“Directions The Love and It’s Reward” Part 14

yup

“Ren, kamu nggak papa?” tanya Yuvia.

“Aku nggak pa…”

BRUK!

“Rendy…!!!”

Seketika, Rendy terjatuh pingsan. Semua orang di sana terkejut sekaligus panik. Langsung saja kak Ve meminta bantuan Tim SAR untuk membawa Rendy ke posko kesehatan di buper.

“Pak! Di sini pak! Tolong cepat!” kak Ve berteriak dengan cukup panik.

“Rendy… bangun Ren, Ren…” Yuvia masih menepuk-nepuk pipi Rendy pelan. Tidak ada hasil, ia masih saja tergeletak lemas.

“Sorry, Rendy mau aku obatin dulu” ucap Shani bersama beberapa Medical Team. Shani bersama para Medical Team langsung membawa Rendy ke posko kesehatan, dibantu tim SAR. Yuvia hanya diam, memasang wajah tertunduk lesu.

 

—o0o—

 

“Rendy kenapa tuh Tur?” tanya Rio dan kawan-kawan yang berada di luar posko.

“Nggak tau juga tuh. Kayaknya dia kecapekan” ucap Guntur menebak-nebak.

“Kasian yah dia” kata Viny.

“Cepet sembuh aja lah buat dia” tambah Gre.

 

Di lain tempat, di sebelah ruangan Rendy, Yuvia khawatir dengan keadaan pemuda itu.

“Adek kakak yang imut ini kenapa?” tanya seorang gadis.

“Itu kak, aku ngerasa bersalah banget sama dia. Aku yang bikin dia jadi kayak gini hiks…” Ia sedikit meneteskan air mata.

“Nggak, ini bukan salah kamu. Keadaan emang udah kayak gini. Seenggaknya, kamu nggak boleh terus-terusan nyalahin diri kamu sendiri” ucap gadis itu menenangkan Yuvia.

“Tapi kak Ve…”

“Kalo kamu ingin minta maaf dan berterima kasih sama dia, lakuin hal yang kamu bisa buat dia. Buat dia bahagia, dan seenggaknya itu bisa bikin kamu tenang dan nggak nyalahin diri kamu sendiri lagi” ucap kak Ve.

“Tapi apa? Gimana?”

“Ayo ikut kakak.” Kak Ve kemudian menarik tangan Yuvia.

 

******

Cukup lama, sekitar sudah satu jam. Rendy masih saja belum sadarkan diri. Shani masih terus menunggu di sampingnya. Melihatnya dengan tatapan khawatir dan begitu cemas. Ia sangat takut bila terjadi sesuatu pada pemuda itu. Wajahnya pucat sekali, suhu badannya sangat panas.

“Ren, bangun Ren…” Shani meneteskan air mata. Perlahan, air mata itu menuruni pipinya. Ia genggam tangan Rendy dengan erat. Agar ia bisa merasakan kehangatan tangannya. Air mata itu jatuh di tangan Rendy.

Seketika, jari kelingking Rendy bergerak perlahan. Tahu akan respon sekecil itu, Shani langsung menyeka air matanya.

“Hmmmzz…” perlahan Rendy membuka mata. Ia menoleh ke samping kanannya. Shani sudah menyambutnya dengan senyuman hangat.

“S… s… S-Shan…” lirih Rendy pelan.

“Yah… Ren. Iya, aku di sini” ucap Shani sedikit tenang.

Perlahan, Rendy bangun. Shani melarangnya lantaran ia masih belum boleh banyak bergerak.

“Di-dimana Yuvia?” tanya Rendy sambil berusaha duduk.

“Eh… jangan dulu. Kamu belum boleh banyak bergerak” ucap Shani melarangnya.

“Yuvi ada di ruang sebelah, lagi dapet perawatan kakinya” jawab Shani.

“Syukurlah” ucap Rendy.

“Kenapa kamu masih sempet-sempetnya mikirin cewek itu?”

“Oh iya, minum dulu Ren” Shani memberikan segelas air putih. Rendy meminumnya dibantu dengan Shani.

“Thanks Shan” Rendy tersenyum tipis.

BUK!

“Rendy! Kamu udah sadar?! Syukurlah!” tiba-tiba seorang gadis masuk ke dalam ruangan Rendy. Sedikit dengan mimik wajah tergesa-gesa. Di satu sisi juga khawatir.

“Iya, udah kok. Kamu sendiri gimana?” tanya Rendy.

“Emm… Cuma sakit sedikit kok kakinya, tadi kan udah kamu obatin juga” ucap gadis itu kemudian mengambil kursi di sebelah Shani dan duduk mengobrol bersamanya.

