Directions The Love and It’s Reward, Part 8

Wowowow bentar dulu gais. Mau lanjut ceritanya kan? Bentaran deh dengerin petunjuk dulu ya. Ini soal tanda-tanda di cerita ini seperti —o0o—, *****,  ~o0o~. Ngerti apa artinya?

1.—o0o— Artinya percakapan atau kejadian selanjutnya di beda tempat guys.

2.***** Artinya percakapan selanjutnya di tempat yang nggak terlalu jauh dari tempat percakapan atau kejadian sebelumnya. Misal di rumah Yona, terus ke kamar Rendy.

3.~o0o~ Jarang gue gunain sih tapi harus tetep dijelasin ya. Tanda ini artinya percakapan atau kejadian yang terjadi di beda tempat tapi secara bersamaan. Contohnya di part sebelumnya.

Terakhir nih ya, kalo ada tulisan yang di bolt dan di italic (ditebelin dan digaris miring) itu adalah Soundtrack.

Sekian itu aja dari gue gais. Sorry ganggu kalian yang mau baca terusannya. Oke, sekarang…

Enjoy The Story 😉

“Ini…

in

~o0o~

“Ini…

in1

~o0o~

[FLASHBACK ON]

Saat umurku 4 tahun…

Saat pertama kali aku mengunjungu sebuah taman waktu sore itu. Aku sedang berjalan sore itu dengan kak Melody. Saat itu aku baru awal-awal masuk TK kecil sedangkan kak Melody TK besar. Aku berjalan beriringan menikmati langit mentari senja. Saat itu aku mendengar suara tangisan seorang anak. Sesenggukan sedang terjatuh dari sepedanya. Saat itulah kita bertemu.

~o0o~

Saat umurku 4 tahun juga…

Aku menangis untuk kesekian kalinya. Saat itu… pertama kalinya aku belajar naik sepeda roda dua. Padahal aku sudah dimarahi dan diperingati oleh kak Ve dan Mamah. Tapi, sosokku yang dulu tetap saja keras kepala.

—o0o—

“Wah kak, di sini indah banget ya! Baru pertama kalinya kita nemuin tempat kayak gini di Jakarta” ucap Rendy senang mengajak kakaknya.

“Iya Ren, di sini indah banget. Tau gitu tiap sore kita ke sini. Sekedar main. Eh-eh liat tuh! Di situ ada taman bermainnya! Yuk ke sana!” ajak kak Melody.

“Siapa yang duluan dia yang menang loh. 1…”

“Boleh! 3…” Rendy langsung mencuri start duluan.

“Eh kamu curang! Tungguin kakak!” kak Melody mengejar Rendy.

*****

Rendy sampai di sana terlebih dahulu, sedangkan kak Melody datang satu menit setelahnya dengan nafas yang tersengal-sengal.

“Huuh…! kamu curang” kak Melody kesal.

“Lah kan tadi siapa cepat dan sampe pertama dia yang menang hehe” Rendy hanya cengar-cengir.

“Sekarang… kita mau main yang mana kak? Ayunan, jungkat-jungkit, prosotan, jembatan, atau yang mana dulu?” tanya Rendy.

“Hmm… yang…”

“Hiks…hikss… huhuhu… hiks…”

“Eh itu siapa yang nangis kak?” tanya Rendy menyelidiki sambil menengok kanan-kiri.

“Eh iya ya, kayak ada suara orang nangis. Eh kita cari dulu” kak Melody dan Rendy mencari-cari di sudut-sudut taman bermain. Ke sana, kemari kian tak kunjung ditemukan.

“Sebenernya dari mana sih itu suaranya?” Rendy celingak-celinguk dan mendapati sebuah sepeda yang tergeletak bersama sebelah sandal.

“Eh itu… coba deh ke sana dulu” Rendy berjalan mendekati sebuah selokan dekat sepedan itu tergeletak tanpa distandar.

“Huuhuu hiks… huuuu…hiks” tangisan itu terdengar lagi. Rendy semakin dekat, semakin dekat, ia pun mencoba melihat ke arah selokan. Dan tepat sekali…

Di sana ada seorang gadis yang sedang menangis dengan kakinya yang lecet berdarah mungkin membentur sepeda atau juga bisa membentur body sepeda.

