Bukan Sunset In Love

Kertas kehidupan yang awalnya hanya berwarna putih dengan perlahan mulai tertoreh garis dengan berbagai warna warni tinta perjalanan hidup. Dengan hadirnya sosok seorang pasangan yang menemani. Bahkan tak jarang juga diwarnai dengan masa dikala susah maupun senang. Tetapi kadang orang hanya memandang sisi senangnya tanpa tak mau menerima saat susahnya. 

Hidup awal Erza mungkin bagi orang sulit untuk dimengerti, dengan perlahan kini orang-orang mulai tambah tak memahaminya atau mungkin tambah sulit dimengerti ? Oke, awalnya tadi udah keren ya (ga juga tuh), oke.

Perjalanan roda hidup dari Muhamad Erza Dwi Alamsyah atau biasa disapa Erza, cukup absurd. Seorang pelajar dengan IQ dibawah rata-rata, muka standar setara dengan motor matic emak-emak (sangar). Walaupun keliatan sangar, Erza akan berubah 180 derajat menjadi sosok Hello Kity didepan ibunya dan mempunyai prinsip hidup “Tumbuh dan Berkembang bersama Tumbuh-tumbuhan” kan absurd banget. Dikira tanaman lumut tembok kali.

Seorang anak dengan pemikiran super. Produk setengah jadi, namun bersertifikat halal dan tanpa campuran borak sedikitpun. Inilah kisah anak pecinta Idol Jepun tapi bukan seorang vvibu, Erza.

“Lu dipanggil guru BP noh” Ucap Anin seraya duduk dibangkunya.

“Ngapain ?” Tanya Erza.

“Lu bakal kena masalah. Kalo mau tau, cepet cabut aja ke sono” Suruh Anin.

“Kenapa kalo gue mau ke ruang BP selalu dag dig dug gini ya ? Apa ini yang dinamakan cinta ? C.I.N.T.A ? Hmm…kurasa tidak, mungkin eug berlebihan” Batin Erza berjalan keluar kelas.

Erza berjalan menelusuri lorong menuju ruang BP berada. Tak membutuhkan waktu lama karna Erza sudah dalam posisi didepan ruang BP, walau masih menjaga jarak.

Erza memelankan langkah kakinya. Ia melihat sosok siswi yang ia kenal. Gre ? Iya, itu sosok gre sedang berada didalam ruang BP. Oh iya, hubungan Erza dan Gre hampir memasuki bulan ke-3. Ngga usah dijelasin kapan dan bagaimana proses jadiannya, di story sebelumnya “Sunset in Love” udah ada jawabannya. Njir iklan.

“Ngapain itu gre ada disitu ?” Erza melanjutkan langkahnya.

 

“Sepeda…Permisi” Ucap Erza.

“Erza masuk dan duduk” Suruh guru BP pada Erza.

“Iya pak”

“Nah, Shania Gracia…Erza sudah ada disini, coba ceritakan apa yang terjadi” Ucap guru BP.

Gracia diam dalam duduknya dengan memainkan jarinya diatas perut.

“Siapa yang lakuin itu gre ? Siapa yang buat lu hamil ?” Serobot Erza.

“Erza diam” Perintah guru BP.

“Siapa gre ?!” Ucap Erza kembali.

“Diem za !”

“Iya pak”

“Ceritakan…” Suruh guru BP untuk Gracia.

Gracia menarik nafas kemudian membuangnya dengan perlahan dan Gracia mulai bersuara.

“Pada suatu hari…”

“PLETAK !” Erza menjitak kepala Gracia.

“Sakit ihhh..”

“Lagian disuruh jelasin apa yang terjadi malah kaya dongeng” Ucap Erza.

“Sebenernya ga ada apa-apa pak, saya cuma mau izin keluar buat fotocopy dan alasan saya panggil Erza itu cuma buat nemenin saya duduk disini pak, tapi…”

“…tapi tadi Erza udah jitak saya pak, sakit. Bapak liat kan ? Hukum dia aja pak” Ucap Gracia dengan mimik wajah dibuat seakan-akan mau menangis.