“Oh gitu. Terus ngapain ke sini? Pasti mau jengukin aku kan?” tanya Rendy dengan sedikit candaan.

“Siapa juga yang mau jengukin kamu. Orang mau ngomong sama Shani kok wlee” :p gadis itu adalah Yuvia. Ya, tadi ia lah yang masuk dengan sengaja ke ruangan Rendy tanpa permisi terlebih dulu.

“Ayo Shan” ajak Yuvia.

“Oh, oke” ucap Shani kemudian mereka berdua pergi keluar sebentar.

“Lah? Bau-baunya mencurigakan nih. Kalo tuh anak dua ribut gimana?

Ah biarin aja lah. Duh, kok masih pusing ya” Rendy hanya mengernyitkan dahinya sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

 

*****

 

“Jadi, gimana keadaan Rendy di dalem Shan?” tanya kak Ve.

“Dia udah siuman kak, udah semakin membaik. Tapi… tetep aja kondisinya masih belum stabil sepenuhnya” ucap Shani.

“Oh gitu, hmm… boleh kakak sama Yuvia masuk sebentar? Ada yang mau kakak omongin sama dia.”

“Oh… boleh kak, boleh. Silahkan” ucap Shani diiringi senyuman tipis, tapi dia sedikit curiga.

“Oke, makasih” kak Ve dan Yuvia pun masuk ke dalam.

 

“Hai Ren. Gimana? Udah mendingan?” tanya kak Ve.

“Oh, hai kak Ve. Hmm… lumayan sih, tapi masih agak pusing” Rendy mencoba duduk dan memegang kepalanya pelan.

“Jangan bandel! Sakit aja masih nggak bisa diem. Dah tiduran aja” Yuvia memegang kepala Rendy dan menghantamkannya ke kasur lagi.

“Duh….! i-iya” Rendy hanya pasrah.

“Badan kamu panas banget” Yuvia memengang kening Rendy lembut.

“Gini Ren, kakak sebelumnya makasih banget kamu udah jagain adek kakak yang bandel ini. Maaf kalo dia udah banyak nyusahin kamu” ucap kak Ve berterima kasih sekaligus meminta maaf.

“Apaan sih kak” Yuvia menggembungkan pipinya.

“Ahaha… iya kak. Nggak papa, emang dia ngerepotin aku banget. Tapi tenang, dia nggak nyusahin kok hehe” Rendy hanya menggaruk kepalanya pelan.

“Jadi, sebagai rasa terima kasih kakak dan permohonan maaf kakak…

Kakak dan juga Yuvia bakal ngerawat kamu sampai kamu sembuh.”

“Loh kak?!” Yuvia terkejut akan keputusan kak Ve.

“Ta-tapi kak… Ng-nggak us-“

“Sssttt…. nggak boleh nolak loh. Rezeki nggak datang dua kali” kak Ve mengacungkan jarinya, mengajukannya ke depan bibir Rendy. Mengkode Rendy untuk diam sambil mengedipkan sebelah matanya. Rendy hanya pasrah terdiam.

“Oke, nanti kakak kasih tau Melody biar nanti kakak yang rawat kamu sampe sembuh” ucap kak Ve kemudian berdiri.

“Jadi… sisanya kakak serahin ke dia. Kakak tinggal dulu ya” kak Ve pergi meninggalkan Yuvia dan Rendy berdua.

Seketika, suasana di dalam jadi hening. Tidak ada yang bergeming sama sekali untuk beberapa saat.

“Ah, ucapannya kak Ve yang tadi nggak usah didengerin Yuv. Paling bercanda. Nggak perlu repot-repot, lagian aku udah sehat hehe” ucap Rendy dengan senyum palsu melepas keheningan. Sedangkan Yuvia masih menunduk murung.

“Nggak.”

“Hah?”

“Nggak, aku yang bikin kamu jadi kayak gini. Seenggaknya, biarin aku rawat kamu sampai sembuh” ucap Yuvia tegas.

“Kamu bercanda mulu ya haha. Dah, nggak usah terlalu dipikirin gitu. Aku nolong ikhlas, lagian aku kan cowok. Masa iya aku mau ninggalin cewek yang kakinya sakit nggak bisa jalan gitu? Mana di tengah hutan lagi. Kan-“

‘Kalo gitu, apa salahnya aku mau ngerawat kamu sampai sembuh?”

“E… Ya… Nggak salah juga sih, tapi kan nanti ngere-“.

“Mulai sekarang, kamu harus nurut apa aja yang aku suruh. Aku bakal jaga semua aktivitas kamu biar nggak sembarangan. Termasuk juga makanan untuk kamu” ucap Yuvia.

