“Directions The Love and Its Reward” Part 5

IMG_20160414_165052

Sunyi, hening sekali malam itu. Di kamar, Rendy masih tertidur dengan nyenyaknya. Menikmati alam mimpi indahnya mungkin (?)

SHUEEETTT!!!

Kilat menapakan cahayanya sejenak. Bersamaan dengan sesuatu. Tunggu, apa itu? Sekelebat bayangan hitam? Sangat mencurigakan.

“Hemm… apaan sih?” sayup-sayup mata Rendy terbuka dengan nampak tidak jelas. Dia sempat melihat sekelebat bayangan hitam itu. Ke suatu tempat, tepatnya ke arah dapur.

“Siapa di sana?” Rendy berjalan menuruni tangga menuju dapur.Siluet bayangan nampak di dinding itu. Dengan segenap keberanian, Rendy melawan rasa takutnya mendekati ‘sesuatu’ itu. Horden dapur dengan cepat ia buka dan…

“Hah? Aneh? Kok nggak ada apa-apa? Lah tadi apaan?” masih kebingungan dengan sesuatu itu. Ia melangkah maju lagi dan

JLEPPP!!!

“Arghhh…!!!”

*Gelegar*

JDARRR!!! JDERRR!!!

JDUARRR…!!!

“Arghhh!!!” Rendy terbangun dari tidurnya. Diliriknya jam ternyata sudah menunjukkan

pukul 01.15. Yah ini sudah tengah malam, sudah berganti hari dan sudah pagi.

“Hah… hah.. hah.. fyuhh Cuma mimpi ternyata hah…” nafasnya masih tersengal-sengal. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya, tanda ia masih shock dengan mimpi buruk tadi.

“Hadeuh ada-ada aja nih mimpi. Pake segala cerita nusuk lagi. Di mimpi aja sakit, apalagi ntar beneran? Sakitnya minta ampun kali” dia menggeleng-gelengkan kepala.

“Aduh haus nih. Ambil minum di dapur dulu deh” ia mulai turun dari tempat tidurnya. Berjalan menuju dapur dengan gontai layaknya zombie. Yah itu hanya efek malam yang membuat lelah.

“Ngambil apa ya?” dia membuka kulkas. “Air dingin mantep tuh kayaknya” dia mengambil air dingin dari kulkas.

SHUETTT!!!

Siluet cahaya kilat menambah kesan horror dapur kala itu. Yang benar saja, Rendi lupa menghidupkan lampu dapur. Setelah dia meminum air tersebut, dia menoleh ke arah sisi lain. Didapatinya seseorang dengan baju putih dan kulit putih pucat. Rambut panjang yang berantakan menambah kesan menakutkan pada gadis itu. Gadis itu tampak sedang memotong-motong sesuatu. Dilihat dari kegelapan malam, seperti sedang memotong daging. Dia hanya menolehkan kepalannya sejenak pada Rendy.

“Ren…dy…” rintihnya diselingi gelegar petir

JDUAR!!!

Semakin takut tentang apa yang dilihatnya. Bukan, yang sekarang sedang ia pikirkan mungkin itu HANTU!!!

“Huah!!! Eh si-siapa kamu?! Pergi sana! Ya Allah lindungilah hambamu ini dari setan” Rendy sangat ketakutan. Hendak berlari tapi sayangnya dia terjatuh membentur meja. Dia hanya bisa meringis kesakitan.

“Aduh!!! Ampun, saya masih pengen hidup tante kunthi. Saya belum kerja dan belum berkeluarga. Saya juga belum ngerasain ‘ITU’” tangan Rendy ia letakan di depan seperti minta ampunan pada seseorang itu. Semakin mendekat orang itu. Bisa dilihat dari postur kalau itu adalah sesosok wanita dengan rambut panjang dan baju putih.

Rendy hanya bisa menatap ke bawah, ke lantai tepatnya. Sosok itu semakin mendekat, bisa dilihat samar kala gelap gulita waktu itu bahwa ia sedang memegang sesuatu. Seperti kenal dengan bentuknya, ya sebuah benda tajam. Pisau tepatnya. Rendy hanya bisa mematung dengan apa yang dilihatnya sebelum ajal datang padanya. Tapi tunggu…

Bayangan itu ke arah lain. “Loh kok ilang sih? Kemana perginya.”

