“Directions The Love and Its Reward” Part 1

Sebuah kisah romance dan cinta. Pagi yang cerah menyinari kamar seorang pemuda yang tengah terlelap tidur. Matanya memaksa untuk membuka, tetapi rasa malas selalu menghantui jiwanya yang ingin bangun.

“Rendy!!! Ayo bangun! Nanti kamu telat ke bandara!” ujar seorang wanita paruh baya membangunkannya. Dia membuka tirai di kamar pemuda itu yang membuat sinar matahari langsung mengenai wajah pemuda itu. Samar-samar ia buka matanya. Masih mengucek-ngucek, perlahan tapi pasti ia mulai terbangun dan mengalahkan rasa malasnya.

“Iya mah! Bentar lagi!” jawab pemuda itu. Dia melangkahkan kaki dengan gontai dan menuju ke kamar mandi membawa sebuah handuk dibahunya.

Sebelum itu kenalin namaku Aldo Rain Rendyan. Nama yang hmm… cukup bagus lah menurutku. Wanita tadi yang membangunkanku kalian pasti sudah tahu. Ya dia adalah ibuku. Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Jakarta. Kenapa? Karena aku akan memulai masa yang paling indah bagiku di sana kata orang. Tepat sekali, masa SMA di Jakarta. Lagipula kota kelahiranku ya kota metropolitan itu. Penuh dengan debu,polusi,dan kemacetan.

—o0o—

Setelah selesai mandi, aku sibuk membereskan barang-barangku.

“HP udah, baju udah,tas,baju,buku,sepatu,dan lain-lainnya udah.” Ucapku.

“Kok ada yang kurang? Apa ya?” pikirku.

“Ren! Jangan lupa payungnya”.

“Ah iya, payung. Kalo-kalo ntar hujan” aku langsung mengambil payung dan memasukkanya ke tas ranselku.

Setelah selesai semua persiapan, aku memutuskan untuk turun dari kamarku yang berada di lantai dua rumah ini. Aku turun dengan rapi berkemeja kotak-kotak biru navy dan celana jeans biru dongker yang ku kenakan saat ini.

“Pagi Mah, Pah” sapaku ramah pada kedua orang tuaku.

“Pagi juga” ucap mereka bersamaan.

“Udah siap semua?” tanya Mamahku sambil mengambilkanku sepiring nasi.

“Udah kok Mah, semuanya udah clear” balasku.

“Uang ada?” timbal Papahku.

“Ada kok Pah, lagian juga Papah ngasihnya kebanyakan”.

“Nanti kalo kurang tinggal bilang aja ke Papah, ntar Papah transfer ke rekening kamu” ucap Papahku.

“Iya, oh iya Mah. Adek kemana?” tanyaku.

“Adek kamu ngambek tuh gara-gara kamu bakal pergi ke Jakarta. Dia lagi di kamar nggak mau makan. Nangis terus, katanya kalo kamu pergi ntar dia mau kabur dari rumah. Nanti kamu temuin dia dulu ya” jawab mamahku.

“Ada-ada aja tuh anak, iya deh ntar aku ngomong. Lagian yang nyuruh aku ke Jakarta kan Mamah sama Papah juga” ucapku.

“Papah sama Mamah kan pengen kamu dapet pendidikan yang baik dan tinggi tentunya. Lagian kamu pasti kangen sama kota kelahiran kamu. Terus juga NEM kamu tinggi buat masuk SMA elite di sana” ucap Papahku.

“Ah Papah bisa aja” ucapku malu.

“Mamah sama Papah bangga sama kamu. Makanya kami ingin kamu jadi orang hebat, lebih hebat dari Papahmu juga bagus. Bayangin, NEM kamu itu sempurna loh 40,00. Kejuaraan yang kamu ikutin dari OSN dan O2SN waktu di SMP lalu kan udah luar biasa. Pastinya semua sekolah mau nerima kamu” ucap Mamahku yang membuatku tambah malu.