“Eh…?”

“Jangan ngebantah pokoknya, biar kamu cepet sembuh.”

“Oh iya Ren, kakak udah kabarin ke kak Melody, dan katanya iya. Dia seneng kalo ada yang jagain kamu!” teriak kak Ve.

“Apa-apaan nih?” Rendy terkejut. Tiba-tiba…

 

TILILIT!

DRT! DRT!

TIT!

 

“Eh? Ada telfon?” itu suara dari Handphone Rendy yang bergetar. Segera saja ia ambil handphone nya dari saku celana. Di sana sudah tertera nama “Kak Melody Bawel”. Langsung saja ia angkat panggilan itu.

“Halo kak? Kenapa?”

“Kakak denger, kamu sakit ya di sana.”

“Ah… i-itu emm… enggak kok kak. Aku sehat di sini, sehat banget malahan.”

“Udah, nggak usah bohong. Tadi kak Ve bilang sama kakak kok.”

“Dasar kak Ve” batin Rendy.

“Paling kak Ve Cuma bercanda kok, bohong kali kak Ve.”

“Udah ya kakak nggak bisa lama-lama. Jaga diri kamu baik-baik di sana. Oh iya, ini hari kepulangan kamu kan? Nanti kabarin kakak, jemput di mana dan jam berapa.”

“Kak-“

“Satu lagi, nanti kamu dirawat sama kak Ve dan adiknya yah. Pokoknya harus nurut apa kata mereka selama kamu sakit. Jangan bantah, kalo nggak uang jajan kamu kakak potong. Oke, bye-bye. Muach”

“Kak kak! Yaelah…” Rendy hanya mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

“Udah dengerin kan tadi? Sekarang kamu istirahat.” Yuvia tersenyum senang.

“Firasatku buruk”

“Tapi…”

“Nggak ada tapi-tapian! Atau mau aku aduin ke kak Melody nih?”

“Apes banget dah.”

 

“Oh, tadi tuh buat ini ternyata.” Seseorang sedang menguping pembicaraan mereka.

 

—o0o—

 

“Baik semuanya perhatian!” Semua siswa dan siswi langsung hening, diam dan mendengarkan.

“Terima kasih atas partisipasi kalian dalam kegiatan kemah musim panas ini! Sekarang, kalian bisa packing dan juga kembali ke bis masing-masing karena sebentar lagi kita akan pulang” ucap kak Ve dari megaphone.

“Capek juga ya Yo. Ini namanya meres keringet” ucap Guntur.

“Capek apaan dah lu om. Tadi lu Cuma ngumpulin sampah doangan. Lagian tadi lu juga kerjanya males-malesan” ucap Rio.

“Tau nih, si Guntur. Malah duduk-duduk doang. Aku capek tau” tambah Viny.

“Lah, dibikin santai aja~”

“Gue capek-capek ngerapiin tenda, bersihin tempat! Ah lu parah om” ucap Rio.

“Ini baru cowok G-Mild.”

“Serah lu dah om. Seenak mie goreng lu aja” Rio hanya pasrah menanggapi Guntur.

 

—o0o—

 

Sempat 15 menit Rendy tertidur lagi setelah ia siuman. Yuvia menemaninya di sana sepanjang waktu itu. Begitu lelap Rendy tertidur, mungkin sangat kelelahan. Yuvia yang menyadari hal itu tidak tega untuk membangunkannya.

“Baby dino! barang kamu dipacking dulu tuh” Viny datang sambil membawa tas ranselnya

“Oh iya mah! Nanti, bentar dulu” ucap Yuvia. Ia memegang kening Rendy dengan tangannya. Memeriksa keadaanya sejenak, sembari menyingkirkan beberapa helai rambut Rendy.

“Istirahat. Cepet sembuh ya…

Pangeran…”

Yuvia kemudian pergi keluar posko dan memberesi barang-barangnya terlebih dahulu.

 

Cukup lama, akhirnya Rendy tersadar kembali.

“Hmmzzzz…. Hoamz” Rendy melihat-lihat di sekitar dan tidak ada siapa pun di sana.

“Lah, orang-orang pada kemana?” tanyanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba terdengar suara bis.

TIN! TIN!

“Eh? Jangan-jangan gue ditinggal lagi?!” Rendy langgsung bangkit dan berlari keluar posko. Tapi saat di depan posko, ia menabrak seseorang.

“Duh! Eh sorry” Rendy untung saja menangkap tubuh gadis itu. Mereka berpandangan sejenak, sorot mata mereka saling bertemu.