“Lah ?” Kaget Erza.

“Oke kalo itu alasannya bapak ijinin kamu buat fotocopy, tapi buat Erza…karena tadi udah jitak Gracia dan itu didepan saya, maka kamu bapak suruh buat bersihin taman sekolah sampai jam istirahat kedua”

“Tapi pak..”

“Kalo ngelawan perintah bapak berarti sampai jam pulang”

“I…iya udah deh”

“Sungguh kau tega melakukan hal sekeji ini padaku ? Gre jahat !” Ucap Erza dramatis.

“Ga usah lebay -_- cepet kerjain sono” Ucap Gracia.

Erza bangkit dari kursinya dan melirik ke arah Gracia sebentar. Terukir senyum kemenangan dari gracia atas berhasilnya membuat Erza terperangkap dalam jebakannya.

“Sial gue dikerjain. Salah gue juga, kenapa tadi ini tangan reflek jitak pala gre ? Ah sial” Gerutu Erza sambil mengambil peralatan kebersihan digudang belakang.

Waktu berjalan, Erza membersihkan halaman taman dengan menyeluruh. Jam pelajaran yang seharusnya ia berada didalam ruang kelas ia habiskan dengan berada ditaman sekolah beradu dengan sapu dan sampah maupun rumput.

Waktu sudah mendekati istirahat kedua. Erza memutuskan membeli minuman dikantin dan kembali lagi ke taman sekolah.

“Lumayan, panjat ah” Ucap Erza dengan ide memanjat pohon.

“Adem juga disini. Eh, itu gre” Ucap Erza pelan melihat Gracia mendekat ke arah taman.

“Erza mana ya ? Kok ga ada ?” Bingung Gracia melihat sekitar, namun hanya dijumpai sapu yang dipakai Erza.

“Tunggu aja kali ya, siapa tau lagi ke kantin bentar. Ini aja sapu masih disini, pasti balik lagi tu anak” Gracia memposisikan dirinya duduk tepat dibawah pohon tempat Erza berada.

“Kesempatan buat ngerjain balik gre ini mah” Pikir Erza.

“Tapi pake apa ya ?”

Erza melihat sekitar, ia menemukan seauatu didekat ia berdiam diatas pohon. Sebuah sarang burung dengan beberapa telur didalamnya. Ia melihat Gracia membuka kotak makannya.

“Hehehe… Saat lengah gue jatuhin ini telur tepat dimakanannya”

Erza menunggu beberapa saat hingga Gracia lengah dan Erza mengeluarkan isinya dijatuhkan tepat dilauk Gracia.

“Eh mama ngasih kuning telur ? Kok dikit banget gini sih” Ucap Gracia dan memakannya bersama nasi ?

“Ebust dimakan ? Ini cewe…” Batin Erza.

“Apalagi ya ? Eh, ini apa ?” Erza merasakan sesuatu dilengan Erza.

“Anjir !”

Erza langsung turun dari tempatnya. Di batang potong samping ia duduk terdapat sekumpulan ulat bulu yang berdempetan.

“Ngapain lu diatas ?” Tanya Gracia tapi Erza tetap berlari menjauh dari pohon.

SKIP

Dibawah payungan langit malam yang cerah bertabur Biji Wijen Bintang, Erza bersama dengan Gracia duduk berdampingan. Gracia duduk memangku boneka pemberian Erza dengan kepala yang disandarkan dibahu kanan Erza. Gracia berbicara…

“Langitnya bagus ya ?”

“Gak, menurut gue biasa aja tuh. Ada hal yang jauh lebih indah dari langit disini, langit itu ada di….” Erza memandang Gracia.

“Pasti mau gombalin nih. Tanya aja deh biar gombalannya nanti romantis” Batin Gracia memandang balik Erza.

“Dimana ?” Tanya Gracia dengan senyum manis.

“Di….kutub. Langit disana lebih indah ketimbang disini, soalnya disana kan ada Auroranya. Itu keren loh”

“Sialan” Kutuk Gracia sendiri dengan wajah berubah ekspresi.