“Iya Mah. Aku mau nemuin Okta dulu. Takutnya ntar dia ngapai-ngapain lagi” ucapku meninggalkan Mamah dan Papahku untuk ke kamar Okta adikku.

“Yaudah cepetan. Pesawat kamu 1 jam lagi take off” ujar Mamahku dan aku hanya mengangguk.

Ya adikku namanya adalah Ayu Safira Oktaviani. Adikku ini manja banget. Taulah sendiri Papah sama Mamah manjainnya berlebihan. Belum ini belum itu bahkan barang yang nggak dibutuhin juga dibeli. Beruntunglah aku terlahir di keluarga ini. Keluarga yang banyak dianugerahi Rezki dari Allah dan juga kebahagiaan.

Kini aku sudah sampai di depan kamarnya. Ku ketuk pintunya.

*Tok *Tok *Tok

“Okta?? Kakak mau ngomong sama kamu. Buka pintunya dong” ucapku tapi tak ada jawaban. Hingga ku ketuk beberapa kali dan akhirnya dia menjawab.

“Udah kakak pergi aja sana, nggak usah peduliin Okta!” ucapnya.

“Hei buka dulu. Kakak bisa jelasin” akhirnya hati adikku ini luluh dan mebukakan pintu kamarnya untukku. Terlihat matanya yang sembab karena menangis.

“Apa?!” tanyanya

“Maafin kakak harus ninggalin kamu. Tau juga ini kan keputusan Mamah dan Papah. Kakak Cuma nurut aja, tapi kakak janji. Kakak janji bakal ngomong ke Papah buat ngizinin kamu nemuin kakak kapan pun. Juga biar kamu bisa satu sekolah sama kakak” ucapku.

“Beneran? Janji ya?” dia mengacungkan kelingkingnya padaku.

“Iya janji. Jangan nangis lagi loh. Adek kakak yang cantik ini nggak boleh nangis. Senyumnya mana?”.

“Nih, nih. Makasih kak. Janji loh” dia tersenyum dn memelukku.

“Rendy, ayo nak. Papah udah siapin mobil buat kita ke bandara. Ayo Okta juga ikut” ucap Mamahku menghampiriku bersama Okta.

“Iya” jawabku dan Okta. Aku mengambil barang-barangku sedangkan Okta bersiap-siap ganti baju dan kami sekeluarga memasuki mobil Mercedez Benz hitam milik Papahku. Di perjalanan kami sedikit berbincang-bincang.

“Hmm… Mah. Kakak gimana di Bandung?” tanyaku.

“Kakak kamu baik-baik aja kok di sana. Dia lagi mau persiapan ujian semester 2 di SMAnya. Rencana, Mamah sama Papah mau buat kamu,Okta,sama kakakmu itu satu sekolahan. Biar nggak ribet” ucap Mamahku.

“Tuh dengerin Ta. Makanya kalo mau satu sekolah sama kakak, kamu harus pinter. Belajar yang rajin dan tekun, jaangan Cuma shoping mulu” ucapku.

“Iya, iya” Okta cemberut yang membuatnya sangat lucu. Aku iseng mencubit pipinya.

“Aw! Sakit kak” ucapnya mengelus pipinya.

“Lagian kamu ngegemesin tau” ucapku. Perjalanan terus berlanjut begitu juga dengan perbincangan kami.

—o0o—

Singkat cerita, kami sudah sampai di bandara. Aku berpamitan pada keluargaku karena 10 menit lagi, pesawa akan take off dari bandara.

“Mah,Pah,Dek, aku pamit. Doain semoga selamat sampai tujuan” ucapku menyalimi kedua orang tuaku dan sekaligus berpamitan.

“Iya, jaga dirimu baik-baik di sana Rendy” ucap Mamahku.

