Iridescent Part 13  

Iridescent New Cover.jpg

(Dekat, Tapi Terasa Jauh) 😦

 

Kami berlima bercengkrama di salah satu lapak  Kopi Joss disini, tapi entah kenapa gue sekarang Cuma bisa terdiam setelah bertemu dengan Frieska, apalagi Verro dan Kak Melody juga disini, tak jauh dari tempat kami berempat duduk. Saat gue dan Verro bertatap muka lagi, setelah beberapa waktu tak bertemu, dia terlihat sangat benci dari cara menatap gue.

Saat duduk termenung tiba-tiba hp gue bergetar.

“Jessica Veranda” itu lah nama yang tertera di layar hp gue. Kemudian gue membuka isi chat Line darinya.

 

Jessica Veranda : Aku udah sampai di bandara nih sayang, bisa jemput aku sama Gre kan?

Aduh ini gimana lagi, gue lagi nongkrong bareng malah dapat tugas suci dari Ve.

“Dor”

“Eh eh …”

Gue kaget gara-gara Shani barusan menusukkan jari telunjuknya di pipi gue.

“Kamu ini bikin kaget aja Shan” ujar gue.

“Habisnya kamu bengong, emang ada chat dari siapa sih …” ucap Shani menusuk pipi gue lagi.

“Emm….” Gue jadi bingung mau jawab, ntar dia marah.

“Pasti dari Kak Ve ya?” tanya Shani curiga.

“Eng enggak kok Shan, ini Cuma dari Official Account PLN …” jawab gue ngaco.

“Emang ada ya OA-nya PLN, baru tau aku” ujar Shani menggaruk yang tidak gatal.

Bingung dia ternyata, sama gue juga bingung … :v

“Udah deh jangan dipikirin, nanti stess loh” ucap gue.

“Iya juga sih” balasnya.

Kami berdua udah nggak lagi bahas soal itu, diam-diam gue mengetikan pesan balasan untuk chat dari Ve.

 

Willy Debiean : Maaf, aku baru ada acara keluarga nih. Kamu bisa naik taksi kan? Sekali lagi maaf L

Tak lama ada balasan dari Ve,

Jessica Veranda : Hmm… yaudah deh gapapa, aku naik taksi aja. Nanti kalau udah sampai di Hotel aku kabari sayang J

Willy Debiean : Iya J

Setelah itu gue melirik ke arah Shani, dia lagi lihat pemandangan malam di sini. Sedangkan Gaby sama Kelik … Njir, mereka berduaan agak jauh dari gue dan Shani. Lagi ciuman, ditempat kayak gini lagi :v

Sedangkan Kak Elaine Cuma fokus dengan hp nya dari tadi.

Gue balik lagi menatap Shani, kemudian gue memeluknya dari belakang. Shani sempat kaget gara-gara itu, gue Cuma tersenyum melihat ekspresinya yang unik itu. Kayak baru pertama di peluk sama gue aja …

 

“Kenapa kaget? Suka nggak dipeluk …” tanya gue sambil menyunggingkan senyum.

“Enggak kaget juga sih, Cuma heran aja … Kamu kan udah lama nggak perhatiin aku kayak gini” jawab Shani.

“Iya juga sih” balas gue.

Kami berdua terdiam satu sama lain. Bingung disaat sekarang, apalagi gue baru meresapi ucapan dari Shani.

“Kangen kamu yang dulu” ujarnya tiba-tiba.

“Eh?”

Gue kaget mendengar ucapannya Shani barusan, apa gue udah berubah ya? Mungkin semenjak ada hubungan dengan Ve, perhatian dan perlakuan gue ke Shani jadi beda. Gue juga bisa merasakan itu, tapi yang bikin heran adalah kenapa Shani tetap maafin kesalahan gue yang fatal itu???

Tiba-tiba …

 

“Hoek …hoek …hoek, sayang aku mual”

“Eh …”

“Eh Shani kenapa?” tanya Gaby panik.

“Mau muntah tuh. Wil, lo ajak dia ke toilet umum sana!” perintah Kelik.

“Buruan dek, bawa ke toilet umum sana!” teriak Kak Elaine panik juga.