“Oh iya! Barang-barang gue belum di packing! Mampus dah!” Rendy sadar akan ia dikejar waktu.

“Mau kemana?” Rendy kemudian menoleh.

“Duh, kalo mau bercanda jangan sekarang ya. Aku mau packing barang dulu. Lagian ngapain kamu di sini? Itu bis nya mau berangkat!” Rendy hendak berlari, tapi tangannya dicegah oleh gadis itu.

“Tunggu-tunggu. Pffttt… AHAHAHA. Hei, barang-barang kamu udah aku rapihin semua, udah aku naikin ke bis juga. Ini aja aku mau jemput kamu” ucap gadis itu tertawa.

“Err…. kenapa nggak bilang dari tadi.” -_-

“AHAHAHA sorry-sorry ehehe. Lagian tadi ekspresi kamu lucu banget tau nggak” gadis itu masih tertawa nista.

“Nggak lucu. Oh, btw…. thanks ya Yuv” ucap Rendy berterima kasih.

“Nggak perlu terima kasih, lagian ini bagian dari tanggung jawab aku kok.” Gadis itu adalah Yuvia.

“Eh? Maksudnya?”

“Jangan salah paham dulu. Maksudnya, aku bakalan gini terus sampe kamu sembuh dan pulih total” ucap Yuvia dengan lagak arogan membalikan badannya.

“Ah, iya deh terserah.”

“Dah, yuk. Sekarang langsung naik ke bis aja” Yuvia menarik tangan Rendy paksa.

“Eh-eh? Pelan-pelan napa” Rendy hanya pasrah.

 

*****

 

“Eh…. eh…. gue mau dibawa ke mana nih?” Rendy sedikit panik karena ia ditarik ke kursi belakang yang bukan miliknya.

“Udah ikut aja, kamu duduknya sama aku dan kak Ve di belakang. Titik” ucap Yuvia bersikeras.

“Kamu udah kayak kak Melody aja. Udah bawel, apa-apa dilarang mulu. Kalo bandel, nanti di ancem lagi” Rendy sedikit kesal dengan sikap Yuvia. Ia duduk di belakang ditemani Yuvia dan juga kak Ve.

“Biarin wlee” :p

“Hai Ren, gimana? Udah mendingan dari sebelumnya?” tanya kak Ve.

“Pusingnya udah agak ilang kak Ve. Oh iya, sebelumnya makasih loh kak. Tapi sebenernya nggak perlu repot-repot juga” Rendy hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Santai aja. Adiknya Melody, adik aku juga. Iya nggak Yuv?” tanya kak Ve dengan kedipan.

“Iya…

Eh? Kakak bilang apa tadi?” tanya Yuvia sadar akan sesuatu yang mengganjal.

“Bukan apa-apa hehe. Bentar yah, kakak tinggal ke depan dulu. Mau nge-absen siswa-siswi kelas X-A dulu. Bye” kak Ve melambaikan tangan.

“Dah kak Ve” balas Rendy.

Semuanya kini sudah di absen satu persatu. Melakukakn pengecekan ulang barang. Sekiranya telah siap dan tidak ada yang tertinggal, mereka semua kembali ke sekolah.

 

—o0o—

 

1 jam telah berlalu. Semuanya masih ada yang bangun, dan sebagian tidur. Mungkin efek capek juga sih. Shani duduk di depan bersama kakaknya, kak Shania. Entah mengapa, ia selalu menoleh ke belakang berulang kali. Mungkin kalian bisa mengira ini sebagai rasa khawatir, tapi di satu sisi… ini bisa juga disebut…

“Sha… shan… hei, kamu kenapa? Kok nengok ke belakang terus sih? Ada yang ketinggalan?” kak Shania membuyarkan lamunan Shani.

“Eh eh… enggak kok kak. Hmm… cuman…” Shani mencoba mencari alasan. Kak Shania menyelidiki ke mana arah mata Shani memandang. Dan benar saja, ia terus memperhatikan pemuda yang sedang bercanda tawa dengan seorang gadis di kursi belakang.

“Oh… kakak tau. Cowok itu ya?”

“Co-cowok? Cowok apaan?” Shani mulai salah tingkah.

“Itu loh, temen kamu tadi yang satu kelompok sama kamu” kak Shania menaikkan sebelah alisnya.

“Yang mana sih? Aku lupa” Shani mengelak.

“Kalo nggak salah namanya Ra… Ru… Ri… Ro… “

“Rendy” ucap Shani kemudian menutup mukanya dengan kedua tangannya, saat ini wajahnya tersipu malu.