“Belajar yang pinter ya Rendy. Papah berdoa dan berharap kamu bisa sukses di masa depan nanti” ucap Papahku.

“Kakak! Huhu… hiks. Kakak hati-hati ya! Jangan lupa kabarin aku loh” ucap Okta menangis dan memelukku dengan erat.

“Iya, udah jangan nangis. Malu tau diliatin orang tuh” ucapku.

“Huhu.. hiks biarain wlee” dia menyeka air matanya dan menjulurkan lidahnya. Aku hanya mengusap puncak kepalanya pelan.

“Mamah udah ngabarin tante Citra. Kalo kamu udah sampe di sana nanti langsung kabarin tante Citra biar langsung dijemput” ucap Mamahku.

“Iya Mah, aku pamit semuanya. Assalamu’alaikum” ucapku.

“Wa’alaikum salam” ucap mereka. Aku berjalan melangkahkan kakiku menuju pesawat. Orang tua dan adikku melambaikan tangan dan pergi pulang. Saat aku hendak melanjutkan langkahku. Aku menabrak seseorang.

“Aw!! Aduh!” erang seorang gadis yang kutabrak.

“Eh maaf mbak saya nggak sengaja” ucapku membantunya berdiri.

“Iya nggak papa. Makasih udah bantuin aku” ucapnya lalu pergi masuk ke pesawat. Cantik sekali, suaranya juga lemah lembut hingga membuatku terpesona.

Kulajutkan lagi langkahku menuju ruang pesawat. Ku tengok kanan kiri mencari tempat duduk yang kosong. Hingga sekian lama mencari, aku menemukannya. Kulangkahkan kakiku menuju kursi yang kosng itu dan terlihat gadis cantik tadi di kursi sebelahnya.

“Permisi mbak, boleh saya duduk di sini?” tanyaku ramah.

“Oh silahkan mas, nggak papa kok” balasnya ramah juga. 5 menit berlalu dan pesawat mulai lepas landas dari bandara. Selamat tinggal Semarang, dan tunggu Jakarta.

—o0o—

Cukup bosan, dan kucoba tengok ke sebelahku, tepatnya gadis tadi. Kucoba untuk mengajaknya berbicara.

“Mbak, namanya siapa? Kenalin saya Aldo Rain Rendyan” ucapku mengulurkan tanganku.

“Ve, Jessica Veranda. Jangan panggil mbak, kayaknya kita seumuran. Umurku 17 tahun. Sekarang masuk kelas XI SMA” ucapnya menjabat tanganku.

“Oh ya berarti lebih tua dari saya. Umur saya 16 tahun atau lebih tepatnya masuk kelas X SMA. Saya panggil kak Ve aja ya” ucapku.

“Ya terserah, ngomong-ngomong, kamu ngapain ke Jakarta?” tanyanya akrab denganku.

“Aku disuruh orang tuaku menuntut ilmu di sana. Katanya pendidikan di sana bagus dan fasilitasnya sangat memadai. Kalo kakak?” tanyaku.

“Kalo aku habis liburan kenaikan kelas di kota ini. Di sini asyik, seru banget. Mulai dari wisata air kayak pantai Parangtritis. Terus Candi Borobudur, sampe Lawang Sewu keren-keren tempatnya” ucapnya.

“Iya, di sini udaranya sejuk dan alami” balasku. Percakapan kami berlanjut hingga begitu lama. Terlihat kak Ve yang mendapat telefon membuat kami menyudahi percakapan.

Ku alihkan pandanganku ke kaca jendela pesawat. Awan putih dan langit cerah di hari ini. Terlihat jejak pesawat yang di langit. Garis putih yang lurus memanajang menambah kesan indah pada langit. Bagaikan kanvas yang digambar dengan tinta. Oke daripada boring, aku akan cerita-cerita sedikit tentang tanteku, yaitu tante Citra.