“Kenapa jadi cemberut ?” Tanya Erza.

“Ga papa”

“Yakin ?”

“Iya”

“Hmm…gue pengen banget liat Aurora langsung” Ucap Erza.

“Oh”

“Anjir, kode-kode cewe yang susah buat dipecahin dikeluarin” Batin Erza akan jawaban singkat yang Gracia berikan.

Dengan pemikiran cemerlangnya, Erza ingin mengajak Gracia naik sesuatu yang terdapat di sekitar taman. Erza ingin merubah ekspresi cemberut dari Gracia untuk tersenyum.

“Gue punya ide yang pasti buat lu jadi seneng” Ucap Erza.

“Apa ?”

“Naik itu yuk, lu kan suka biasanya” Ajak Erza dengan jari telunjuk menunjukan arah.

“Lu mau gue gampar ?”

“Lah, salah gue apaan ?”

“Masa mau ngajak naik Odong-odong !”

“Siapa yang mau ngajak lu naik gituan ? Liat baik-baik gue nunjuk apaan”

“Sepeda ?” Erza mengangguk.

“Kebetulan itu sepeda dihiasi sama lampu-lampu, kita sewa aja”

Berkeliling taman dan sekitarnya dengan kayuhan pelan. Entah kenapa kali ini Erza membuat Gracia seperti marah namun malu terhadapnya. Erza dengan cueknya terus mengayuh pedal sepedanya. Para pengunjung maupun beberapa orang yang sekedar lewat memandang ke arah Erza dan Gracia yang kala itu bersepeda bersebelahan.

“Hahaha…lu harus coba gre”

Dari awal Gracia sudah memperingati, namun Erza tak menghiraukan dengan jawaban “Biar keren”. Hingga seseorang mendekat ke arah mereka.

“Maaf mas, kalo bersepeda itunya bisa dilepas ga ?” Ucap Bapak tersebut.

“Tuh kan udah gw bilangin tadi ga usah pake aja” Ucap Gracia pelan.

“Bekas botol air mineralnya dilepas aja. Maaf aja mas, suaranya bikin berisik” Ucap Bapak tersebut sambil menunjuk botol air mineral kecil yang diselipkan di roda belakang.

“Ah ? Iya-iya. Hehehe”

“Lu sih, kecilnya kurang bahagia ya ?” Ucap Gracia.

“Gue kan cuma kangen aja sama masa kecil. Lu nya aja yang ga pernah ngrasain. Orang batu pecah lu lahir dari situ langsung gede”

“Sumpah lu ga ada romantisnya banget. Ini pacaran macam apa sih ? Baru kali ini gue ngrasain pacaran kaya gini” Ucap Gracia kesal.

“Lah emang lu baru kali ini pacaran kan ? Lu sebelumnya kan jomblo”

“Ihhh….nyebeli”

“Iya deh maaf. Daripada cemberut gitu mending makan aja. Belum makan malam kan ?” Gracia mengangguk mengiyakan.

Masing-masing satu porsi nasi goreng dengan teh hangat menemani mereka ditengah dinginnya malam yang mulai menyerang. Dengan bumbu-bumbu candaan absurd yang dibuat.

“Diem gre..”

Gracia terdiam. Dengan langkahnya, tangan Erza mendekat kearah bibir Gracia yang terdapat sebutir nasi tertinggal disana.

“Nah dah bersih. Kalo makan jangan buru-buru gitu, kaya anak kecil aja” Ucap Erza lembut dengan senyumnya.

“Baru kali ini gue dapet perlakuan romantis selama kita pacaran gini”

“Romantis banget dan…” Lanjut Gre dengan tatapan mulai berkaca-kaca oleh air matanya.

“Siapa yang naruh bawang disni ? Mata gue perih nih” Gracia megusap air matanya yang mulai mengalir.

“Maaf mba, itu bawang saya ketinggalan tadi” Ucap penjual nasi goreng mengambil irisan bawang tersebut.

“Lanjut jalan yuk” Ajak Erza.