“Owh… namanya Rendy ya? Ganteng juga. Kamu suka ya sama dia? Kok kelihatannya kamu cemburu ngeliatin mereka berdua terus” kak Shani memelankan volume suaranya. Mengupas lebih dalam apa yang ada dipikiran adiknya setajam silet 😎. Oke lupakan.

“Su-suka?! Ah… kakak bercanda. Ya enggak lah, masa iya aku suka sama dia? Kan juga baru kenal beberapa bulan” Shani mendapat alasan yang tepat.

“Yakin? Cuma sebatas teman?” Shani mengangguk ragu.

“Hmm… kalo gitu, buat kakak boleh dong?” kak Shani menyipitkan matanya sambil tersenyum seringai.

“Ka-kalo itu sih-“

“Kalo itu apa hayoo?”

“Eh-eh… hmmm” Shani berpikir dengan sangat keras mencari alasan karena sudah sangat panik.

“Shan, kita bentar lagi sampe nih” ucap kak Ve.

“Oh iya Ve. Kakak tinggal dulu ya Shan” kak Shani mengedipkan matanya kemudian pergi ke depan bersama kak Ve.

 

—o0o—

 

Rendy saat ini hanya diam pasrah mendengar ocehan Yuvia yang sudah seperti kak Melody. Apa l-apa harus sesuai jadwal lah, aturan lah, kalo ngelanggar nanti diancem.

Ia menoleh ke depan. Guntur sedang asik bercanda dengan Rio. Kemudian saat Yuvia diam sebentar, itu lah kesempatan.

“Sssuut! Woy FrakenEistein” Guntur melemparkan sebuah tisu yang sudah disobek dan digulung kecil.

“Ck, apaan?” tanya Rendy pelan.

“Njir lu enak banget dirawat kak Ve. Gua kan juga pingin :3”

“Ah elah, gue malah risih tau nggak.”

“Tukeran badan aja lah. Yuk yuk.”

“Kagak deh kagak. Kesenengan di elunya Tur.”

“Pelit amat dah” kemudian Guntur diam kembali dan menghadap ke depan kembali.

Rendy mengalihkan pandangan di kursi sebelahnya, tepatnya di seblah kiri. Karena sedari tadi ada perasaan yang mengganjal. Tidak terdengar suara celotehan lagi, dan benar saja. Yuvia sedang tertidur dengan pulasnya.

“Kasian, mungkin kamu kecapekan gara-gara ngejagain aku tadi. Thanks yah” Rendy membelai puncak kepala Yuvia lembut. Perlahan, itu semakin nyaman. Tanpa Rendy sadari, Yuvia tidur dengan pulas di bahu kirinya. Entah apa yang dirasakan Yuvia dalam tidurnya. Tapi, ia tersenyum simpul sangat manis tanpa Rendy ketahui.

 

“Mungkin… kamu gadis yang beruntung.

Seandainya aku yang ada di situ.”

 

—o0o—

 

2 jam berlalu, kini mereka semua sudah sampai di depan gerbang sekolah.

“Oke! Selamat siang adik-adik! Kita sudah sampai nih di sekolah. Bangun yuk!” ucap kak Ve menggunakan Microphone. Kemudian semuanya bangun dan langsung terpanah pada badai di depannya. Oke, imanjinasinya dateng lagi.

“Siang kak VE!!!” balas semuanya.

“Terima kasih sudah mengikuti kegiatan kemah musim panas ini. Oh iya, besok kalian diliburkan untuk istirahat selama 1 hari full. Jadi… pulihkan stamina dan jaga kesehatan yah~” ucap kak Shania.

“Siap kak Nju!!!”

“Siap kak Shan!!!”

Di kursi belakang, Rendy mencoba membangunkan Yuvia. Ya, sebenarnya tidak tega karena dia begitu terlelap. Tapi… ia harus. Tapi sebelum itu, ia mengabari kak Melody terlebih dahulu via LINE.

Rendy             : Kak, aku udah sampe di sekolah nih. Kakak jemput di mana?

Melody            : Kakak udah ada di depan gerbang. Yaudah, kakak tunggu ya

Rendy hanya me-read pesan terkahir kak Melody.

“Hmm… Yuv, bangun. Kita udah sampe nih” Rendy menepuk pundak Yuvia pelan.

“Hmmm? Oh udah sampe yah” matanya masih sayup-sayup.

“Belom, kita diturunin di tengah jalan” -_-

“Oh yaudah, nanti kalo ada taksi panggilin yah” kemudian Yuvia tidur lagi.

“Pffttt… anjir sekaleee~

Ada juga cewek aneh kayak begini. Keseharian di rumahnya gimana tuh.”