Tante Citra ini adalah tante yang paling sayang banget sama aku begitu juga sebaliknya aku juga sayang banget sama dia.         Tanteku ini punya suami namanya Om Andreas. Mereka dikarunia seorang anak gadis yang cantik jelita. Bisa dikatakan anaknya Tante Citra dan Om Andreas ini adalah saudara sepupuku. Namanya Viviyona Apriani. Oh aku lupa, aku bawa foto-fotonya dulu waktu kecil. Perawakannya saat itu pendek berambut sebahu. Kepribadiannya ini dikenal cengeng dan lebih manja dai Okta. Tante Citra manjain Yona lebih dari apa pun deh. Maklum lah anak semata wayang.

Itu kan dulu, tapi nggak tau sekarang dia kayak gimana kan? Mungkin aja lebih manja dan cengeng. Sebenernya sih aku sempet bimbang mau nentuin SMA di mana, tapi kalo dilihat-lihat sih nyari yang bagus gitu. Nah, Mamah sama Papah awalnya nawarin untuk ke Jakarta. Tapi seminggu kemudian setelah hasil tesku keluar semua dengan nilai yang hmm… bagus. Bukan, sempurna lah *bukan mau sombong. Mamah dan Papahku maksa dan ngedorong-dorong aku buat sekolah SMA di Jakarta.

Ya pertama beberapa waktu itu aku liat Mamah lagi telfonan. Aku tanyain, telfon dari siapa. Eh ternyata dari tante Citra dan bilang pengen aku sekolah di Jakarta buat nemenin Yona. Katanya kasian sendririan mulu semenjak Tante Citra dan Om Andreas ada klien di luar negeri. Nah dari situ yang kena imbasnya aku lah. Kalo dipikir-pikir, kelakuannya Yona masih manja banget tuh kayaknya. Ya mau gimana lagi, aku mah nurut apa adanya sama Papah dan Mamah. Nggak baik ngelanggar omongan orang tua, takut dosa dan masuk neraka.

Satu lagi, tadi kan aku nanya tentang kakakku ke Mamah. Sebenernya di keluargaku dikaruniai 3 anak yaitu Kakakku,Aku,dan Okta. Kakakku ini namanya Melody Nurramdhani Laksani. Pokoknya kakak yang the best lah. Perawakannya nggak terlalu tinggi dan putih. Cantik,dewasa,dan cerdas itulah kepribadian kakakku. Kakak yang baik,pengertian,dan semuanya deh. Tapi sayang, tahun lalu kakak disuruh Papah untuk bersekolah di Bandung. Jadinya tahun kemarin sedih karena kak Imel pergi ke Bandung.

Dulu itu, aku malah nggak suka banget sama kak Imel. Kak Imel itu cerewet dan bawel banget. Apa-apa harus kompilit lah, ini lah, itu lah. Semuanya udah diatur sesuai jadwal yang dia bikin di rumah. Rumah itu rasanya rame kalo ada kak Imel, nggak pernah sepi. Tapi sekarang, rumah jadi sepi. Tapi bawel dan cerewetnya yang selalu mengusik ketenanganku di pagi hari itu, bikin aku kangen banget. Semenjak kepergiannya, aku mulai ngerti. Mamah selalu bilang sama aku kalo kak Imel itu sebenrnya sayang banget sama aku. Dia pengen aku jadi orang yang disiplin. Kurang lebih, begitulah singkat cerita kak Imel hehehe.

Ya kebanyakan cerita dan sekarang udah sampe di Bandara Soekarno-Hatta.

“Kepada seluruh penumpang armada Garuda Indonesia, harap besrsiap-siap karena pesawat akan segera mendarat” suara pramugari dari kockpit. Segera saja ku ambil Handphone ku dan ku kabari Tante Citra

Ku alihkan pandanganku ke arah samping. Ternyata kudapati kak Veranda yang tertidur dengan pulasnya. Wajah cantiknya yang tertutupi rambut indahnya membuatnya sangat cantik. Sebenernya aku nggak tega ngebangunin sih, ya tapi mau bagaimana lagi, pesawatnya udah mau sampe bandara.