“Yaudah bayar dulu”

“Hehehe…”

“Lu cowo macam apa sih ? Itu sewa sepeda yang bayar gue, ini makan juga gue yang bayar. Pas pertama nembak gue dibukit juga yang beli makanan gue” Kesal Gracia.

“Uang jajan gue kan lagi ga dikasih gara-gara kejadian itu, pas gue Jemur daleman depan pintu rumah”

“Yaudah, tapi kali ini aja. Nanti kalo jalan lagi lu yang harus bayarin” Ucap Gracia.

“Kenapa didunia ini harus ada malam dan siang ? Lu tau ga gre jawabannya ?”

“Itu mungkin supaya kita bisa berbagi. Siang untuk bekerja dan malam untuk tidur ?” Jawab Gracia.

” -_- ” Ekspresi datar dari Erza.

“Supaya kita bisa belajar dari alam. Kita diajarkan untuk tidak rasis terhadap sesama. Siang sebagai lambang putih dan malam sebagai lambang hitam. Mau putih atau hitam sebenarnya tak masalah karena kita hidup dan berada dilangit yang sama” Ucap Seorang penunjung dimeja sebelah Gracia dan Erza.

“PROK ! PROK !” Erza bertepuk tangan ala kagum sambil menggelengkan kepala pelan.

“Anda super sekali…” Ucap Erza.

“Hahaha…” Sementara Gracia tertawa melihat kelakuan pacarnya, Erza dan jawaban pengunjung tersebut.

-oOo-

Jam tangan Erza telah menunjukan pukul 21.00. Merek memutuskan untuk segera pulang dikarenakan hari mulai malam. Berada disamping rumah makan dimana tempat motor Erza diparkirkan. Baik Erza maupun Gracia sama-sama terdiam memandang ke arah depan.

“Hahhh…” Erza mengambil nafas.

“Apa lu siap dengan semua ini gre ?” Tanya Erza.

“Gue ga pernah terbayang akan hal seperi ini akan terjadi dimalam ini”

“Gue juga. Ini pilihan yang sulit, lihatlah kedepan dan lihatlah diri kita. Jumlah mereka sangat banyak, sementara kita cuma berdua” Ucap Erza.

“Lebih baik kita lawan saja, tak usak pikirkan akan hasil akhir. Apakah akhirnya kita bisa menang apa kalah oleh mereka, yang penting kita sudah mencobanya” Ucap Gracia memeluk Erza.

“Gue sudah buat lu dalam masalah ini. Maafin gue, maafin gue gre…. Maaf karna gue ga bawa jas hujan”

“Ga papa. Buruan dingin nih, lagian gue udah kaga tahan sama itu ibu yang lagi irisin bawang, mata gue perih lagi ini” Ucap Gre mengusap matanya, menunjuk ibu-ibu tepat didekat rumah makan samping mereka.

SKIP

Waktu hampir memasuki sore hari. Tak jarang sehabis pulang sekolah mereka habiskan waktu ditaman kota. Masih lengkap dengan seragam sekolahnya mereka duduk disalah satu bangke taman.

“Setiap kali kesini pasti makan gulali mulu. Ga sakit tuh gigi ?” Tanya Erza melihat Gracia.

“Ga lah, orang rajin periksa dokter gigi sama rajin sikat gigi”

“Kesana yuk ! Itu ada stand, hari ini kan hari kanker. Kesana yuk” Ajak Gracia menarik tangan Erza.

“Ngapain ?”

“Ayo lah, kita ikut partisipasi. Tunjukin kalo kita juga peduli sama mereka” Ucap Gracia.

“Oke deh”

Gracia mengajak Erza kesalah satu sisi taman yang terdapat suatu acara hari kanker.

“Sekarang apa ?” Tanya Erza saat sampai ditempat.

“Dengerin dulu MC nya ngomong”

“Para pengunjung yang terhormat, saya akan menantang siapa diantara anda sekalian yang mau menunjukan seberapa anda perduli dengan teman-teman saudara kita diluar sana yang bernasib kurang beruntung dari kita. Siapa yang berani mencukur habis rambut anda menjadi botak dan naik ke panggung ?” Ucap MC.