Gue, Gaby, Kak Elaine dan Kelik kaget Shani yang tiba-tiba menutup mulutnya, dia narik-narik gue. Saking paniknya gue langsung menarik Shania agar bangkit dari duduk, lalu gue menariknya menuju toilet umum disekitar sini. Untung masih ingat gue tempatnya dimana.

_ _ _ _

 

POV SHANI

 

Hoek … hoek … hoek

Aku memuntahkan semua di washtafel, entah kenapa tadi tiba-tiba aku mual sekali. Padahal tadi Cuma minum sama ngemil jajanan di warkop, masa iya keracunan? Gak mungkin ah.

“Ah lega …” ucapku.

Kemudian aku membersihkan mulutku dan berkumur, lalu kubasuh mukaku. Setelah itu aku mengeluarkan sapu tangan dari dalam tas. Aku melihat ke arah cermin di depanku.

“Kenapa mual ya?” pikirku.

Aku mengelap wajahku yang basah dengan sapu tanganku. Kenapa tiba-tiba terbesit di pikiranku soal kejadian itu. Ah gak mungkin, possitive thinking aja dulu …

Tapi kalau semisal beneran, apa dia mau mengakui ini semua? Karna udah terlanjur terjadi, itu kenapa aku gak bisa relain Willy pergi dari aku. Walaupun dia juga punya pacar lain, tapi aku harus minta kejelasan soal hubungan kami dan juga soal ini.

Aku mengelus perutku dengan lembut …

“Semoga aja nggak kayak yang aku pikirin …”

Setelah selesai bersih-bersih aku pun berbenah diri, dan kemudian keluar dari toilet.

 

POV SHANI END

 

 

_ _ _ _

 

10 menit lebih gue berdiri didepan toilet wanita, Shani lama banget di dalam sana. Apalagi suara dia muntah, bikin gue makin khawatir, apa dia masuk angin ya? Bingung gue … :v

Tak lama kemudian Shani keluar dari toilet, wajahnya kelihatan lemas dan agak pucat.

 

“Shan, muka kamu pucat loh … Pulang aja ya, aku takut kamu malah kenapa-napa” ucap gue sambil mengelus kepalanya.

“Iyadeh sayang, aku agak pusing sama mual juga nih …” ujar Shani.

“Yaudah kita balik aja, aku mau pamit ke Gaby, Kak Elaine sama Kelik. Biar mereka lanjutin jalan-jalannya” ucap gue.

Shani membalasnya dengan anggukan saja, kami berdua pun kembali ke tempat kami nongkrong tadi. Sesampainya disana gue  mau memberitau kan ke mereka kalau gue dan Shani akan pulang duluan.

“Gimana keadaanmu  Shan, masih agak mual?” tanya Gaby dan Kelik bersamaan.

“Kamu gak kenapa-napa kan Shan?” ucap Kak Elaine juga menanyakan kondisi Shani.

“Udah agak mendingan kok, tapi masih mual rasanya” jawab Shani.

“Gini Gab, gue sama Shani mau pulang duluan aja, kalian bertiga lanjutin aja jalan-jalannya” ucap gue ke Gaby, Kak Elaine dan Kelik.

“Gak gitu dong, kita khawatir juga …” balas Kak Elaine.

“Iya tuh, Kak Elaine benar. Kita juga khawatir sama Shani tau” tambah Gaby.

“Apalagi dia pucat juga tuh …” ujar Kelik.

“Udah gapapa kalian lanjut aja, gue sama Shani bakal baik-baik aja kok” balas gue.

“Yaudah kalau gitu, tapi elo sama Shani pulang pakai mobil aja, biar gue, Gaby sama Kak Elaine nanti pulang naik taksi aja” ujar Kelik.

“Oke deh, gue sama Shani pulang dulu. Jaga diri kalian bertiga” ucap gue.

Gaby, Kak Elaine dan Kelik mengangguk, lalu gue menuntun Shani menuju ke mobil. Dan saat melewati Verro, dia kembali menatap gue dan Shani lagi, tapi kali ini dia tersenyum menyeringai. Apa maksudnya?

“Jangan dilihat Shan” ucap gue sambil mengalihkan pandangan Shani dari Verro.

“Aku takut …” ujar Shani.

“Udah gapapa, ada aku disini” balas gue coba menenangkan Shani.

Sampai di dekat mobil, gue dan Shani masuk ke mobil, setelah itu gue menyalakan mesin mobil dan kemudian melajukannya …

…..