CTEK

Tiba-tiba, lampu di dapur menyala “Kamu ngapain di situ?” Terlihat sosok tadi membawa sebuah… hmmm… seperti sebuah pisau.Ya itu memang pisau!

Suara yang asing tapi dikenali olehnya. Masih terdengar samar tapi jelas. Rendy masih menutup mata dan telingannya. Sosok itu menghampiri Rendy lagi.

“Hei ngapain? Buka matanya.”

Perlahan Rendy membuka matanya. Sayup-sayup bisa dilihat sosok itu…

“Akhh!!! Ampun tante kunthi, saya minta maaf kalo saya punya salah” dia masih ketakutan dan belum membuka matanya.

Terpikir sesuatu pada benak sosok itu. Dia tersenyum menyeringai, memanfaatkan situasi.

“Baiklah, kamu saya maafkan tapi uang jajan kamu akan saya potong selama 1 bulan haha… ahahaha… atau… kamu saya potong jadi daging cincang huahaahahaha…!!!” tawa jahat menyeramkan seperti jeritan.

“Baiklah! Jangan ganggu saya tante. Udah dong, nggak kuat nih. Kamera! Kamera! Udah nggak kuat nih, tolong dong. Udah lambain tangan nih huhu” Rendy melambaikan tangannya gasal, dikira lagi syuting ekspedisi horror kali ya? Eh tunggu dulu…

Rendy membuka matanya perlahan mendapati sepasang kaki masih berdiri di hadapannya. Dia melihat semakin ke atas lagi. Ah sialan

“Kak, itu nggak lucu -__-“ Rendy mengenal sosok itu.

“Kamu harus liat ekspresi kamu pas ketakutan tadi” ia memegang sesuatu di tangannya. Menyisir? Ah sialan ternyata itu sisir, dan bukan pisau.

“Hahaha lagian, ngapain kamu tengah malem kayak gini keluar kamar?”

“Mimpi buruk kak” Rendy bangun dari jatuhnya tadi. “Aku hampir ketakutan setengah mati tadi tuh” ia sudah berdiri.

“Ya maaf-maaf hehe. Kakak tebak, kalo ketakuta banget pasti kamu ngompol hahaha” gadis yang dipanggilnya kakak itu hanya cengar-cengir menahan tawa.

“Parah banget, dikirain aku tuh apaan coba? kan tadi tuh aku liat bayangan, aku kirain apa. Pas dideketin kayak tante kunthi, lagian sih pake acara nakut-nakutin segala. Pake bawa sisir di tangan lagi, udah tau kalo gelap nggak terlalu keliatan. Aku kira itu pisau tahu!” Dia masih terlihat marah dengan kejahilan kakaknya itu

“Lah kamu udah gede masih aja takut sama begituan. Itu cuma tahayul. Kalo iman udah kuat, pasti nggak bakal takut” gadis itu mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk? Lah jadi yang dibawa tadi bukan daging? Ah halusinasi filter imanjinasi tingkat tinggi.

“Ya walaupun tahayul kan juga pasti tetep ada kan kak. Percaya nggak percaya sih. Kalo sama begituan kurang suka berurusan. Kalo sama preman, rampok, maling, sini maju satu-satu. Aku kasih Trhee Hoeckhock yang paman ajarin. Atau dikasih Dragon Punch karate yang diajari om. Oh atau juga Ultimatum gerbang 5, opening dragon virtualiti” Rendy bergaya meninju dan menendang.

“Halah ada-ada aja kamu tuh. Paling kalo ada maling Cuma teriak-teriak nagis nggak jelas. Lari ketakutan ngiprit” ekspresi muka mengejek dari gadis yang dipanggil kakak oleh Rendy itu.

“Loh kak Melody nggak bilang-bilang kalo mau ke sini?” Rendy menyalami kakaknya yang dipanggil bernama Melody itu.

“Dadakan Ren, ini disuruh ayah. Lagian juga tante Citra udah maksa-maksa kakak” ucap kak Melody.