“Kak…!!! di sini!!!” langsung Rendy memanggil kakaknya dan melambaikan tangan pertandan ia menemukan sesuatu. Kak Melody langsung saja berlari mendekat.

“Astagfirullah! Eleeuhh iye kumaha bisa kajeblos di die?!” kak Melody kaget.

“Atuh Ren, langsung ditulungan itu” kak Melody langsung memaksa Rendy untuk menolong gadis itu.

“Sini tangan kamu” Rendy mencoba meraih tangan gadis itu. Gaadis itu mendongak dan mencoba meraih tangan Rendy.

“Kak bantuin kak!” Rendy mencoba menarik gadis itu bersama kak Melody.

“Bismillahirahmanirrohim 1…2…3… angkat!”

Memang benar ya kata kak Melody. Kalo ‘Usaha keras itu tidak akan mengkhianati’ hehe. Rendy dan kak Melody berhasil menarik tangan gadis itu. Mereka langsung membawa gadis itu untuk duduk di ayunan.

“Eh Ren kamu jagain dulu ya. Kakak mau ambil plester dan obat-obatan dulu” kak Melody langsung berlari ke rumah kami yang jaraknya tak jauh dari taman itu.

“Oke kak!” aku berpose hormat.

“Emmm… hei, nama kamu siapa? Dan tadi kamu kenapa nangis?” Rendy mencoba bertanya pada gadis itu.

“Hiks huhu” gadis itu masih menagis sesenggukan sejenak. Dan pada akhirnya dia bisa diam sejenak. Terlihat wajahnya yang ditutupi poni, tapi tidak bisa menghalangi pandangan Rendy akan wajahnya yang berlinangan air mata.

“Ma… ka…cih kamu udah hiks… nolongin aku” ia menyeka air matanya.

“Oh iya sama-sama. Kamu kenapa tadi bisa jatuh?” tanya Rendy.

“Tadi tuh aku la-lagi main sepeda loda dua. Telus-telus aku jatoh gala-gala gak seimbang soalnya aku belum telalu bisa naik sepeda loda dua” ia bercerita tapi yah dengan bahasa anak kecil yaitu masih agak susah berbicara dengan huruf “R”.

“Udah dong jangan nangis” Rendy merogoh sakunya pelan. “Nih” Rendy memberikan sebuah permen lollipop berbentuk Love pada gadis itu.

“Oh gitu ternyata. Kenalin nama aku Aldo Rain Rendyan” Rendy menjulurkan tangannya pada gadis itu

1! 2! 3! 4! Wow wow wow… wow…wow.. wow..

Tidak ada alasan apa pun, pada saat diriku diperkenalkan. Aku bagaikan tersambar petir (Falling Love)

~o0o~

Pada saat itu juga aku ditolong olehnya. Dia mengajakku berkenalan. Saat itu ntah apa yang kurasakan. Berdegup kencang di dada saat menatap wajah tampannya. Dia mulai menjulurkan tangannya padaku. Yuvia terus memikirkan hal itu sambil menggenggam bunga sedotan itu. Sebenarnya aku sudah sering melihatnya, tapi selalu malu untuk bertemu dengannya. Dia anak populer yang berada satu kelas denganku.

Cowok tipe idamanku itu, Bagaikan ditarik ke tempat ini

Begitu cepat tanpa, kusadari…

Aku menatapnya…

Saat mata bertemu, dada berdegup kencang…

Di dalam hati ini, Tanpa sadar ku berteriak…!!! (I’m Loving You)

“Aku Yupi.”

“Hah? Yupi? Kok kayak nama permen ya?” dia terheran menatapku.

“Kenapa? Jelek ya?”

“Nggak kok hehe luvchu banget kayak nama permen. Orangnya juga!” dia tersenyum padaku membuat hatiku berdegup lebih kencang.

BINGO! BINGO! Akhirnya kita berjumpa lagi (Finally!)

BINGO! BINGO! Tuk pertama kali akhirnya kusadari (I’ll take a chance)

BINGO! BINGO! Sampai saat ini tak menoleh, untungnya aku…

Terus menunggu, takdir pun berpihak padaku (Love, Love me do!)