 

30 menit perjalanan akhirnya gue dan Shani sudah ada di rumah, kami baru saja keluar dari mobil, dia gue bantu jalan ke dalam rumah. Saat membuka pintu ternyata di ruang tamu ada Mama, Tante Margareth dan satu lagi yaitu Mama Indira, kapan datangnya ya? :v

Mereka yang melihat gue membantu Shani berjalan pun ikut khawatir. Kemudian bangkit dan menghampiri gue dan Shani yang masih berdiri diambang pintu.

 

“Aduh ini kenapa Nak, pasti Shani sakit ya?” tanya Mama Indira khawatir.

“Enggak papa kok Ma, aku Cuma agak mual aja tadi” jawab Shani.

“Kalau jaga tunangan kamu yang serius dong Wil, jangan sering di cuekin aja” omel Tante Margareth.

“Ini anak bandel yah, gak mau jaga Shani!” ucap Mama menjewer kuping gue.

“Adududuhhh Ma, sakit …” gue malah jadi kena jewer Mama sih? Kan sakit banget …

“Mama Debie udah, Willy daritadi udah jagain aku terus kok. Aku juga udah mendingan, jangan di jewer terus, kasian Ma …” ujar Shani sambil memegang tangan Mama gue sambil nahan ketawa. :v

Mendengar ucapan Shani barusan, akhirnya Mama melepaskan jeweran nya dari kuping gue, huh selamat deh ini gue …

“Kali ini Mama maafin kamu, tapi kalau lain kali gak bisa jagain Shani, Mama jewer kamu” ancam Mama.

“I iya Ma, pasti aku jaga Shani kok. Serius aku nggak akan bikin kalian kecewa kok. Janji” balas gue mengacungkan dua jari.

“Udah sana kamu antar Shani ke kamar dulu, habis itu balik ke sini lagi. Ada yang mau Mama bicarain sama kamu!” perintah Mama. Gue hanya mengangguk dan kemudian mengantar Shani.

“Yuk Shan …” ucap gue menggandeng tangan Shani.

 

Gue menariknya menuju ke kamar. Sampai di depan pintu kamar Shani tiba-tiba menarik-narik tangan gue. Gue menatap wajahnya …

“Ada apa?” tanya gue.

“Aku … aku …”

“Ngomong yang jelas dong sayang” ucap gue.

“Kamu tau kan waktu itu kita …., ah susah ngomongnya. Soal itu …” balas Shani kebingungan.

“Itu apa sih, aku beneran gak tau” ucap gue kekeuh.

“Kamu tau kan aku tadi mual-mual? Gimana kalau itu gara-gara kita … Ah aku gak bisa jelasin lebih detail, tapi kamu ngerti kan?” ujar Shani geregatan.

“…..”

Gue baru ngeh sama maksud dari ucapan Shani, gimana coba kalau dia … Ah gue juga bingung mau jelasin. Intinya dia mual-mual, apa gara-gara semua itu? Sulit di jelaskan …

“Aku bakalan terima semua itu, kalau emang semisal kejadiannya beneran terjadi!” ucap gue dengan serius.

“Beneran. Kalau misalkan ini terjadi, kamu mau tanggung jawab?” tanya Shani.

“Iya, aku bakal tanggung jawab!” jawab gue.

“Makasih” ucap Shani menangis terharu.

 

Plek

Shani memeluk gue dengan erat, misalkan itu benar terjadi gue bakal punya tanggung jawab lebih besar. Bagaimana dengan Ve nantinya? Dia pasti marah besar, tapi gue harus memberi keputusan.

Gue harus selesaikan semua masalah satu persatu! Termasuk semua masalah dengan Verro.

 

“Yaudah kamu masuk kamar gih, aku mau balik ke ruang tamu. Jaga baik-baik kalau semisal itu beneran terjadi” ucap gue sambil memegang perutnya.

“Iya, pasti aku jaga” ujar Shani.

Gue membukakan pintu kamar, lalu Shani masuk ke dalam. Kemudian gue menutup pintu nya, lalu gue pun bergegas kembali ke ruang tamu. Kira-kira apa yang mau dibicarain?