“Loh terus terus, kakak masuk dari mana?” tanya Rendy keheranan. “Perasaan kan semua pintu rumah udah dikunci.”

“Ngelindur kamu ya? Lah bukannya kamu sendiri yang bukain pintu tadi pas kakak masuk. Hadeuh kebiasaan kalo mimpi buruk suka jalan-jalan nggak tau kemana kamu tuh” kak Melody hanya menggeleng-gelengkan kepalannya.

“Udah kebiasaan dari kecil kak, mau gimana lagi? Kalo nggak dikelonin Mamah ya gitu” jawabnya polos.

“Ke sini naik apa kak?”

“Tadi sekitar jam 10 malem dari stasiun kereta 2 Manggarai terus langsung ke sini. Perjalanan ya sekitar 2-3 jam lah” jawab kakaknya itu mencari-cari makan. Yang hanya ditemui adalah mie goreng. Langsung saja ia memanaskan air untuk merebus mie itu.

“Stasiun kereta api 2 Manggarai?! Itu kan…?”

“Itu apa?”

“Konon katanya stasiun itu angker kalo di malam hari. Pernah sempat mendengar cerita dari salah seorang penjaga stasiun. Ada sebuah kereta yang tengah malam selalu ke stasiun ini. Entah nggak tau itu kereta jenis apa, tapi nggak ngasih kabar mau dateng. Ya dikiranya sang penjaga si masinis kereta tersebut lupa ngasih kabar tibanya. Tapi saat sekejap sang penjaga berbalik. Kereta itu udah ilang” Rendy masih menjelaskan.

“Terus-terus?” kak Melody ikut penasaran.

“Suatu tengah malam ada seorang gadis sedang menangis. Mungkin karena ditinggal pacarnya, ia mutusin pergi dari kotanya itu dengan naik kereta. Nah dia pergi ke stasiun 2 Manggarai. Saat itu juga si penjaga sedang tidak ada ditempat. Pikiran gadis itu sangat kacau malam itu, hingga kereta angker itu datang ia langsung menaikinya. Tanpa pikir panjang, ia langsung masuk. Saat masuk, ia mendapati kejanggalan. Loh kok nggak ada masinisnya? Terus yang nyetir siapa? Penumpang di kereta itu langsung mengerubungi gadis itu. Gadis itu punya kakak, kakaknya khawatir akan kemana keberadaan sang adiknya itu. Jejak terakhir menuju ke stasiun 2 Manggarai itu. Sang kakak bertanya-tanya jadwal kereta tengah malam kala adiknya pergi waktu itu, tapi sang penjaga menjawab tidak ada kereta yang beroperasi saat tengah malam itu” kilat mencuatkan siluetnya

JDERRR!!!

“Kakak tahu apa yang terjadi selanjutnya?” kesan horror menambah cerita Redny yang sukses mebuat kakaknya penasaran dan takut itu.

“Gadis itu tidak pernah kembali. Sang kakak meminta bantuan paranormal untuk melacak adiknya. Tapi tetap tidak bisa, kata si paranormal. Konon katanya beberapa tahun yang lalu, kereta itu masuk ke jurang dan tidak ada yang menyelamatkan. Pada akhirnya kereta itu menjadi arwah penasaran bersama para penumpang di dalamnya. Dah selesai, ntar kakak nggak bisa tidur lagi” Rendy mengakhiri cerita seramnya itu.

“Kebanyakan nonton film horror kamu” ucap kakaknya kemudian pergi menuju kamar di lantai 1. Mungkin itu kamar yang sudah disiapkan tante Citra untuk kak Melody.

“Nait Ren” ucap kakaknya.

“Nait too” Rendy embali ke kamarnya yang dilantai dua dan langsung segera tidur.

—o0o—

Keesokan harinya…

*DOR*DOR*DOR*

“Rendy!!! Ayo bangun! Ntar kita telat nih!” ucap Yona dari luar

“Hmmm 5 menit lagi ah” uacap Rendy. Langsung saja Yona masuk dan menjewer telinga Rendy.

“Kamu denger gak?! Ini udah jam berapa?! Ini tuh udah jam 06.15!” tegas Yona sambil mejewer telinga Rendy.