“Hmm… kak Ve, kak bangun kak. Kita udah sampe nih” ucapku menepuk bahunya pelan.

“Eh,mm.. oh udah sampe yah? Sorry-sorry ketiduran” ucapnya mulai bangun. Kini pesawat sudah mulai mendarat di bandara. Perlahan tapi pasti mulai tiba dan melandas.

“Kepada seluruh penumpang, kita sudah sampai dengan selamat. Terima kasih sudah mengikuti perjalanan dengan tertib” ucap pramugari. Aku dan kak Ve turun bersama dari pesawat.

“Kayaknya kita harus pisah di sini. Makasih kamu udah nemenin aku tadi di perjalanan ya Rendy” ucapnya tersenyum manis padaku.

“Ah bukan apa-apa. Lagian aku juga seneng bisa nemenin kakak. Makasih juga kakak udah nemenin aku” ucapku.

“Rendy! Di sini!!!” ucap seorang wanita memanggilku. Dari keramaian yang menutupi, bisa kulihat wajahnya Tante Citra tersenyum dan memanggilku. Tante yang selama ini aku kangenin, yang selalu memanjakanku dulu. Langsung saja aku berlari untuk menghampirinya. Saat aku berlari tiba-tiba…

“Aw!!! Aduh…!!!” aku tidak sengaja menabrak seorang wanita. Ini udah kedua kalinya aku nabrak cewek. Yang pertama tadi beruntung kali, tapi kalo yang ini… nggak yakin +_+

“Aduh sorry mbak, nggak sengaja. Ayo saya bantu” ucapku membantunya berdiri tapi ditepis tanganku olehnya.

“Eh lo kalo jalan liat-liat dong!!! Nggak usah bantuin gue! Palingan cuma modus lu! Kalo jalan tuh pake mata!” cewek ini nyolot banget. Padahal udah baik niatnya nolongin, tapi malah di caci maki kayak gini.

“Ya maaf mbak saya nggak sengaja” ucapku meminta maaf.

“Udah sana! Pergi nggak?!” ucapnya hingga ada seorang wanita datang.

“Ini ada apa?” tanya gadis yang baru datang itu lemah lembut.

“Ini loh kak, ada cowok nabrak aku. Udah jelas-jelasrame kayak gini, masih aja lari-lari! Dikira ini jalan nenek moyangnya apa?! Udah gitu, pake modus lagi. Sok-sokan nolongin gue” kata cewek yang aku tabrak itu dengan amarah nyolot banget.

“Udah-udah, maafin adek aku ini ya… eh…

…Rendy!” gadis itu ternyata adalah kak Ve.

“Loh kak Ve!” ucapku ikut terkejut.

“Kalian udah saling kenal?” tanya cewek nyolot itu.

“Iya, dia yang nemenin kakak tadi pas di pesawat. Kalo nggak ada dia, mungkin kakak agak takut dan juga mungkin kenapa-napa” ucap kak Ve membelaku. Cewek nyolot itu menatapku dengan pandangan mata yang males.

“Yaudah, makasih ya lo udah nganterin plus ngejagain kakak gue” ucapnya males dan kayaknya berat banget tuh kata-kata keluar dari mulut.

“Ya aku minta maaf karena udah nabrak kamu tadi” ucapku. Kak Ve melirak-lirik antara aku dengan gadis itu.

“Kamu kenapa nggak minta maaf?” tanya kak Ve pada gadis itu.

“Ih ogah, males banget. Lagian dia juga yang nabrak” ucapnya berbalik dan cemberut.

“Dek?” kak Ve merayu gadis itu lagi.

“Ish.. iya, iya. Eh lo,, gue minta maaf ya” ucapnya lalu pergi menuju sebuah mobil.