“Iya Lendy”

“Duh manggilnya gak enak jadinya. Kamu belum bisa ngomong ‘R’soalnya ya.”

“Bisa kok, bisa”

“Coba buktiin wlee :p” Rendy berpura-pura mengejek.

JDERRR!!!

“Rain…”

“Eh…???”

“Hei! Kalian!” seorang gadis sedang berlari menghampiri mereka berdua. Sontak mereka menengok dan ternyata itu adalah kak Melody.

“Hosh, nih kakak.. udah ba..wa. Sini kakak obatin dulu” kak Melody langsung datang dan mengobati luka-luka milik Yupi.

“Aw…ssssttt…. pelan-pelan kak” Yupi meringis kesakitan di kakinya.

“Oh maaf, tahan dikit ya. Bentar lagi selesai kok” ucap kak Melody menempelkan plester agar luka pada kaki Yupi tidak infeksi dan iritasi.

“Nah, selesai!”

“Eh iya kak, udah mendingan. Makacih kak…”

“Melody” kak Melody menjulurkan tangannya pada Yupi.

“Yupi kak!” dengan cepat ia menyambar tangan kak Melody tanpa ragu-ragu.

“Pulang yuk, tadi kakak denger petirnya udah jedar-jeder” ajak kak Melody.

“Kamu pulangnya kemana? Biar kakak anterin” ucap kak Melody.

“Emmm… maunya sama Rain…” Yupi tersipu malu.

“Ehh…?? sontak Rendy bingung.

“Rain..??” kak Melody agak bingun dan baru ingat kalo Rendy itu punya nama Rain ditengah.

“Hmm…. gimana kak?” tanya Rendy sambil menyenggol bahu kakaknya.

“Yaudah kamu anterin. Inget kata papah, kamu harus jadi laki-laki sejati” ucap kak Melody.

“Ya udahlah, aku mau ambil sepeda kamu dulu ya” Rendy menuju tempat di mana sepeda itu jatuh. Dituntunnya menuju ayunan.

“Mumpung ada boncengannya, aku anterin kamu sampai ke rumahmu pake sepeda ya” ucap Rendy. Yupi hanya mengangguk sambil memakan lollipop itu. Kemudian ia naik berboncengan dengan Rendy.

“Kak, Rendy nganterin Yupi dulu ya” pamit Rendy.

“Iya, hati-hati. Nanti kalo Mamah nyariin, kakak bilangin kok” ucap kak Melody sembari berjalan pulang.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikum salam.”

Rendy menggowes sepedah dengan penuh semangat karena ia tahu bahwa akan turun hujan. Langit sudah memberi pertanda-pertanda kedatangan air yang keroyokan dari atas langit itu.

Tanpa menoleh ke b’lakang… ke bagian belakang sepeda…

Yang, kita naiki berdua…

Aku diam-diam berbisik…!!!

Hujan mulai merintik membasahi tubuh Yupi dan Rendy di tengah perjalanan. Yupi merasakan kenyamanan dan kehangatan saat bersama Rendy. Lantas dia memeluk erat Rendy dari belakang

“Hmmm….

Rain…”

Ah! Mungkin bagi dirimu…!

Ha…nya teman sekelas saja…

Yang jalan, pulangnya searah… Keberadaan yang seperti angin…

“Hmm… rumah kamu di mana?” tanya Rendy.

“Hmm…” berpikir. “Aku lupa” jawabnya dengan wajah tanpa dosa.

“Hadeuh…” Rendy menepuk jidatnya pelan. Tapi ia melihat ada seorang wanita paruh baya sedang menuju ke arahnya.

“Yupi…!

Yupi…!”

“Mamah!” Yupi kaget melihat mamanya.

“Yupi!!!” wanita yang Yupi panggil mamah itu langsung memeluk dan menggendongnya.

“Kamu tuh, kalo dibilangin nakal… banget! Padahal udah Mamah larang-larang. Kakakmu juga udah sering bilang kan?”

“Tapi mah…” Yupi menundukan kepalannya.

“Hmm… iya udah gapapa. Yang penting kamu sekarang gapapa. Lain kali jangan diulangin. Eh bentar, ini kenapa kaki kamu diplester?” tanya mamanya.

“Ini tadi Yupi jatoh. Terus dia yang nolongin Yupi” ucap Yupi menunjuk Rendy.