“Aduh ampun Yon, lepasin dulu.Sakit banget nih sumpah. APA?! Aduh mati gue bisa telat nih” langsung saja Redny mandi dan berganti baju. Sarapan pun dia hanay memakan satu roti. Tanpa selai.

“Ayo Yon buruan!”

“Yeh bukannya tadi kamu yang susah dibangunin. Sekarang kamu yang ngotot” Yona ikut kesal

“Lah tadi malem aku tuh bukain pintu buat kak Melody. Dia dateng nggak ngabarin semalem tau” ucap Rendy tak kalah.

“Ini kenapa?”

“Eh kak Melody?” Yona tertegun dan langsung memeluk kak Melody. “Baru nyampe kak?” tanya Yona.

“Iya semalem Yon. Tuh si Rendy yang ngebukain pintu. Mana semalem hujan lagi. Untung Rendy cepet bukain pintu, kalo nggak ya kakak udah kedinginan.

“Udah yuk cepetan naik Yon” Rendy menstarter motornya. “Kakak ngapain dong?” tanya Rendy.

“Untuk hari ini kakak di rumah mau istirahat. Besok kakak akan mulai sekolah. Tebak apa kabar baiknya?” kak Melody tersenyum menyeringai.

“Uang jajan aku nggak jadi dipotong!” Tebak Rendy

“Salah! Besok kakak akan sekolah. Bareng kalian! Dan satu sekolahan yeay!!!” kak Melody senang.

“Tidakkk!!!” Teriak Rendy

—o0o—

“Jam berapa Yon?” Rendy masih menyetir dengan kecepatan yang lebih tinggi, tapi tetap menjaga stabilitas.

“Udah jam 06.45 Ren, syo buruan!”

*****

Terlihat di depan sudah ada gerbang sekolah menanti. Hampir tertutup karena satpam hampir menutupnya.

“Itu Ren cepetan!!!” Yona menepuk-nepuk bahu Rendy.

“Pak! Tunggu!” Rendy berteriak untuk si satpam tidak menutup gerbang sekolah.

“Eh dek, tapi…” ucap pak satpam bingung.

“Please dong pak, kita tepat waktu nih liat” ucap Rendy memperlihatkan jam tangannya.

“Hmm… yasudah sana masuk. Lain kali 5 menit lah paling nggak kalian udah sampe.

“Iya makasih pak. Makasih banget loh” ucap Yona

“Iya sama-sama” si satpam kembali melanjutkan menutup gerbangnya. Sedangkan Rendy memarkirkan motornya. Sekitar butuh waktu 5 menit, mereka bisa langsung ke kelas.

“Ren aku  duluan yah. Eh jangan lupa nanti istirahat kamu temuin aku di kantin. Aku mau ngenalin kamu ke temen-temen aku” Yona langsung aja nyelonong pergi.

“Eh ta-tapi…aduh si Yona kebisaan sukasemaunya sendiri” Rendy menggeleng lemas. Ia kembali berjalan menuju kelasnya yaitu X-A. Dia berjalan melewati gerbang. Dia melihat seorang gadis dengan peluh keringat berlari dan sedang berkompromi dengan si satpam.

“Pak tolong bukain dong pak, mobil saya tadi bannya bocor di tengah jalan hah..hah…” masih tersengal-sengal dengan keringat bercucuran di dahinya. Poninya pun basah akan hal itu.

“Tetap tidak bisa dek. Kamu sudah terlambat 5 menit. Jadi kamu boleh masuk setelah jam pelajaran pertama usai” tegas si satpam.

“Tapi pak…”

“Nggak ada tapi-tapian, maaf saya hanya menjalankan tugas” ucap pak satpam itu. Ya gadis itu adalah Yuvia. Rendy berjalan mendekati gerbang. Terlintas sejenak ide di benaknya.

“Hmm pak maaf. Bisa tolong izinin dia masuk” ucap Rendy. Yuvia mennengok ke sumber suara. Memberikan isyarat.

“Atas dasar apa saya harus mengizinkannya masuk?” tanya si satpam.

“Wah pak dia itu adik dari ketua OSIS di sini loh pak” ucap Rendy.

“Lah apa hubungannya?”