Sesampainya di ruang tamu gue duduk berseberangan dengan Mama, Tante Margareth dan Mama Indira, disini tampak muka-muka tegang dari mereka.

 

“Ada yang mau dibicarain ya? Tentang apa Ma?” tanya gue to the point.

“Tapi kamu jangan marah atau sedih ya Nak, harus janji” pinta Mama Indira.

“Ada masalah serius ya, kok pada tegang gini?” ucap gue memastikan.

“Kamu di keluarin dari SMA 48” jawab Mama langsung.

“Mereka keluarin kamu dengan alasan pencemaran nama baik sekolah, karna berbuat yang enggak-enggak sama Gracia” timpal Tante Margareth.

“Sekolahan kamu juga keluarin Gracia sama Jonny, dengan alasan yang sama. Tapi kalau Jonny dikeluarin gara-gara tuduhan mencemarkan nama baik sekolah lewat media sosial” tambah Mama Indira.

 

DEG

 

Gue gak bisa berkata-kata mendengar itu, apa secepat ini? Gue beneran gak menyangka, ternyata ini semua terjadi lebih cepat dari prediksi gue. Berarti Verro udah bergerak lebih cepat, ini artinya dia sudah singkirin gue secara utuh.

Tapi disisi lain gue merasa bersalah kepada mereka bertiga, karena mereka ini orang tua gue semua, yang membimbing gue dari dulu.

“Jadi itu ya yang mau dibicarain … maaf bikin kalian kecewa” ujar gue menyesal.

“Gapapa Nak, kami yakin kamu gak melakukan hal itu ke Gracia. Dia juga teman baikmu kan, jadi ini memang kamu difitnah” ujar Mama Indira.

“Mama akan carikan kamu sekolah lain, jadi kamu tenang aja Nak” ujar Mama.

“Tapi nanti siapa yang jaga Shani di sekolah Ma, kalau aku keluar?” tanya gue.

“Kan ada Gaby, Kelik, Sinka, Naomi dan temen-temen kamu yang lain. Mama Indira yakin mereka bakal bantu kamu jaga Shani” jawab Mama Indira.

 

Perasaan gue udah agak tenang mendengar itu semua, tapi bagaimana sama Jonny dan Gre ya? Apa mereka sekarang sama sedihnya kayak gue …

Sekarang gue mumpung lagi bahas masalah serius, apa gue harus cerita soal kemungkinan Shani hacim (?), sekarang satu-satunya kesempatan mengakui kesalahan gue (part 6).

 

“Aku mau mengakui sesuatu ke kalian yang jadi orang tua aku selama ini…” ucap gue.

“Apa itu Nak, cerita aja ke kami …” ujar Mama.

“Jangan takut, apapun cerita kamu pasti kami dengerin dan coba pahami” ucap Tante Margareth.

“Iya, ungkapin aja Nak” ucap Mama Indira.

Kemudian gue menceritakan semuanya dari awal kejadian itu, tapi tak detail kesitunya, hanya yang perlu tau aja. Hal itu adalah Shani yang kemungkinan hacim (?) itu. Dan hasilnya gue kena pukul Mama gue berkali-kali, Tante Margareth sebenarnya sudah berusaha menenangkan Mama, tapi hanya sia-sia. Sedangkan Mama Indira awalnya marahin gue habis-habisan, tapi akhirnya dia juga udah gak bisa berbuat apa-apa lagi.

Shani akhirnya juga dipanggil dan ikutan kena marah, tapi nggak separah gue. Dan akhirnya Gaby, Kak Elaine dan Kelik juga tau semuanya, karna saat gue di pukulin Mama mereka bertiga pulang. Kami semua berkumpul diruang tamu, membicara kan hal ini.

 

“Kamu harus tanggung jawab loh, jangan tinggalin Shani!” omel Mama.

“Iya iya …” jawab gue.

“Kalau beneran jadi, bakal punya keponakan nih” celetuk Gaby.

“Gak sabar mau nimang yah …” timpal Kak Elaine.

“Kalo cowok bisa di ajak main ps nih” tambah Kelik.

“Dasar kalian” ucap gue malas.

“Yah berhubung udah terjadi mau gimana lagi, udah terlanjur. Mungkin kalian di pertemukan dengan cara yang salah” ujar Tante Margareth.