“Oh gitu. Makasih kamu sudah jagain dan nganterin anak tante. Maaf kalo anak tante yang satu ini ngerepotin” ucap mamanya Yupi pada Rendy.

“Oh iya tante gapapa. Aku juga seneng kok, karena aku dapet teman baru” Rendy hanya tersenyum.

“Rendy! Rendy!” dari belakang ada 2 orang yang sedang memanggilnya.

“Kamu kakak tungguin kok nggak pulang-pulang sih?” kak Melody langsung mengomeli.

“Ta-tadi kesasar kak, maaf” Rendy hanya menunduk diomeli kakaknya itu.

“Kamu kemana aja sih Rendy? Mamah khwatir tau sama kamu” ucap Mamanya Rendy memeluk Rendy sejenak. Kemudian mamanya menatap kepada mamanya Yupi.

“Eh..?? jeng Cleo?!” mamanya Rendy tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Loh ini?? jeng Stella?!” mereka sama-sama tidak percaya.

“Mamah udah saling kenal?” tanya Rendy dan kak Melody.

“Siapa yang nggak kenal coba? ini tuh temen SMA mamah dulu. Tante Cleo” ucap Mamahnya Rendy.

“Iya, eh ini anak-anak kamu semua ternyata? Udah gede-gede. Yang satunya cantik, yang satunya lagi ganteng ternyata” ucap mamahnya Yupi.

“Tau nggak jeng, anak-anak kamu pinter ternyata. Tadi mereka nolongin anak aku” tambah mamanya Yupi.

“Ah masa? Wah anak mamah pinter semua ternyata ya” Mamahnya Rendy dan kak Melody hanya mengelsu-ngelus rambut anaknya pelan. Sedangkan Rendy dan kak Melody hanya bingung.

“Ini anaknya jeng Cleo?” tanya mamahnya Rendy. Mamahnya Yupi hanya mengangguk.

“Siapa namanya? Ih…! lucu banget deh” Mamanya Rendy mencubit pipi Yupi yang sedang memakan permen. “Yupi tante” ucap Yupi sambil tersenyum.

“Oh gitu ceritannya. Kirain anak aku bandel” ucap mamanya Rendy.

“Sekali lagi makasih yah kalian udah nolongin anak tante ini. Dan kapan-kapan main ke rumah tante ya. Mari jeng” mamanya Yupi dan Yupi meninggalkan mereka bertiga. Mamanya Rendy hanya tersenyum sambil mengangguk. Rendy, kak Melody, dan Mamanya pulang ke rumah.

—o0o—

Terlihat di depan rumah mereka sudah ada mobil.

“Itu kan mobilnya…?”

“Yeay! Papah pulang!” Rendy langsung berlari masuk ke dalam rumah sebelum hujan turun. Begitu juga dengan kak Melody dan mamanya.

“Hei jagoan kecil papah!” papahnya langsung menggendong Rendy.

“Baru pulang mas?” tanya mamanya.

“Papah!” kak Melody juga ikut memeluk papahnya.

“Iya, hehe surprise buat anak-anak. Hari ini aku pulang cepat” ucap papahnya.

Mereka duduk bersama di meja makan untuk makan malam bersama. Mamahnya Rendy, kak Melody, dan Rendy bercerita tentang kejadian tadi pada papahnya.

“Oh gitu…” papahnya mengangguk-gangguk.

“Hebat! Jagoan kecil papah keren nih” papahnya mengacungkan 2 jempol pada Rendy. Rendy hanya tersenyum menanggapi papahnya.

“Wah kaka juga! Udah mau jadi dokter ya kak?” tanya papahnya sambil mengusap puncak kepala kak Melody.

“Iya Pah” ucap kak Melody sambil tersenyum.

—o0o—

Keesokan harinya di sore yang sama seperti kemarin…

Rendy mengajak kak Melody lagi untuk pergi ke taman itu. Ntah mengapa begitu senang rasanya. Ia menarik-narik tangan kakaknya sambil merengek.

“Ayo kak ih buruan atuh!”

“Sabar dek” kakanya hanya pasrah ditarik hingga akhirnya mereka sampai di taman itu.