“Bapak kan tahu kalo OSIS kan bisa membuat proposal apa pun tentang sekolah ini. Dan bisa saja bapak dipecat pak”

“Apa benar? Saya tidak percaya” ucap satpam itu.

“O-S-N” mulut Yuvia mengisyaratkan tanpa suara. “Oh ngerti-ngerti” Rendy hanya mengangguk.

“Lagipula dia anak OSN loh pak. Dia dapet izin dari para guru buat masuk kapan aja sesuai jadwal pelatihan untuk OSN pak” ucap Rendy ngeles.

“Oh begitu. Ya sudah kamu boleh masuk” ucap satpam itu.

“Makasih pak” ucap Yuvia. Yuvia masuk dan berjalan beriringan dengan Rendy.

“Eh lo, makasih ya tadi nolongin gue” masih aja jutek. Tapi Rendy menhiraukannya. Langsung saja dia bergegas dan mepercepat langkahnya ke kelas.

“Isshh dasar cowok ngeselin” batin Yuvia kesal. Dia mengekorijalannya Rendy yang agak cepat.

“Pelan-pelan woi, tungguin dong” Yuvia sedikit memperkeras suaranya. Rendy pun berhenti tiba-tiba dan membuat Yuvia membentur punggungnya.

“Aduh! Kao ngerem ngomong dulu apa!” ucap Yuvia mengusap dahinya yang membentur punggung Rendy karena postur tubuh mereka yang bisa terbilang berbeda. Rendy lenih tinggi daripada Yuvia.

“Kenapa?” tanya Rendy dingin.

“Lo jadi cowok lama-lama ngeselin banget sih?!” ucap Yuvia.

“Kita hampir telat” ucap Rendy datar tanpa berbalik. Langsung saja mereka menuju kelas.

 

*Tok*Tok*Tok*

“Permisi bu, maaf kita terlambat” ucap Rendy masuk bersama Yuvia.

“Karena kalian terlambat, saya akan memberikan kalian soal. Kerjakan 2 soal fisika di papan tulis. Jika tidak bisa, kalian harus membersihkan halaman dan lapangan sekolah” ucap Ibu guru yang sedang mengajar. Semua yang dikelas seperti membatin ‘untung gue nggak telat’.

“Ini guru killer pengen gue santet”Author marah. “Boneka mana?! Gue tusuk-tusuk sampe keluar kapuknya!” seingai author.

“Sabar thor, santai aja. Gue pasti bisa kok” Rendy tersenyum tipis.

“Baik Rendy kamu mengerjakan nomer 1 dan kamu Yuvia mengerjakan nomer 2” ucap guru killer wanita yang menggunakan kacamata itu.

“Sialan! Dasar mata empat.”

“Sabar thor, gue tau lu paling benci sama guru killer” ucap Rendy. Oke lupakan 2 percakapan di atas. Author bagaikan Dora The Explorer yang menggunakan pintu kemana saja.

“Soal macem apaan tuh Shan? Susah banget kayaknya yang nomer 1, yang nomer 2 sih masih agak-agak bisa” ucap Viny pada Shani.

“Nggak ngerti juga Vin, emang susah banget tuh. Aku aja nggak bisa” ucap Shani masih berpikir sambil terfokus pada pemuda yang mengerjakan nomer 1 itu.

“Lu ngerti kagak om Gun?” tanya 2 pemuda di belakang bangku Guntur.

“Oh jangan ditanya”Guntur berlagak arogan. “Bisa?” tanya pemuda itu lagi.

“Ya jelaslah gue nggak bisa” ucap Guntur cengar-cengir.

“Kampret lu om Gun” ucap kedua pemuda itu bersamaan.

“Baik bu” jawab keduanya berbarengan. Dengan cepat Rendy mengambil spidol dan mengerjakan soal itu. Berbeda dengan Yuvia yang masih saja diam menggigit ujung bawah bibirnya.

“Kenapa kamu diam saja” ucap guru itu.

“Eh-eh iya bu” Yuvia masih bingung. Sementara…

“Ini bu sudah” Rendy menaruh spidol.

“Hmm… Benar kamu dapat cara ini darimana? Hebat, luar biasa! Cuma 3 langkah?” guru killer itu terheran-heran.