“Yang penting kalian tetap saling menyayangi satu sama lain. Itu udah cukup buat Mama, semoga berdua bisa belajar tanggung jawab dengan adanya kejadian ini” ucap Mama Indira.

“Terus elo mau sekolah dimana? SMA 12, bareng Dendhi?” tanya Gaby.

“Mungkin aja, tapi gue udah punya opsi lain. Dan gue bakal ajak Gre sama Jonny buat satu sekolah lagi” jawab gue.

“Bagus deh kalau gitu …” ujar Kelik.

 

Setelah itu, kami semua sudah kembali ke kamar masing-masing. Shani sekarang di ungsikan jadi sekamar dengan Gaby dan Kak Elaine. Mungkin ini yang terbaik …

Gue lalu membuka hp dan mengirim chat ke Gre dan Jonny.

 

Willy Debiean : Gre, gimana sama keadaan lo? Baik-baik aja kan?

 

Kemudian gue send, setelah itu gue chat Jonny.

 

Willy Debiean : Kita udah di drop out dari SMA 48, gimana rencana selanjutnya? Kita udah disingkirin lebih awal sama Verro …

Tak lama kemudian ada chat Line yang masuk ke hp, ternyata itu dari Gre, kemudian gue membuka isi nya.

 

Shania Gracia : Gue gapapa kok, ini tadi langsung balik ke Jakarta lagi, maaf Kak Ve gak kabarin lo kalau kita mau balik. Dia tadi sempet bete gara-gara elo gak bisa jemput.

Willy Debian : Sorry soal itu, terus gimana sama bokap-nyokap lo? Mereka marah gak? Terus Ve gimana?

Shania Gracia : Mereka masih marah, ternyata kita berdua di DO gara-gara video yang di depan toilet itu … Gak ada yang percaya sama gue bahkan Kak Ve juga sama, mereka ngiranya kita udah berbuat yang enggak-enggak! Kita harus gimana, ini katanya mereka mau minta pertanggung jawaban elo!

 

Ya ampun masalah apa lagi ini? Apa belum cukup dengan penderitaan gue … Masalah baru datang lagi, tapi gue harus hadapi. Seberat apapun masalahnya, pasti bisa di selesaikan. Gue menarik nafas, lalu menghembuskan nya perlahan … Gue lalu mengetikkan balasan lagi ke Gre.

Willy Debiean : Tenang aja, kalau nanti keluarga kita ketemu, pasti akan gue jelasin ke mereka soal tuduhan itu … Udah dulu ya, gue kabari lagi kalau ada sesuatu

Shania Gracia : Oke, gue juga J

 

Akhirnya gue mengakhiri chat dengan Gre, tapi sampai sekarang belum ada balasan dari Jonny, mungkin dia baru tenangin diri karna masalah ini. Semoga aja gak akan ada masalah lagi yang menimpa gue, Gre, Jonny maupun yang lain.

 

 

*****

Liburan di Jogja sudah usai, kami sekeluarga sudah pulang ke Jakarta. Sebenarnya masih ada dua-tiga hari liburan, lumayan buat bertemu dengan teman-teman lainnya, tapi hari ini gue memilih untuk berdiam di rumah dulu. Sembari menunggu kabar lanjutan dari Jonny dan Gracia, akhirnya gue mendapat kabar bahwa mereka berdua akan jadi satu sekolah lagi dengan gue.

Sekolah pilihan gue adalah SMA 8 Jakarta, itulah opsi gue setelah beberapa kali menggali informasi tentang sekolah itu. Kemarin juga keluarga Gre dan Ve datang ke rumah, mereka meminta gue tanggung jawab atas kejadian di video itu. Gue akhirnya menjelaskan semuanya dari awal sampai akhir dan sedetail mungkin, tapi hasilnya sama Papa Gre tetap tidak percaya dengan penjelasan gue.

Mereka akhirnya tetap meminta gue tanggung jawab, sedangkan Gre tidak bisa berbuat apa-apa juga. Shani dan seluruh keluarga gue tetap membela gue mati-matian …

Hal ini akan di bahas lagi saat hari masuk sekolah pertama.

 

Ting …

Ada suara dari hp gue, saat di cek ternyata itu chat Line dari Ve. Gue pun membuka isi chat darinya.

Jessica Veranda : Kita ketemuan yuk, ada yang mau aku bicarain sayang. Ini penting!