—o0o—

Biar agak enakan, kita ganti jadi Rain aja ya Reads J

NB : Rain sama aja Rendy

Aku juga, kali ini aku sangat ingin ke taman itu. Bukan untuk bermain, bukan untuk membeli es krim, atau bukan hanya sekedar membeli lollipop. Tapi aku ingin bertemu dengannya. Rain…

*****

Terlihat seorang gadis yang sedang dikerumuni oleh anak-anak lain.

“Eh itu ada apaan sih? ” ucap Rendy terdiam memperhatikan.

“Dek, kamu ke sana aja duluan. Tuh ada tukang es krim. Kakak mau ke sana beli dulu ya” ucap kak Melody menuju tukang es krim itu. Rendy hanya mengangguk kemudian menuju ke keributan itu.

*****

“Hey, kasihin lollipop kamu untuk kami. Kalo nggak?” seorang anak lelaki gendut itu maju dan menjambak rambut seorang gadis yang sedang menangis memoohon untuk melepaskan. Gadis itu hanya bisa pasrah meratapi sambil menangis tahan kesakitan.

“Huuhuu… hiks tolong lepasin…hiks” tangisnya mengerang kesakitan. Tiba-tiba seorang anak lelaki lagi muncul.

“Hei!!! Lepasin dia! Beraninya sama anak cewek!” anak cowok itu berusaha membela seorang anak perempuan yang tidak berdaya itu.

“Emangnya kenapa?! Hah?!” anak lelaki bertubuh gempal itu maju. Dia tersenyum kecil dan menyeringai pada teman-teman anak lelakinya.

“Ayo hajar dia!!!” perintah anak lelaki itu. Anak lelaki yang membela gadis itu hanya terdiam, ia menyudut sambil melindungi anak gadis itu dibelakang punggungnya.

JDAK JDUAK DAKK

Anak lelaki itu hanya menahan pukulan dari beberapa anak nakal itu. Dia menahannya dengan hanya menyilangkan kedua tangannya, merunduk melindungi wajahnya. Akan tetapi tetap saja ada pukulan yang melesat mengenai pipi,pelipis,bahkan bagian sudut-sudut bibirnya membuatnya memar dan mengeluarkan darah.

“Itu akibatnya. Ayo teman-teman, kita pulang” para geng anak nakal itu pergi tanpa menghiraukan mereka berdua.

“Hiks..huuu kamu nggak papa Rain?” Yupi hanya merasa bersalah. Dipikirannya, ia beranggapan bahwa ini salahnya karena melibatkan Rain hingga babak belur.

“Aw! Sstt… aku nggak papa kok Yup” Rain tersenyum sambil berdiri dan mengulurkan tangannya pada Yupi.

“Ke bangku taman itu yuk!” ajak Rain pada Yupi. Yupi menatap tangan Rain sejenak dan memalingkan wajahnya ke arah Rain. Terlihat ukiran senyum menyejukkan hatinya.

“Ayuk!” Yupi hanya mengikuti ajakan Rain

“Eh aku punya sesuatu buat kamu” Yupi merogoh kantongnya. “ Nih” dia memberikan sesuatu pada Rendy.

“Apa ini?” tanya Rain.

“Ini ornamen es. Kemalin aku sekelualga ke Jepang buat libulan. Telus-telus kebetulan di sana lagi musim dingin, jadinya aku beli ini deh” ucap Yupi.

“Kok kamu masih belom bisa ngomong ‘R’ ya? Aneh. Tapi kenapa kamu bisa nyebut nama aku dengan bener ya?” batin Rendy. “Coba lagi.”

“Rain…”

“Tuh kan? Aku bingung sendiri jadinya” Rain menggaruk kepalanya pelan. Rain melihat ke bawah dan mendapati beberapa sedotan berceceran.

“Eh tunggu deh. Aku ada sesuatu buat kamu” ucap Rain sembari mengambil beberapa sedotan.

“Eh kamu mau ngapain?” Yupi terheran-heran dengan apan yang dilakukan Rain.

“Mau bikin keajaiban” ucap Rain.

Setelah 5 menit, jadi sudah apa yang dikerjakan Rain.

“Nih buat kamu” ucap Rain memebrikan sebuah bunga dari sedotan pada Yupi.