“Oh itu Cuma rumus ciptaan saya bu. Namanya rumus The King” ucap Rendy.

“Tunggu, sepertinya saya pernah dengar nama rumus itu. Apa mungkin kamu Einstein cilik yang mempelopori Bimbel terhebat selama 6 tahun berturut-turut yang menghasilkan generasi juara peringkat 1 UN itu?” tanay guru itu meyakinkan pada Rendy. Semua murid tertegun, amata mereka tertuju pada Rendy yang dipanggil Einstein cilik oleh guru killer itu.

“Ah ibu tidak usah berlebihan” Rendy hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Luar biasa, sekolah kita punya kamu. Tolong bantuan pengajarannya Mr. R” ucap guru itu.

“Sekarang kamu boleh duduk. Dan untuk Yuvia, ayo kerjakan!”

“Terima kasih bu” Rendy berjalan menuju bangkunya dan menaruh tasnya.

“Dari mane aje lu Einstein? Kenapa telat?” tanya Guntur.

“Kesiangan gue Tur, tengah malem kakak gue dateng ke rumah. Ya terpaksa gue kebangun.Udahlah apaan sih? Pake segala manggil-manggil Einstein” ucap Rendy. Guntur hanya mengangguk.

“Yaudah-yaudah Mr. R”

“Terserah deh” Rendy pasrah. Rendy mengalihkan pandangannya ke arah sebelah kanan. Terlihat seorang gadis yang tidak asing baginya. Yang semalam bertem dengannya. Gadis itu tersenyum sangat manis padanya dan melambaikan tangan padanya. Rendy hanya membalas dengan senyum tipis dan kembali fokus ke papan tulis

Guntur dengan cepat melambaikan tangan di depan Rendy. “Bidadari sekolah lagi tuh” ucap Guntur.

“Kenapa lagi sih Tur.”

“Shani Indira Natio. Dikenal dengan kecantikan dan putihnya. Senyumnya bisa menghangatkan saat dingin, dan bisa menyejukkan saat panas” teori absurd Guntur.

“Soal cewek aja lu tau banyak. Noh kerjain nomer 2 kalo bisa” ucap Rendy terheran dengan sikap temannya yang satu ini.

“Oh dan cewek yang sama lu tadi. Gue baru tahu sedikit infonya. Cindy Yuvia. Dikenal dengan tatapan juteknya tapi merupakan bidadari sekolah yang paling imut dan lolli, tak lupa juga kawaii! Hehe. Setahu gue dia adiknya pemimpin bidadari di sini” Guntur mengoceh lagi. Rendy hanay bisa mendengarkan dengan fokus ke papan tuli melihat Yuvia yang masih tidak bisa mengerjakan.

“Dia adiknya kak Ve atau Jessica Veranda. Vedadari yang paling populer dengan julukan badainya. Sifatnya yang kalem selalu membuat terpanah para lelaki di sekolah ini. Tapi sayangnya belum pernah ada yang bisa mengambil hati kak Ve. Susah bro, kak Ve selalu menghindar.”

“Lu bisa diem nggak” Rendy mulai risih dengan ocehan temannya.

“Dengerin dulu, ini yang terakhir. Apalagi kak Ve banyak pengawalnya. Salah satunya kak Naomi yang kemarin jadi guru pembimbing kita. Dikenal dengan galak tapi genitnya uh.. menggoda cuy. Julukannya Tsunaomi. Jadi kalo ada kak Ve sama kak Naomi. Gawat bro gawat! Bisa jadi hancur klepek-klpek semua kaum lelaki kena badai dan tsunami” Guntur menyelesaikan ocehan panjangnya.

“Udah selesai ngomongnya?” tanya Rendy.

“Hehe sorry, kali aja lo tertarik” dia hanya cengar-cengir nggak jelas.

“Ayo Yuvia kamu kerjakan.”

“A…anu bu… sa..saya nggak bisa”ucap Yuvia menundukan kepalannya.

“Kalau begitu silahkan kamu keluar dan bersihkan halaman serta lapangan sekloah!” tegas guru killer itu.

“Tunggu bu, boleh saya bantu dia ngerjain soal?” Rendy melihat ekspresi Yuvia yang sudah sangat kehabisan akal itu dan berinisiatif membantunya.

