya yang sedang menggali emas di salah satu lubang hidungnya.

“Lama amat. Tangki bensin mobil lo kapasitasnya berapa dah?” Keluh Gary.

Tepat setelah itu, Erron menarik alat pengisi dan menutup lubang tangki pada mobilnya. Mereka berdua masuk ke dalam Jeep, dan Erron menjalankan mobilnya pergi meninggalkan pom bensin menuju rumah Andela.

“Jadi sekarang gue udah bukan manusia lagi ya?” Tanya Gary.

“Masih, tapi kasta lo naik satu tingkat dari manusia normal. Innovator punya potensi untuk berkembang. Lo bisa punya kemampuan super, tapi yang baru gue liat kemaren, lo Cuma baru bisa ngendaliin mainan lo doang.” Jawab Erron.

“GN-Bits? Berarti gue punya kemampuan technopath dong?”

Erron menggeleng, “Lo Cuma bisa ngontrol benda berbasis partikel GN. Kalo lo emang technopath, harusnya lo bisa langsung remukin Dena tanpa harus nyentuh dia.”

“Jadi gue bisa ngontrol benda apapun berbasis partikel GN. Oke, trus kemampuan apa lagi yang mungkin bisa gue dapet sebagai innovator?”

“Variatif. Semua tergantung gimana lo berkembang, tapi satu yang pasti, lo nggak bakalan kena kasus senjata makan tuan lagi kali ini. Tubuh kebal dari radiasi partikel GN.”

Tidak terasa, Erron dan Gary telah tiba di depan rumah Andela. Gary membuka pintu di sampingnya, lalu turun dari mobil Erron.

“Lo nggak turun?” Tanya Gary.

“Kerjaan gue udah selesai. Gue pulang.” Jawab Erron singkat.

“Nggak pamit dulu sama yang lain?”

“Buat apa? Gue nggak pernah nganggep kalian sebagai temen.”

“Tapi kita udah nganggep lo sebagai temen sekarang.” Kalimat itu sukses membuat Erron terdiam untuk sesaat. Sepertinya ia cukup terkejut mendengar pernyataan itu dari mulut Gary.

“Lo bakalan nyesel nganggep gue temen.”

Erron membuka laci di bawah dasbor mobilnya, lalu ia mengambil sesuatu dari sana. Sebuah benda berbalut kain coklat yang diikat dengan selembar kain kecil panjang berwarna putih. Ia melempar benda itu pada Gary.

“Inget! Lo harus tetap hidup, apapun yang terjadi. Kalo lo mati lagi di tengah jalan, gue bakalan balik lagi dari masa depan buat ngejar lo.” Ucap Erron.

“Slaw. Semoga urusan lo di masa depan juga cepet kelar.”

“Hmph… Adiós.”

Erron menutup pintu mobilnya. Sesaat kemudian, alat pembuka portal yang terpasang di kap mobilnya mulai mengeluarkan kilatan dan membuka portal di ujung jalan. Mobil Erron mulai berjalan dan akhirnya melewati portal yang dibukanya lalu menghilang.

Mendengar suara aneh dari di depan, Ve, Viny, Sagha, Anto dan Andela keluar dari dalam rumah untuk memastikan kalau suara barusan bukan berasal dari sesuatu yang buruk.

“Loh, Gary? Lalu yang tadi itu suara apa?” Tanya Ve bingung.

“Yang barusan itu Erron. Dia baru aja balik.” Jawab Gary.

“Dia sudah kembali ke masanya. Kita juga harus kembali ke perjalanan kita.” Ucap Viny.

“Eh, tunggu! Gue belom ngerapihin barang-barang gue.” Ucap Gary.

“Sudah aku bereskan. Habisnya, kau pergi lama sekali. Yang lain sudah selesai berkemas, aku lihat barang-barangmu masih berantakan di kamar.” Ucap Ve.

“Hehehe… Sori ya, Ve. Duh, jadi nggak enak ngerepotin lo.”

Sekarang Tim mereka kembali utuh dengan kembalinya Gary. Mereka berlima pamit pada Andela, lalu pergi meninggalkan domain Count Avano untuk melanjutkan perjalanan mereka.

**

Suasana di dalam pesawat begitu sepi. Semua tengah tertidur kecuali Gary yang masih terbangun. Di tangan Gary terdapat sebuah barang yang di bungkus kain coklat pemberian dari Erron dari masa depan. Penasaran, ia pun membuka barang tersebut.

Sebuah revolver yang terbuat dari besi hitam padat dengan tekstur unik. Pada lubang peluru revolver itu, terselip sebuah kertas kecil. Sebuah surat dari Erron.

…’Jangan pernah berhenti walau selangkah untuk mengejar apa yang kau yakini’…

……………..

~To Be Continued~

By : @ahmabad25

12 tanggapan untuk “X-World (Pt.47) : Fixing Timeline (2/2)

  1. Anjay :v technopath, apa bisa dibilang telekinesis juga tuh om? :v
    Jadi, gw penasaran sama revolver itu. Apa mengandung partikel GN juga atau enggak. Dan soal innovator gw jg masih bingung, terlbih kata² Erron “Dia satu dari sejuta”. Oh iya, dan soal mata Gary, apa akan ada perkembangan dia punya kekuatan Clairvoyant gitu? :v
    Lanjut om!

    Suka

    1. Hmm… Nice idea :v aslinya gue blom kepikiran juga sih utk upgrade gary sampe sejauh itu, tapi untuk skarang kyknya cukup upgrade reflex sama telekinesis Gary thdp GN-Bits biar kemampuan bertarungnya punya variasi tersendiri.

      Satu dari sejuta, soalnya nggak sembarang orang bisa berubah jadi innovator setelah ngalamin radiasi. Kebanyakan tewas semasa koma, tapi Gary malah selamat. That’s why….

      Soal revolver, itu cuma souvenir biasa kok :v wkwkwk makasih udh mampir baca dan komen 😀

      Suka

      1. Gw jg agak curiga dengan dialog Erron yang “Gue pernah punya temen satu tim innovator” :v disitu gw ngira innovator di masa depan itu Gary (mereka jadi temen).
        Oh iya, btw kok Sagha belom power upgrade yak? Berhubung Gary bisa telekinesis, kenapa ga coba aja si sagha dapet kekuatan teleport gitu :’3 masukin ke domain para dicer :v *abaikan ide komik elektrik ini* :v

        Suka

  2. Kalau oshi sih belum ada

    Kecuali kalau dalam pencarian anggota baru ntar ketemu Desy *bukan jinchuuriki* atau Michelle, baru dah ntar wa bisa bilang ada

    Lagipula, kemarin kan Erron pernah bilang kalau Dena dikirim Rizal buat ngebunuh Gary karena Gary nggak sengaja membunuh orang yang penting buat Rizal, dan entah kenapa wa yakin orang itu ada di Sisterhood

    Jadi wa nggak sabar nunggu Sisterhood gegara itu

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Aryo Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.