“Hei… kita udah sampe nih. Buruan bangun” ucap Rendy.

“Hoamz… bilang dong dari tadi” Yuvia kemudian bangun dan membawa barang-barangnya.

Semua siswa dan siswi perlahan satu persatu menuruni bis. Ada yang masih mengecek barang, ada yang langsung pulang, yang selfie dulu juga ada :v biasalah namanya orang Indonesia. Orang mau makan aja makanannya difoto dulu. Bukan malah berdoa sebelum makan. Wassalam dah zaman sekarang mah :v

Yuvia ditemani Rendy menemui kak Ve yang sedang mengambil mobil di parkiran belakang sekolah. Tak lama, kemudian kak Ve datang dengan mobil Honda Jazz hitam miliknya. Yuvia kemudian masuk ke dalam mobil.

“Ren, makasih banget ya. Oh iya, kamu dijemput atau gimana?” tanya kak Ve.

“Aku dijemput kak Melody kok kak. Katanya dia nunggu di depan gerbang” ucap Rendy.

“Oh gitu. Maaf banget yah ngerepotin kamu untuk kegiatan kemah” ucap kak Ve meminta maaf.

“Ah… bukan apa-apa kok kak.”

“Jaga kesehatan. Kalo bandel, awas aja nanti” Yuvia mengepalkan tangannya.

“Ehehe… i-iya. Nggak perlu sampe segitunya” wajah Rendy pucat kembali seketika.

“Ahaha… hmm… kalo gitu kakak duluan yah. Salam buat kak Melody, kamu juga cepet sembuh ya. Bye~” kak Ve kemudian melambaikan tangan dan berlalu pergi.

“Bye kak” Rendy membalas lambaian tangannya.

 

*****

 

“Nah, sekarang kak Melody di mana nih?” Rendy berjalan ke depan. Mencari-cari keberadaan kakaknya. Kemudian…

TIN! TIN!

Sebuah klakson mobil Honda Jazz putih dibunyikan. Itu pasti kak Melody, pikir Rendy. Langsung saja ia masuk ke mobil yang menepi persis di sebelah kanannya.

“Hai kak” sapa Rendy.

“Hei… gimana kemahnya? Seneng ya? Asik kan, banyak yang ngejagain. Cewek semua lagi” kak Melody menaikkan kedua alisnya.

“Seneng apaan deh kak. Risih malahan” balas Rendy tak bergeming.

“Ululu… adek kakak kenapa nih? Efek sakit ya?” tanya kak Melody manja.

“Nggak sih. Udah mendingan kak” ucap kak Rendy. Tiba-tiba, kak Melody memberhentikan mobilnya dan memegang kening Rendy.

“Astagfirullah, badan kamu panas banget Ren” ucap kak Melody panik.

“Udah kak, nggak papa” pandangan Rendy semakin sayup.

“Nggak apa-apa gimana! Udah, kamu ikut kakak ke dokter” ucap kak Melody tegas.

“Please kak, tolong. Aku mau di rumah aja. Paling istirahat nanti juga sembuh. Boleh ya? Ya ya?”

“Tapi…”

“Pleaseee….” Rendy memohon.

“Hmm… yaudah. Tapi nanti kamu harus nurut apa kata kakak. Makan, nanti kakak yang pilihin. Dan waktunya istirahat, istirahat.”

“Siap Ibu Negara!” Rendy berpose hormat.

“Tapi,”

“Tapi apaan lagi sih kak?”

“Kalo sakit kamu makin parah, cepet-cepet kasih tau kakak. Dan nggak boleh nolak kakak bawa ke dokter, titik.”

“Siap! Laksanikan!”

“Dasar, kamu ada-ada aja” kak Meody tersenyum dengan tingkah jenaka adiknya. Sungguh sebuah kehangatan keluarga, khusunya ikatan persadaraan. Lagipula, kak Melody jarang sekali bercanda dengan Rendy 1 tahun terakhir ini karena kepindahannya ke Bandung waktu lalu.

“Oh iya, ngomong-ngomong… Yona mana kak?” tanya Rendy. Ia tidak merasakan hawa keberadaan Yona di sekitar sini. Buset, udah kayak hantu aja :v

“Itu tuh, di belakang. Lagi ngorok” ucap kak Melody melihat ke kaca depan mobil.

“Ah mana? Kursinya kosong kok” ucap Rendy.

“Udah, kamu tenang aja. Nanti di rumah kita bangunin dia” ucap kak Melody.

“Aneh banget sih. Emang Yona di mana? Di belakang aja nggak ada. Apa mungkin?