“Oh boleh silahkan.”

“Baik terima kasih bu” Rendy langsung saja mengerjakan nomer 2 dengan dua langkah.

“Hebat sekali!” guru itu terkagum akan kecerdasan Rendy.

“Untuk kamu Rendy saya kasih nilai plus dan juga mendapat nilai A+” ucap guru itu langsung menuliskan sesuatu pada buku notenya. *Bukan Death Note *plak

“Tapi untuk kamu Yuvia, saya akan meringankan hukuman untuk kamu. Hmm.. kamu sekarang bersihkan toilet putra dan putri sampai jam pelajaran saya usai. Sampai istirahat tepatnya. Mengerti?” guru itu menundukan kacamatannya.

“Mengerti bu” Yuvia hanya bisa pasrah. Tadi sudah cukup senang karena ada penolong yang akan membantunya lolos dari iblis penjaga neraka ini *plak. Udah lolos dari iblisnya, sekarang masuk ke nerakanya.

Langsung saja dia keluar dari kelas dengan muka lesu.

“Bu boleh saya membantunya?” ucap Rendy.

“Tapi…”

“Tolong Bu” Rendy memohon.

“Baiklah, biar lebih cepat.”

*****

“Dasar guru killer mata empat! Di suruh bersihin WC lagi gue. Ah sial banget hari ini udah telat lagi. Huftyup” Yuvia mengeluh dan mengeluh sembari memanyunkan bibirnya.

“Jangan ngeluh, lagian salah sendiri nggak belajar” ucap seorang pemuda datang.

“Ngapain lo?! Mau ngejekin gue gitu hah! Tua Einstein cilik” Yuvia tidak menerima kehadiran pemuda itu.

“Nggak, Cuma mau bantuin” ucap pemuda itu yang ternyata Rendy. Langsung saja ia mengambil sikat dan lap pel.

“Nih sekalian lap pel gue. Yang bener ya ngerjainnya” ucap Yuvia menyeringai.

“Bisa juga nih cowok gue manfaatin” batinnya.

“Iya” ucap Rendy menyikati beberapa bagian yang sudah berlumut.

“Yang bersih loh” ucap Yuvia seperti bos. Rendy hanya mengangguk.

Setelah 30 menit akhirnya pekerjaan mereka selesai. “Udah nih” ucap Rendy mengelap segelintir keringat di dahinya.

“Oke makasih” wajah kedok Yuvia.

KRINGGG!!!

KRINGGG!!!

KRINGGG!!!

“Udah istirahat tuh, gue ke kantin dulu ya. Hmm… gimana sebagai rasa terima kasih gue, lo gue traktir?” ucap Yuvia.

“Nggak usah repot-repot. Aku ikhlas” Rendy berlalu pergi ke kelas.

—o0o—

“Eh hai Rendy” ucap gadis itu hendak keluar tapi terhalang oleh Rendy yang ingin masuk ke dalam kelas.

“Eh kamu siapa namanya aku lupa. Shi…Shu…Sha….”

“Shani, Shani Indira Natio. Dasar pelupa” ucap Shani

“Hehe sorry-sorry Shan”

“Eh temenin aku ke kantin yuk!” ucap Shani

“Ta-tapi…”

“Udah ayo!” langsung saja Shani menarik tangan Rendy.

*****

“Mana ya si Rendy? Kok belom keliatan tuh anak” ucap Yona.

“Mana Yon saudara kamu yang mau dikenalin ke kita-kita.”

“Iya mana?”

“Bentar-bentar. Eh-eh tuh dia. Rendy!!!” Yona memaggil Rendy yang sedang berjalan bersama seorang wanita. Yona melambaikan tangannya pada Rendy. Rendy mendekat bersama gadis itu.

“Eh kebetulan nih Ren. Sini duduk-duduk dulu dong. Eh kenalin guys, ini saudaraku namanya Aldo Rain Rendyan” ucap Yona memperkenalkan Rendy. Rendy menyenggol bahu Yona pelan dan berbisik

“Kenapa cewek semua?” bisik Rendy. “Udah diem aja” bisik Yona balik

“Hmmm… Rendy” sapa Rendy ramah pada beberapa wanita di situ.