“Hmm… Ren, maafin adik kakak ya. Kakak pamit dulu, sampai jumpa lagi” ucapnya tersenyum dan pergi membuntuti gadis yang nyolot tadi.

“Iya kak nggak papa. Ya, sampai jumpa lagi” ucapku pergi dan menghampiri Tanteku yang sudah menungguku di depan.

“Tante!!!” ucapku berlari dan kali ini langsnu  memeluknya.

“Rendy, Rendy. Kamu ini, sempet nabrak segala. Tante kangen banget sama kamu tau. Jarang banget kamu ke rumah tante akhir-akhir ini. Yuk kita langsung ke rumah tante biar kamu bisa langsung istirahat” ucap Tanteku dan kami pergi menuju mobil Toyota Avanza berwarna silver. Di perjalanan, tanteku dan aku banyak berbincang-bincang mulai dari kabar orang tuaku di sana, Okta,Kak Melody,masalah sekolahku juga, dan masih banyak lagi.

Jakarta, udah lama banget udah nggak ke sini. Sepertinya banyak yang berubah di kota kelahiranku ini, kota metropolitan yang keras ini. Terakhir, aku ke sini saat umurku 3 tahun. Masih sangat kecil untuk mengingat kejadian hingga momen-momen apa pun. Semuanya masih terlihat buram, hanya seperti terlihat hitam dan putih.

Terlalu asyik melihat-lihat sambil berbincang, akhirnya kami tiba di rumah tanteku. Rumah tanteku ini berada di komplek perumahan mewah. Rumahnya masih sama, hanya saja warna cat pagar dan dindingnya sudah diperbarui. Dan juga ada sedikit beberapa bagian yang sudah direnovasi. Kami berdua keluar dari mobil yang dibukakan oleh supir Tante Citra.

“Ayo Ren, kita masuk. Anggep aja kayak rumah sendiri. Kamu kan dulu juga sering ke sini” ucap tanteku masuk. Aku hanya mengekori sambil melihat-lihat rumah yang sudah lama tidak aku kunjungi ini.

“Ren, kamar kamu ada di lantai dua kayak biasanya. Kuncinya ada di ruang tamu. Kamu ambil aja sendiri bisa kan? Tante mau ganti baju dan nyiapin makan siang buat kita” ucap tanteku pergi.

“Iya Tante” balasku sopan.

“Ruang tamu? Oh belok kanan terus lurus aja. Iya, iya hampir lupa juga karena udah lama nggak ke sini mungkin” ucapku menyusuri rumah Tenteku ini. Saat aku sampai di ruang tamu, suasananya gelap. Horror sekali di sini, padahal juga masih siang. Sampe-sampe bulu kuduknya berdiri, merinding juga nih.

“Mana ya?” ucapku mencari-cari.

“Nah, itu dia di meja deket TV” ucapku berjalan mendekati dan mengambil kunci itu. Saat aku berbalik tiba-tiba…

“Wah…!!! Kuntilanak rambut sebahu…!!!”

-To Be Continued-

Created by       : rezalical

Hai semuanya! Sebelum itu gue mau ngucapin makasih buat bang Ical yang mau ngepost karya gue ini. Janji nepatin fanfict romance yang posting di bulan April nih. Tapi ini masih awalan, liat respon kalian dulu. Kalo pada suka ya lanjut ^_^ Tapi…

Kalo pada nggak suka mungkin nggak akan lanjut dan dihapus aja dari daftar blog ini T_T.

Terima kasih bagi para pembaca. Jikalau mau vote atau ada komen,kritik,dan saran bisa menyempatkan diri mampir ke kolom komentar atau juga bisa langsung mention ke twitter gue @rezalical.

Sekian atas perhatian kalian semua dan terima kasih. This is my choice, dont my hope.

 

 

9 tanggapan untuk ““Directions The Love and Its Reward” Part 1

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.