Ah enggak lah. Kak Melody nggak mungkin gila, apalagi bisa ngeliat makhluk astral. Orang sama cicak aja takut” pikir Rendy.

 

*****

 

Cukup lama, akhirnya mereka sampai di depan rumah. Dibutuhkan sekitar setengah jam dengan kecepatan stabil. Setelah sampai, Rendy membukakan pintu garasi. Kemudian hendak menurunkan barang.

“Duh… kak Melody. Tau orang kecapekan, bantuin kek. Bukannya malah nyelonong masuk ke rumah”keluhnya. Tanpa sadar… tangannya memegang sesuatu di bagasi mobil saat menurunkan barang. Rasanya… sedikit kusut.

“I-ini apaan?” sebuah benang-benang berwarna hitam. Banyak sekali jumlahnya, tapi pendek-pendek. Kusut sekali. Kemudian… ia sadar bahwa itu…

“Rambut?!?!?! Kak Melody!!! Ada hantu!!!” Rendy kabur nyelonong masuk ke rumah.

“Kamu kenapa sih?” kak Melody kemudian menuju garasi.

“I-itu loh kak. Ka-kayaknya di mobil kakak ada mayat…” Rendy ketakutan setengah mati.

“Mayat? Coba kamu cek lagi deh” ucap kak Melody.

“Tapi kak…”

“Masa anak cowok takut sih?” kak Melody bergedik.

“Ah… huft… iya deh iya” Rendy memberanikan dirinya lagi mendekati bagasi mobil. Ia melihat, masih ada rambut berserakan di bagasi. Kemudian, terdengar sebuah suara geraman.

“Bismillah…”

“Gorkzzz… gorkzzz GRR…!” Tiba-tiba sebuah tangan muncul dari bagasi mobil itu, disertai sebuah geraman yang sangat menakutkan.

“Lari!!!” Rendy lari masuk menuju ke dalam rumah.. Menyisakan kak Melody di bagasi.

“Hmmm… ada-ada aja” kak Melody menggeleng pelan dan mendekati bagasi mobil.

“Yon… bangun Yon” kak Melody menggoyang-goyangkan tangan di bagasi mobil itu. Tapi aneh, rasanya seperti bukan tangan manusia. Sedikit keras, dan kalau dilihat-lihat… warna kulitnya pucat.

“Yon… bangun eh” ucap kak Melody meninggikan nada suaranya.

“Loh kak Mel? Ngapain di situ?” tanya seorang gadis.

“Oh, kamu Yon. Ini si Yona nggak mau bangun, dari tadi tidur di bagasi” ucap kak Melody tanpa memperhatikan gadis itu.

“Kak Melody  kok aneh sih?” tanya gadis berambut sebahu itu.

DEG!

“Loh? Yo-yona?! Te-terus ini siapa?” kak Melody kaget ternyata yang di hadapannya itu adalah Yona. Lalu, siapa yang ada di bagasi itu?

“Nggak tau kak” Yoa hanya menggeleng tak tahu.

“Astagfirullah! Astagfirullah! Asagfirullah!” kak Melody berlari ngiprit ke dalam rumah dengan kaki cebolnya. Membaca banyak sekali doa-doa agar yang di bagasi itu tidak mengejarnya, pikirnya.

“Loh? Kak Melody kenapa ngos-ngosan gitu?” tanya Rendy yang berada di sofa ruang tengah.

“I… i-itu di-di bagasi. A-ada HANTU!” kak Melody langsung masuk ke kamarnya. Menutup dan mengunci pintu rapat-rapat.

“Ada-ada aja” Rendy menggeleng pelan. Kemudian, ia menyalakan televisi. Sekedar mencari-cari acara yang bagus atau film.

“Wihh.. asik nih. Film The Counjuring 2 tayang di layar kaca televisi” Rendy akhirnya menetap di salah satu channel stasiun TV yang memutar film bergenre horror itu. Kemudian, ia merasakan ada langkah kaki dan hawa keberadaan seseorang. Ia menoleh ke belakang.

“Oh, kamu Yon. Baru nyampe?” tanya Rendy.

“Iya nih Ren, tadi capek banget ngurusin ini dulu” Yona menunjuk ke kantong platik besar berwarna hitam yang dibawanya.

“Apaan tuh?” tanya Rendy penasaran. Tapi sebelum itu, terdengar suara dari salah satu berita stasiun TV. Menunjukkan sebuah gambar menyeramkan. Seorang biarawati hantu.