“Oke, saya dan MC lainnya juga akan ikut tantangan ini. Bagi siapa yang perduli silahkan naik” Lanjut MC.

“Kamu harus ikut” Ucap Gracia.

“Gue ? Eh, tumben manggilnya kamu ?”

“Udah ga usah dipikirin, aku kamu aja biar enak. Kamu ikut ya” Ucap Gracia.

“Tapi gre…”

“Udah ikut aja, tunjukin kalo kamu juga perduli terhadap sesama. Cuma dibotakin doang. Tuh banyak yang iku” Ucap Gracia.

Erza mengambil nafas dan menghembuskan pelan, “Oke, gue ikut”.

“Nah gitu dong, baru pacar gre” Bangga Gracia dan Erza mulai ikut berbaur dengan lainnya yang akan mengikuti partisipasi potong botak diatas panggung.

Gracia memandang Erza sambil tersenyum manis. Memberi semangat dengan kepalan tangan semangat.

“Tu anak kesambet apaan ? Keseringan ke taman duduknya dibawah pohon apa ya” Batin Erza melihat Gracia.

Menunggu giliran. Kini akhirnya giliran Erza untuk dibotaki. MC tersebut tetsenyum ke arah Erza dengan alat pencukur yang sudah siap ditangannya.

“Ngapain senyum-senyum ? Gue kaga suka pisang, gue masih suka kue apem” Ucap Erza.

“Itu pacarnya ?” Tanya MC sambil nunjuk Gracia.

“Iya”

“Mas beruntung banget dapetnya yang cantik”

“Ga usah heran gitu. Biasa aja, cowonya ganteng yang cewenya harus yang cantik juga lah. Emang situ punya pacar ? Situ jomblo kan ?” Erza nyolot.

“Sialan di skak bocah” Batin MC kesal, namun harus tetap terlihat ramah dengan senyuman.

“Oke saatnya saya bekerja” Ucap MC dan mulai mempangkas habis rambut Erza.

“Oh mak…anakmu bakalan botak. Kak Ve, kegantengan gue bakal hilang apa ga ya ?” Batin Erza dengan menutup matanya saat sisi demi sisi rambutnya mempendek.

 

Erza sempat melirik ke arah Gracia sebentar. Terlihat Gracia tertawa atas diri Erza.

“Sialan kayaknya gue kena bonus dikerjain lagi nih” Gerutu Erza.

“Ada apa mas ?” Tanya MC yang membotaki.

“Ga papa, botak. Udah lanjutin aja sepuasnya” Kesal Erza sambil melihat Gracia.

“Sampean nanti juga botak” Balas MC.

“Mending gue botak ada cewe, lah situ udah botak jomblo lagi”

“Sialan ! Dua kali di skak” Batin MC.

-oOo-

“Hahaha…yang sabar ya nak” Ucap Gracia sambil menepuk-nepuk punggung Erza.

Gracia terus menertawakan Erza, sementara Erza hanya diam dalam kesalnya.

“Lu bisa diem apa kaga sih gre ?” Erza semakin kesal akan ulah Gracia.

“….gak ! Hahaha….”

“Mau kemana ? Jangan ngambek dong” Ucap Gracia.

“Gue mau beli topi !”

Sementara menunggu Erza membeli topi, Gracia duduk dibangku taman semula dengan es krim ditangannya. Tak hentinya Gracia tertawa jika membayangkan kepala Erza. Yang terbayang dipikiran Gracia “Kepala Erza = Lampu taman = Batu Akik = Bola Ramalan ”

Tak sampai butuh waktu lam Erza kembali dengan topi terdapat dikepalanya. Dengan tatapan kesal yang berlibat.

“Lu yang nempelin ini kan ?” Tanya Erza kesal sambil menunjukan selembar kertas yang tadinya tertempel dipunggung Erza.

Sebuah kertas yang Gracia tempelkan fengan bertuliskan “Gue Tuyul”

“Hahaha… Jadi udah tau ? Hahaha…”

“Sialan, gara-gara tulisan ini gue jadi bahan ketawaan orang-orang” Ucap Erza.