Willy Debiean : Mau ketemua dimana?

Jessica Veranda : Di Cafe Bang Krut aja sayang …

Gue hanya me-read yang terakhir itu, kemudian gue bersiap menuju ke tempat yang Ve minta. Entah kenapa dia terus meminta untuk mempertahankan hubungan ini, bahkan gue udah putusin dia saat keluarga kami bertemu kemarin. Hasilnya dia tetap memohon ke gue bahkan Shani juga, akhirnya hanya di iyakan oleh Mama gue dan Mama Indira.

Padahal Ve sudah diberitau kalau Shani akan tetap di nikahkan dengan gue, karena kejadian gue dan Shani itu. Tapi dia bilang akan menerima semuanya …

_ _ _ _

 

Gue turun menuju ke bawah, saat melewati ruang keluarga disana ada Shani yang sedang sibuk mengupas apel bersama Gaby dan Kak Elaine.

 

“Mau kemana lo?” tanya Gaby sewot.

Gue menghentikan langkah, berhenti tepat di belakang mereka …

“Mau ke Cafe Bang Krut” jawab gue.

“Ketemuan ya sama Ve? Bener kan dek?” tanya Kak Elaine.

“Iya Kak” jawab gue singkat.

“Gue mau coba putusin dia baik-baik sekali lagi, semoga dia bisa nerima keputusan gue ini” ujar gue.

“Yah semoga aja, gue doa in yang terbaik. Lagipula sekarang Shani Cuma bisa dirumah aja berhubung udah positif …” celetuk Gaby.

“Maaf Shan, gara-gara aku, kamu gak jadi pindah sekolah dan gak bisa lanjutin pendidikan lagi” ucap gue sangat menyesal.

Gue Cuma bisa menundukkan kepala saja …

Shani lalu bangkit dari sofa dan jalan menghampiri gue, dia berdiri tepat di depan gue sekarang. Lalu Shani menyentuh pipi gue dengan lembut, gue dan dua saling bertatapan.

“Kamu gak salah, ini semua udah takdirnya … Kita Cuma bisa jalani ini semua, jadi kita hadapi semuanya sama-sama” ujar Shani.

Gue mendengar ucapan dari Shani tersenyum, seharusnya gue gak boleh menyakitinya. Tapi gue juga Cuma manusia yang gak luput dari yang namanya KESALAHAN. Ini akan jadi sebuah pembelajaran bagi gue. Semoga bisa jadi lebih baik lagi di kemudian hari …

To Be Continued ….

 

 

~ Created By : Willy Debiean – Jonny (iuran nama doang ini anak)

 

 

 

Note : Ini part yang ah sudahlah, jadi semoga bisa cerna kata-katanya. Berhubung lagi agak blank selama beberapa hari jadi mohon maaf kalau gak jelas dan susah dimengerti … Namanya juga orang :v

Next Part di usahakan lebih baik.

 

Thanks buat yang mau sempetin mampir buat baca, jangan lupa mampir terus di Blog tercinta kita KOG  ^,^

 

Id Line : wi_debiean92

 

14 tanggapan untuk “Iridescent Part 13  

  1. Ternyata kalimat awal gak ada yang paham yak … “Dekat, Tapi Terasa Jauh” , padahal kunci filosofi nya disitu XD

    Suka

  2. Pikiran yang ada di “Dekat, Tapi Terasa Jauh” ada artinya tuh … Wkwkwkwk, sudah gue duga gak ada yang paham sama kalimat itu XD XD XD

    Suka

      1. Kan gue udah bilang, itu kalimat (Dekat, Tapi Terasa Jauh) punya filosofi sama arti tersendiri. Kalau paham ya syukur deh, kalau gak paham yaudah deh tunggu part 14 aja XD XD XD

        Suka

    1. Coba jelaskan secara terperinci saudara Willy Debiean :v, kalau tidak. Akan saya kasih permen Bean Bozzled 😂 ^^v

      Suka

  3. Wahh.. ceritanya keren nih. Alurnya sulit ditebak. Asik2. Lanjut sob, gue gak paham sih sama judulnya “dekat,tapi terasa jauh” . Tpi masa bodo lah.. yang penting semua itu pasti terjawab di part2 selanjutnya, enjoy (y) 😀

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.