“Wah! Bagus banget!!!” ucap Yupi mengambil bunga sedotan itu.

“Suka?”

“Hmm… suka banget!” Yupi mengangguk.

“Hmm… Rain, aku mau ngomong. Sebenernya…

Aku… aku…”

“Aku apa?” tanya Rain penasaran.

“Aku suka sama kamu” Yupi tanpa malu mengutarakan perasaannya.

“Hmm… sebenernya, dari awal kita ketemu. Aku juga suka sama kamu. Kamu mau nggak ja-jadi pa…pa-pacar aku?” tanya Rain pada Yupi yang sontak membuat wajah Yupi memerah.

Dont’ say jangan katakan…

Why not? Jawaban itu

Hingga suatu hari jadi kenangan…

Be loved sampai kapan pun

One way dalam dadaku

Bersama dirimu saja I’m so satisfied!

“Ta-tapi kita masih kecil, mana boleh pacaran” Yupi mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Ya udah gini aja. Nanti kalo kita udah gede, kita pacaran yah. Janji?” Rain mengacungkan keingking jari kanannya.

“Hmm… janji!” Yupi mengangguk dan mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Rain

Tiba-tiba…

“Hayooo…!!! pada ngapain nih! Tadi ngapain bilang pacar-pacaran? Cieeee~” kak Melody datang dan mengagetkan mereka berdua. Ternyata sedari tadi setelah membeli es krim, kak Melody bersembunyi di belakang bangku taman itu.

“Ih kak Melody mah gitu ih” Rendy ngambek sedangkan Yupi hanya diam.

“Kakak bilangin mamah loh kalo adek kecil-kecil udah pacar-pacaran” seringai kak Melody dengan tawa kecilnya.

“Udah ah yuk Yup. Kita pergi aja” Rendy menarik tangan Yupi dan pergi menggunakan sepeda.

“Cieee~ ngambek cieee!” kak Melody hanya menyoraki Rendy dan Yupi.

Rendy dan Yupi berjalan-jalan mengelilingi komplek dengan sepeda Rendy yang baru saja ia beli. Berkeliling sambil menikmati indahnya sore itu, menikmati indahnya langit mentari senja.

“Rain, langitnya indah ya!” ucap Yupi.

“Iya”

Ah~ mungkin bagi diriku!

Dirimi yang berarti, tidak…

Menyadari apa pun… Cinta tak berbalas dari belakang!

Ah~ langit di kala senja…

Seperti mewarnai kota-kota…

Terlalu sedih….

Bayangan kita berdua menjadi satu

“Aku mengingat saat kita bersepeda berdua bersama.”

~o0o~

“Aku mengingat saat kita bersepeda berdua bersama.”

“Liat deh mataharinya” Yupi nampak sangat bahagia ketika melihat matahari terbenam itu.

“Wah iya! Indah banget tuh. Tau nggak? Cahanya jingganya nggak ada yang ngalahin loh” ucap Rain.

Apakah, kau melihat langit mentari senja?

Waktupun, berlalu dan sosoknya terlihat begitu indah (Yeas)

Begitulah hari ini…. berakhir…

Malam yang mengulang baru semua telah datang

“Eh liat deh diarah sana! Udah ada bintangnya!” ucap Yupi kegirangan.

“Eh mana? Mana?”

“Itu”

Langit sekitar mulai berubah menjadi gelap…

Dihian, oleh titik garis yang terbentuk dari bintang-bintang

Sampai hari esok tiba… nanti

Lihatlah…. mimpi seperti dirimu sendiri

Hari itu mereka lalui dengan canda,tawa,bermain, dan terakhir…

Kenangan…

[FLASHBACK OF]

“Aku akan ingat semua kenangan-kenangan tentang kita. Hari itu… aku nyatain perasaan aku ke kamu. Sekarang kamu gimana? Masih sama dengan janji kita? Aku akan terus mencari kamu sampai kita bisa bertemu. Dan aku akan nagih janji kita…

Yupi” Rendy memegang erat gantungan kunci Singapura itu dan meletakannya di rak atas yang khusus ia pisahkan untuk kenangannya.

Dia memberesi dan mengecek kembali semua peralatan kemahnya. Tiba-tiba…

TING!