“Lu mah kalo bales dendam sakitnya berkali lipat dan beruntun” Lanjut Erza.

“Makanya jangan pernah berani-berani nya”

Saat Erza dan Gracia saling adu omongan, datang seorang bapak-bapak yang pernah gantung Erza terbalik dipohon beserta dengan anaknya yang nangis kembali.

“Itu bapak lagi. Lu apain lagi anaknya za ?” Tanya Gracia melihat si bapak semakin mendekat.

“Gue ngga apa-apain kok. Eh, oh iya tadi kayaknya lakuin kesalahan lagi” Ucap Erza.

FLASHBACK ON

“Beli apa mas ?” Tanya penjaga toko.

“Beli semen satu sak, paku 1 kilo, lem super 2 kaleng dicampur, cabenya 2 aja sama dibungkus karet gelang 5 warna warni” Balas Erza.

“Beli topi lah” Lanjut Erza.

“Oh topi, Topi apa mas ?” Tanyanya lagi.

“Topi proyek yang warna kuning. Kalo bisa topi Sombrero buat penangkal dari Beruang laut”

“Ah si mas canda aja. Dasar si mas suka warna kuning”

“Jangan omongin sodara kembarnya” Balas Erza.

Saat Erza berhasil membeli topi Erza berlari karena malu. Malu dipanggil tuyul oleh orang-orqng akibat tulisan yang Gracia tempelkan dipunggungnya.

Saat di salah satu sisi taman tanpa sadar karena terlalu terburu-buru Erza tak terlalu memperhatikan jalan larinya. Ia menyenggol sebuah peralatan lukisan milik seorang anak kecil. Erza terus berlari meninggalkan anak tersebut tanpa mengucapkan maaf atau apapun.

FLASHBACK OFF

“Wah parah lu” Ucap Gracia.

“Woy ! Ternyata elu lagi” Ucap si bapak saat sampai didepan Erza dan Gracia.

“Saya ga ikutan om” Ucap Gracia, Erza langsung menatap Gracia.

“Tadi dia yang nabrak aku yah. Huuuuuu….” Tunjuk si anak pada Erza sambil menangis.

“Saya bisa jelasin. Hehehe…he..he..” Ucap Erza keringat dingin.

“Karna lu udah sobekin kertas buat gambar anak gue, jadi lu harus tanggung jawab” Ucap si bapak.

“GLEK !” Erza menelan ludah.

-oOo-

Berbeda dengan kejadian sebelumnya saat Erza mendapat pelajaran dqri su bapak. Kejadian sebelumnya lumayan banyak orang yang menonton saat Erza digantung terbalik. Namun kali ini tak terlalu banyak orang yang menonton. Hanya beberapa.

“Ayo gambar terus dek !” Ucapan semangat Gracia untuk si anak.

“Gambarnya bagus ga kak ?” Tanya si anak.

“Bagus baget !” Balas Gracia.

“Yah, kata kakak ini gambar aku bagus” Ucap si anak, si bqpak hanya tersenyum sambil mengawasi Erza supaya tak bergerak-gerak.

Media menggambar si anak bukanlah pada umumnya dikertas, melainkan pada kepala botak milik Erza. Kepala Erza penuh dengan coretan dan warna dari cat lukis si anak.

“Sial bener sih” Ratap Erza.

“Om…” Ucap Erza.

“Udah diem. Jangan banyak gerak, mau tak gantung lagi dipohon ?”

“Ga om”

“Pfffttt…yang sabar” Ucap Gracia.

“Awal lu gre, ini semua bersumber dari lu” Ucap Erza.

“Tapi gue cuma lanjutin apa yang lu buat aja” Balas Gracia lirih.

“Haaahhh…” Erza membuang nafas.

-oOo-

“Makanya kalo lari hati-hati” Ucap Gracia sambil membersihkan kepala Erza dengan sapubtangan miliknya.

“Cie ngambek” Lanjut Gracia.