“Seperti yang telah anda ketahui. Film ‘The Counjuring 2’  ini sangat digemari masyarakat Indonesia. Bukan hanya itu, film bergenre Horror ini juga memiliki tokoh karakter menyeramkan yang sedang marak diperbincangkan masyarakat” ucap salah seorang pembawa berita.

Kemudian tampil lah sebuah gambar mengerikan.

“Tokoh hantu biarawati bernama ‘Valak’ ini sedang sangat marak di kalangan masyarakat Indonesia” ucap pembawa berita satunya.

“Serem juga tuh. Oh iya, itu apaan sih Yon? Gede banget” Rendy penasaran dengan apa yang dibawa Yona.

“Ini? ini boneka Valak buatan aku. Mau lihat?” ucap Yona kemudian membuka plastik besar berwarna hitam itu. Dan benar saja, boneka seukuran tinggi dan besar manusia ditangan Yona. Dengan wajah biarawati hantu menyeramkan berlumuran darah.

“Err… bagus Yon bagus hehe” Rendy kemudian bangkit dari sofanya dan hendak menaiki tangga.

“Mau kenalan nggak? Katanya dia kesepian nih” Yona mendekatkan boneka itu pada Rendy. Terdengar suara.

“Hai… aku Valak, salam kenal. Kemarilah… dan aku akan membunuhmu~” boneka itu mengeluarkan suara.

“Kabur…!!!”

 

BUK!

Nampaknya, Rendy membanting pitu kamarnya dengan keras. Kemudian menguncinya rapat-rapat.

“Hosh… hosh… hosh… ka-kayaknya, Yona udah gila! Di-dia psicopath!” ucap Rendy frustasi dengan nafas yang tersengal-sengal. Tidak habis pikir dengan kelakuan saudara sepupunya itu.

 

“Eh? Kenapa pada takut? Orang Cuma boneka ini. Lagian tadi speaker suaranya pake kepencet segala lagi. Padahal belum bener-bener bisa berfungsi. Sebaiknya aku betulin dulu deh. Buat festival musim panas ini.”

 

-To Be Continued-

Written by : @Rendyan_Aldo

~o0o~ Author’s Note~o0o~

Ha eL?

Oke, di sini gw nggak bakal banyak ngoceh. Langsung ke intinya aja. Sebenernya… kalo kalian sadar cerbung ini idenya gw ambil sebagian dari cerbung lama gw yang stuck :v

Kalian masih inget cover di part 10? Apa kalian ngerasa ada sesuatu yang aneh nggak?

Sekian, komen, kritik, dan saran perlu asupan. Thanks ^^~

 

 

 

 

 

 

 

 

13 tanggapan untuk ““Directions The Love and It’s Reward” Part 14

    1. Yaps! Alasannya sih, cuma ingin membangkitkan cerbung lama yang stuck. Intinya, bisa dibilang ini Unexpected Love Newborn :v

      Suka

      1. Oh, gitu ya om. Pantes aja kok ada bagian-bagian yang hampir persis kek yang stuck :v
        Newborn njir :v berarti netes dari telor lagi yak :v

        Suka

      2. ngeliat ff mu yang ini berasa flashback ke Unexpected Love, pemilihan katanya makin bagus, keep working cal 🙂

        Suka

  1. anjirr dirawat sama anak dino plus bidadari gue juga mau tuh, btw author nya udah terkontaminasi virus nya si valak nih :v lanjut rain!!

    Suka

    1. Tau tuh anak. Malah dia bilang risih lah, takut ngerepotin lah :v gw juga pengen tuh.
      Ya, sebenernya adegan Yona yang bikin boneka Valak itu udah masuk scenario buat beberapa part ke depannya. Ditunggu aja. Thanks udah bersihin debu ^^~

      Suka

    1. Tau tuh, udah gila kali tuh anak :v
      Biarin lah, asal nggak bunuh diri aja :v
      Tapi, adegan itu emang udah masuk scen untuk beberapa part ke depan. Kalo dibilang ya, gw mau masukin genre horror lagi :3 kayak yg di part 5 tuh, tapo dengan bumbu-bumbu comedy. Yak, thanks udah menghujani cerbung ini dari kekeringan musim kemarau~ 🍂

      Suka

    1. Ya, kan tergantung sifat cowoknya aja. Terkadang di dunia nyata, cowok kan juga banyak yang nggak peka. Kan juga sedikit ngambil dari true story. Masa iya, tokoh utama mau suka ke semua cewek? :v kan kurang dapet feel true story. Atau mungkin sebaliknya (harrem), kan gitu juga aneh. Kecuali kalo emang mau gw tambahin genre harrem di sini leh ugha :v
      Thanks udah nyempetin komen~

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.