“Hai Ren, aku Hanna kelas X-C.”

“Aku Shafa kelas X-C juga.”

“Aku Viny, kita udah kenal kan? Aku dari kelas X-B.”

“Aku Dhike, X-B juga”

“Nah dan ini yang terakhir” ucap Yona

“Hai Ren aku Lidya kelas X-C barengan juga sama Yona” Lidya menjulurkan tangannya.

“Rendy” disambut hangat oleh Rendy. Beberapa lama mereka bersalaman hingga…

“Ekhemmm udah ya, kita pesen makanan yuk” ucap Yona.

“Eh dan kamu siapa?” tanya Yona pada gadis di sebelah Rendy.

“Aku Shani. Shani Indira Natio, dari kelas X-A sama kayak Rendy.”

“Hai juga Shani!” ucap semuanya.

“Hai juga” Shani tersenyum ramah.

“Hmm… gimana biar aku aja yang pesen?” tawar Rendy pada semuanya.

“Ya udah nggak papa, Lid temenin Rendy pesen tuh” ucap Yona.

“Aku juga ikut” ucap Shani. Pandangan Shani dan Lidya seperti kurang mengenakan.

“Pesen apa aja?” tanya Lidya.

“Apa gais?” tanya Yona

“Yang pesen bakso ada berapa, yang nasi goreng berapa, yang mie ayam berapa” tambah Yona

“Catetin di note aja” ucap Lidya. “Oke” balas Rendy

“Jadi bakso 3, Mie ayam 3, dan nasi goreng 2. Minumnya es teh 2, jus jeruk 3, sama jus alpukat 3. Ada tambahan mbak?” ucap Rendy menirukan sura pelayan. Mereka semua tertawa sejenak.

“Udah enggak, itu aja mas” ucap Yona masih menahan tawa.

“Ayo Lid, Shan” ajak Rendy. Setelah check pesanan, akhirnya mereka memesan ke ibu kantin tentang pesanannya.

“Ini daftarnya bu” ucap Rendy

“Oh iya mas, mas dan mbaknya tunggu saja di meja. Nanti kalau sudah saya panggil” Ucap ibu kantin. Mereka bertiga akhirnya kembali lagi ke meja berkumpul bersama yang lainnya. Mereka ngobrol tentang apa saja hingga tidak putus. Ngalor-ngidul yang penting asik gitu aja. Hingga sudah sekitar 10 menit. Beberapa pesanan sudah jadi.

“Eh bu, ini bakso pesenan masnya itu kan? Ucap gadis itu menunjuk pada seorang pemuda yang sedang bercanda ria bersama para gadis.

“Iya mbak, kenapa ya?” tanya ibu kantinnya.

“Gue punya rencana” batin gadis itu

-To Be Continued-

Created By : rezalical

Hai-hai gimana semuanya? Ini udah masuk part 5 nih. Sorry kalo kepanjangan dan ngebosenin. Gue juga sadar kalo ff gue ini masih di bawah yang lainnya. Sorry juga kalo masih ada typo. Dan gimana covernya? Jelek ya? Yang penting gue udah berusaha yan terbaik +_+Sekian dari gue apabila ada salah kata mohon dimaafkan, komentar,kritik, dan saran perlu asupan. Pai-pai~

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

30 tanggapan untuk ““Directions The Love and Its Reward” Part 5

  1. pertamax !! btw itu cerita tentang stasiun kereta api 2 manggarai beneran apa cuma mitos thor? gue jadi merinding nih :v

    Suka

  2. Udah gini aja. Saya selaku penulis minta maaf atas kekeliruan dan kesalahan saya. Maaf jika saya seenaknya menggunakan fiktif belaka milik orang lain tanpa meminta persetujuan. Maaf juga jikalau ada kesamaan dalam cerita ini dengan cerita lainnya. Bagi para readers maupun author yang masih keberatan akan haknya yang saya gunakan, bisa chat saya langsung saja. Dan untuk admin blog ini saya juga minta maaf jika menimbulkan keributan. Sekian dan mohon peringatan. Saya berjanji minggu depan cerita ini akan dipulihkan tanpa menggunakan fiktik orang lain

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.