“Gre…”

“Iya, apa ?”Balas Gracia.

“CUPS !” Erza langsung mencium tepat dibibir Gracia. Beberapa detik kemudian Erza melepaskannya. Kini giliran Gracia yang terdiam atas perlakuan Erza.

“Itu sebagai tanda penghilang sial” Ucap Erza.

“Bilang aja itu mau lu. Dasar mesum !”

“Lah gue lakuin dibilang mesum ? Waktu itu yang lu lakuin sama gue pas digantung dipohon itu apa ? Berarti lu mesum juga dong ? Hahaha” Ucap Erza.

“Ihhh…ya…ya bukan lah !” Gracia menjawab dengan pipi yang memerah.

“Bukan apa hayo ?” Goda Erza.

“Apaan sih ?” Pipi Gracia memerah.

“Video yang waktu ciuman udah ditonton belum ?” Tanya Erza.

“Ga bakal gue tonton ! Suruh hapus gih, kalo guru kita liat gimana” Ucap Gracia.

“Oh iya ! Nanti gue coba kontak orangnya. Kan bisa berabe, orang-orang bisa salah pengertian”

SKIP

“Aku pulang…loh kok sepi ?” Ucap Erza saat memasuki rumahnya.

“Masa iya, jam segini udah pada tidur ? Baru jam 8 malam kan” Pikir Erza.

“Bodo ah, gue capek mau ke kamar”

Beberapa saat setelah Erza sampai dirumahnya dan sedang beres-beres kamarnya, Ve datang namun terhenti dipintu.

“Ya tuhan ! Itu apa ?” Pikir Ve.

Terlihat seseorang sedang jongkok membuka laci meja dikamar Erza dengan lampu kamar yang dimatikan.

“TUYUL !” Teriak Ve.

“Mana ? Mana ?!” Erza celingukan.

“Ya kamu lah”

“Gue ? Ini aku Erza kak”

“Erza ? Kok botak ?”

“Ceritanya panjang, lagian males buat ceritain”

“Emang kamu lagi ngapain dek ?” Tanya Ve.

“Lagi beres-beres kamar habis itu langsung tidur, capek”

“Kalo beres-beres ngapain lampu dimatiin ?”

“Lampu kamar Erza emang lagi rusak gara-gara kakak tadi pagi -_- ” Ucap Erza.

“Oh iya. Hehehe…kalo gitu kakak ikut tidur disini ya, ibu pergi ke rumah tante. Boleh ya” Bujuk Ve.

“Yaudah, pintu sama jendela udah dikunci ?” Tanya Erza.

“Udah”

Ve memposisikan tidur diatas kasur Erza dan Erza juga mengikutinya. Menyelimuti diri mereka dengan selimut tebal.

“Good Night dek” Ucap Ve.

“Night too, kak”

“Hari ini jalan sama gre gue dikerjain mulu. Tapi menjadi malam yang indah, kak Ve tidur disini. Tenang gue ga bakal ngapa-ngapain” Batin Erza berbicara sendiri.

Seharian sial ? Sial karna keusilan yang Erza buat sendiri terhadap pacarnya, Gracia. Gaya sebuah pacaran yang tak biasa. Anti mainstream ? Mungkin lebih tepat konyol. Sebuah warna tinta kehidupan yang berbeda. Erza tak menyangka bahwa ia akan mendapat sebuah tinta tersebut.

Sebuah kisah absurd dari kehidupan si Erza. Kisah yang tak masuk akal untuk dipikirkan, makanya jangan sekali-kali untuk dipikirkan. Ngapain mikir ? Alat buat mikir aja kaga ada. Hahaha…mari kita tutup kisah membosankan ini denga kata…

 

The End.

 

Absurd banget ? Maaf. Jelek ? Maaf. Garing ? Emang. Hahaha… Terima kasih untuk “Karya Otak Gue” yang udah mau nampung cerita-cerita dari hasil dengkul gue ini. Maju terus buat blog ini ! ^_^

 

Wali Murid : Shanji bukan Shanju

 

3 tanggapan untuk “Bukan Sunset In Love

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.