Suara getaran dari meja belajar Rendy. “Eh apaan tuh?” Rendy berjalan mendekati meja belajarnya. Ternyata Hpnya sedari tadi bergetar. Dia mulai memencet beberapa tombol.

“What…?! 240 notifikasi!!!” dia kaget ketika melihat begitu banyaknya notifikasi di Hpnya. Di mulai scroll ke bawah dan membuka aplikasi LINE. Paling atas tertera sebuah nama.

Shani Indira Natio X-A received you to join request chat in LINE

Accept or Disable

Dia memencet salah satu dari pilihan kata tersebut.

~o0o~

“Duh kok lama benget sih di acc nya” seorang gadis sedang mondar-mandir bimbang menunggu seseorang.

TING!

Promo hari ini! yuk dapatkan stiker LINE terbaru!!!

“Kirain udah di acc. Eh ternyata bukan” gadis itu tertunduk lesu.

TING!

“Eh ini apaan lagi?” dibukanya layar Hpnya dan terlihat nama ‘Rendy’ di paling atas.

“Yes! Akhirnya di acc juga. Duh mau chat apa dulu ya? Hai gitu? Basi-basi itu mah” dia terus berpikir sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Arghhh!!! Mau chat apaan dulu nih?!” dia berteriak tanpa sadar.

“Shan? Hei kok malem-malem teriak-teriak? Berisik ganggu tetangga. Udah semua perlengkapan kemahnya?” tanya seorang wanita paruh baya mengagetkan Shani. Dia lagsung seperti salah tingkah.

“Eh-eh udah kok bu” Shani mencoba mengontrol situasi.

“Oh ya sudah. Kalo gitu sekarang kamu tidur, istirahat. Persiapin tenaga kamu buat besok kemah” ucap Ibunya.

“Iya bu” balas Shani.

—o0o—

TING!

“Dari Shani nih” Rendy mencoba membuka aplikasi LINE nya kembali

Shani   :“Hai! Malem Ren, udah tidur?”

Rendy  : “Belum kok Shan, ada apa ya?”

Selang beberapa menit *bukan selang air. Shani  membalas…

Shani   : “Gapapa, makasih udah di acc. Perlengkapan kemahnya udah?”

Rendy  : “Udah kok Shan, kamu?”

Shani   : “Udah juga. Ya udah, sorry ya ganggu malem-malem. Goog night”

Rendy  : “Iya gapapa kok. Night too”

“Oke udah lengkap semua. Have a nice dream kamu yang di sana~” Rendy tidur dengan nyenyak menuju perbatasan alam mimpi.

—o0o—

DEG

DEG

DEG

“Duh tadi deg-degan banget. Asal nge-chat aja. Fyuhh” Shani menghela nafas lega.

“Semoga mimpi indah” Shani tidur dengan nyenyaknya sambil tersenyum

~o0o~

“Di hari itu… kamu nyatain perasaan kamu sama aku. Mungkin itu hanya sebuah janji anak kecil polos yang nggak tau apa-apa sih. Tapi aku yakin, kamu pasti bakalan jemput aku di sini. Menagih janji kita. Aku akan selalu menunggu” Gadis itu menaruh kembali bunga sedotan dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dia sangat rindu sekali pada sosok cowok yang selalu melindunginya, mejaganya, dan selalu bersamanya.

JDERRR!!!

Kilat menyambar lagi. Hujan mulai merintik dan perlahan turun dengan deras.

“Aku suka nama kamu. Aku ska nama kamu karena aku suka hujan.” gadis itu tersenyum menatap keluar jendela

“Rain…”

Ia meraih selimut. “Have a nice dream kamu yang di sana~” Gadis itu tidur dengan nyenyaknya.

Menunggu hari esok. Kemah let’s go!!!

-To Be Continued-

Created By : @rezalical

Widih! *tepuk jidat* duh nulis part ini sambil coba minta maaf sama temen gegeara bikin masalah? Gimane coba hasilnya?duh sorry ya hehe. Bingung sama part ini? moga-moga nggak ya ^^~ Responnya dibutuhkan. Komen,kritik,dan saran perlu asupan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11 tanggapan untuk “Directions The Love and It’s Reward, Part 8

Tinggalkan Balasan ke Michelle Teofani Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.